• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI MENJADI MITRA

7.1 Analisis Pendapatan Petani Responden

Pengukuran keberhasilan pengusahaan usahatani lettuce dapat diukur dengan perolehan laba yang dihitung menggunakan analisis pendapatan. Analisis pendapatan usahatani yang akan dibahas yaitu menguraikan komponen-komponen penerimaan, biaya, pendapatan, serta perhitungan nilai efisiensi dari penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan dengan menggunakan rumus R/C.

Pendapatan usahatani lettuce dibagi menjadi pendapatan usahatani atas biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai untuk keperluan usahatani

lettuce. Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tunai usahatani lettuce dan

biaya non tunai. Biaya tidak tunai adalah biaya-biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani sehingga masuk ke dalam biaya yang diperhitungkan. Analisis pendapatan petani mitra dapat dilihat pada Lampiran 7 dan non mitra pada Lampiran 8.

7.1.1 Penerimaan Petani Responden Lettuce per Musim Tanam

Penerimaan usahatani diperoleh dari hasil penjualan lettuce petani. Hasil penjualan yang diterima petani mitra dengan cara menghitung jumlah lettuce yang masuk ke Saung Mirwan dikalikan harga per kilogram lettuce yang telah ditetapkan. Jumlah lettuce yang diterima Saung Mirwan adalah jumlah bersih setelah dilakukan proses trimming dan selanjutnya akan dihitung sebagai

cxxxviii 121

penerimaan petani mitra. Produk lettuce petani mitra PT Saung Mirwan dikelompokkan ke dalam grade A dan grade B. Harga yang telah ditetapkan yaitu untuk grade A Rp 3,250/kg dan grade B Rp 2,250/kg.

Penerimaan penjualan lettuce petani non mitra yaitu hasil penjualan lettuce kepada perusahaan pengumpul, supermarket, usaha katering, serta pasar tradisional. Perbedaan proses penjualan produk petani non mitra yaitu petani non mitra melakukan pembersihan atau proses trimming sendiri. Oleh karena itu petani non mitra saat menjual dapat langsung mengetahui jumlah produk yang diterima pembeli. Harga jual lettuce masing-masing petani non mitra berbeda karena pasar yang dituju pun berbeda. Petani non mitra dengan jaringan pemasaran yang lebih besar dapat memperoleh harga tinggi diatas harga yang ditetapkan oleh PT Saung Mirwan. Responden petani non mitra ada juga yang berhasil menjual lettuce kepada retail dan juga end user seperti usaha restoran dan katering dengan harga Rp 7,000/kg, sehingga penerimaannya pun menjadi lebih besar.

Jumlah nilai penerimaan penjualan lettuce petani mitra lebih besar dibanding petani non mitra. Nilai penerimaan petani mitra (Tabel 24) sebesar Rp 53,124,532 per hektar dan penerimaan non mitra sebesar Rp 45,075,000 per hektar. Faktor yang mempengaruhi besarnya penerimaan tersebut yaitu harga dan produksi. Rata-rata jumlah produksi petani mitra lebih besar dibanding non mitra sehingga menyebabkan jumlah penerimaan petani mitra lebih besar. Jumlah produksi lettuce petani mitra sebesar 18,019.6 kilogram dan non mitra sebesar 13,556kilogram.

Program kunjungan penyuluh membuat petani mitra lebih intensif dalam pemeliharaan tanaman. Petani mitra memperoleh informasi mengenai dosis pupuk

cxxxix 122

dan obat-obatan agar produksi tinggi dan untuk mengatasi hama atau penyakit yang menyerang tanaman. Oleh karena itu produktivitas petani mitra dapat lebih besar dari non mitra.

Tabel 24 Penerimaan Penjualan Lettuce Petani Mitra dan Non Mitra

No Penerimaan Unit (Kg) Petani Mitra (Rp) Jumah (Rp) Unit (Kg) Petani Non Mitra (Rp) Jumlah (Rp)

Lettuce Fresh: 45,075,000

1 Grade A 12,582 40,889,928

2 Grade B 5,437.6 12,234,605

Jumlah 18,019.6 53,124,532 13,556 45,075,000

7.1.2 Pengeluaran Petani Responden Lettuce per Musim Tanam

Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya non tunai atau yang diperhitungkan. Petani menganggap komponen-komponen biaya tidak tunai tersebut bukanlah sebagai biaya atau pengeluaran. Petani tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja keluarga yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usahatani seperti mencangkul, memupuk, dan lain-lain. Analisis dengan memperhitungkan biaya tidak tunai penting dilakukan untuk mengetahui keuntungan sebenarnya yang diperoleh dari usahatani lettuce yang diusahakan. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan analisis pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya non tunai per musim tanam lettuce. Pengeluaran petani responden mitra dan non mitra dihitung dengan berdasarkan nilai rata-rata setiap petani, yang terdapat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.

Tabel 25 Total Biaya Usahatani Lettuce Petani Mitra dan Non Mitra

Biaya Petani Mitra Petani Non Mitra

Total Nilai (Rp) % Total Nilai (Rp) %

Saprotan 17,936,400 64.11 12,858,692 49.71 Tenaga kerja 8,709,585 31.13 10,563,792 40.84 Lahan 1,186,070 4.24 1,619,048 6.26 Pajak lahan 20,900 0.07 23,200 0.09 Penyusutan 125,426 0.45 800,628 3.10 Jumlah 27,978,381 100.00 25,865,358 100.00

cxl 123

Berdasarkan Tabel 25 total nilai biaya petani mitra lebih besar dari petani non mitra. Jumlah biaya total petani mitra sebesar Rp 27,978,381 dan non mitra sebesar Rp 25,865,358. Alokasi biaya usahatani lettuce tersebut dipergunakan untuk saprotan, tenaga kerja, lahan, pajak, dan penyusutan. Pengeluaran total usahatani Lettuce petani mitra dan non mitra sebagian besar dialokasikan pada biaya saprotan yaitu petani mitra sebesar 64.11 persen dan non mitra sebesar 49.71 persen. Biaya saprotan paling besar alokasinya sehingga dapat diketahui bahwa usahatani lettuce membutuhkan saprotan yang besar dan secara intensif. Perbedaan tingkat penggunaan saprotan antara petani mitra dan non mitra akan dibahas lebih dalam pada pembahasan masing-masing komponen biaya.

Alokasi biaya terbesar setelah saprotan yaitu biaya tenaga kerja. Persentase alokasi biaya tenaga kerja pada petani mitra sebesar 31.13 persen dan non mitra sebesar 40.84 persen. Nilai persentase tersebut menunjukkan bahwa alokasi untuk biaya tenaga kerja pada petani non mitra lebih besar dibanding petani mitra. Usahatani lettuce membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit sehingga dapat berperan penting sebagai penyerapan tenaga kerja. Nilai biaya tenaga kerja pada petani non mitra lebih besar. Hal tersebut terjadi karena petani non mitra menggunakan jumlah tenaga kerja lebih banyak untuk kegiatan pembibitan dalam usahatani lettuce.

Persentase sewa lahan terhadap biaya total yaitu petani mitra sebesar 4.24 persen, dan non mitra sebesar 6.26 persen. Alokasi biaya terendah yaitu untuk pengeluaran pajak lahan yaitu petani mitra sebesar 0.07 persen dan non mitra 0.09 persen. Alokasi biaya untuk penyusutan petani mitra sebesar 0.45 persen, dan non mitra sebesar 3.10 persen.

cxli 124

Nilai penyusutan pada petani mitra relatif lebih kecil dibanding petani non mitra, karena jumlah dan harga alat yang digunakan berbeda. Nilai dari persentase menunjukkan alokasi biaya penyusutan non mitra enam kali lebih besar dari petani mitra. Perbedaan tersebut akan diuraikan pada uraian komponen biaya non tunai (biaya penyusutan alat-alat pertanian).