• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE DI PT SAUNG MIRWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE DI PT SAUNG MIRWAN"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE

DI PT SAUNG MIRWAN

OLEH MARLIANA

A 14105682

PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

ii

RINGKASAN

MARLIANA, Analisis Manfaat dan Faktor-fakor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT Saung Mirwan, dibawah bimbingan TANTI NOVIANTI.

Lettuce head merupakan jenis sayuran yang sangat potensial untuk

dikembangkan. Perusahaan yang mengembangkan jenis sayuran lettuce dengan kemitraan adalah PT Saung Mirwan. Perusahaan cenderung tidak dapat memenuhi terhadap permintaan lettuce head pada periode tahun 2003-2007. Oleh karena itu dalam pengadaan pasokan lettuce head, PT Saung Mirwan menjalin kemitraan dengan petani di daerah Garut. Jumlah total petani mitra yang bergabung dengan PT Saung Mirwan tahun 2008 sebanyak 357 petani. Petani mitra yang aktif menanam lettuce sangat sedikit dibandingkan jumlah total petani mitra. Oleh karena itu tujuan dari penulisan skripsi ini adalah (1) Mengkaji pola pelaksanaan kemitraan dan juga mengetahui proses perkembangan serta kendala-kendala yang dihadapi petani, (2) Menganalisa manfaat kerjasama kemitraan dari aspek teknologi dan pemasaran, (3) Menganalisa tingkat pendapatan usahatani di petani mitra dan non mitra untuk mengetahui seberapa besar manfaat pendapatan yang diperoleh petani mitra, (4) Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan.

Penelitian ini akan dilakukan pada PT Saung Mirwan yang terletak di Kampung Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa PT Saung mirwan merupakan perusahaan yang sedang menjalin kemitraan dengan petani. Kegiatan kemitraan yang akan diteliti dikhususkan pada komoditas lettuce. Petani lettuce yang menjalin kemitraan dengan PT Saung Mirwan tersebar di daerah Garut. Daerah Garut merupakan lokasi yang cocok untuk penanaman lettuce, sehingga daerah tersebut dijadikan tempat khusus untuk kemitraan lettuce. Oleh karena itu pengambilan sample data petani responden dilakukan di Garut. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan diperoleh dan dikumpulkan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani dan metode regresi logistik (logit). Pengolahan data untuk analisis pendapatan menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk tetap bermitra dilakukan menggunakan analisis regresi logistik mengunakan program Minitab 14.0.

Kemitraan PT Saung Mirwan mulai diterapkan tahun 1990 dengan jumlah mitra tani yang semakin berkembang. Pola kemitraan yang diterapkan PT Saung Mirwan dengan petani mitra dikategorikan ke dalam pola KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis). PT Saung Mirwan sebagai pihak perusahaan mitra menyediakan pinjaman sarana produksi berupa bibit, bimbingan teknis budidaya, dan jaminan pasar. Petani mitra menyediakan lahan, tenaga kerja dan sarana.

(3)

iii

Kerjasama kemitraan berhasil dijalankan karena didasari azas kesetaraan didalam menikmati keuntungan. Dengan azas win-win solution semua pihak merasakan manfaatnya baik petani maupun perusahaan serta masyarakat sekitar. Namun dalam pelaksanaan kemitraan petani masih seringkali mengalami kendala dalam hal teknis budidaya. Kendala yang dialami perusahaan yaitu terbatasnya tenaga penyuluh sehingga kunjungan penyuluh dirasakan masih kurang optimal. Pengadaan bibit menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan kemitraan. Sulitnya dalam pengadaan bibit menjadi penghambat dalam proses budidaya dan seringnya terjadi keterlambatan bibit. Manajemen packaging pada PT Saung Mirwan dinilai masih kurang terkoordinasi dengan baik. Sebagian petani ada yang merasa dirugikan dalam penerimaan hasil panen yaitu hasil panen petani masuk ke petani lain.

Manfaat yang dirasakan petani diantaranya yaitu kemudahan dalam pemasaran, harga lebih baik, keuntungan lebih tinggi, bantuan budidaya, serta memiliki ikatan kuat atau jalinan kekeluargaan dengan petani. Manfaat teknis ainnya dengan menjadi mitra yaitu adanya penyediaan bibit, sehingga petani mitra tidak perlu melakukan pembibitan sendiri. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani lettuce yang dilihat dari pendapatan tunai dan non tunai serta R/C rasio tersebut nilai petani mitra lebih besar dibandingkan dengan petani non mitra, menjelaskan bahwa dengan bergabung dengan program kemitraan dapat mendatangkan manfaat pendapatan usahatani lettuce. Berdasarkan BEP harga petani mitra yang diperoleh dapat diketahui bahwa PT Saung Mirwan menetapkan harga hampir dua kali lipat dari harga BEP. Oleh karena itu harga yang ditetapkan perusahaan sudah baik. Petani non mitra sebaiknya dapat memanfaatkan serta mencari peluang pasar agar mendapatkan harga jual lettuce yang lebih tinggi. Hasil analisis regresi logistik dengan memasukkan tujuh variabel diketahui bahwa terdapat tiga peubah bebas yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan. Ketiga variabel tersebut yaitu variabel, pengalaman, pendidikan terakhir, dan produktivitas. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan menjadi mitra yaitu variabel jumlah umur, anggota keluarga, pendapatan, dan luas lahan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka rekomendasi yang dapat diberikan penulis yaitu lebih dianjurkan kepada perusahaan. Rekomendasi yang diajukan antara lain dengan mengacu pada keuntungan masing-masing pelaku kemitraan dalam melaksanakan budidaya lettuce sebaiknya perusahaan mempertahankan hubungan kerjasama kemitraan. Pihak perusahaan sebaiknya memperbaiki sistem manajemen dan juga pelaksanaan teknis kemitraan. Misalnya dalam pengadaan bibit sebaiknya dikoodinasi lebih baik dengan bagian pembibitan dan juga petani. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman yang dapat merugikan petani dan juga memperburuk citra perusahaan. Manajemen penerimaan produk sebaiknya lebih dibenahi dan diperbaiki lagi agar tidak ada petani yang dirugikan. Dengan memperbaiki manajemen mulai dari bagian pembibitan sampai penerimaan produk akan memperbaiki citra perusahaan. Petani dengan pendidikan yang lebih tinggi masih menilai pelaksanaan kemitraan tersebut kurang baik. Hal tersebut terbukti bahwa petani dengan pendidikan lebih tinggi cenderung untuk tidak melanjutkan kerjasama dan tidak bergabung dalam kemitraan.

(4)

iv

ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE

DI PT SAUNG MIRWAN Oleh MARLIANA A 14105682 SKRIPSI Sarjana Pertanian

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

v

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

LETTUCE DI PT SAUNG MIRWAN BENAR – BENAR MERUPAKAN HASIL

KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN.

Bogor, Juli 2008

MARLIANA A14105682

(6)

vi

Judul : Analisis Manfaat dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT Saung Mirwan.

Nama Mahasiswa : Marliana Nomor Pokok : A14105682

Bogor, Juli 2008 Menyetujui Dosen Pembimbing

Tanti Novianti, SP, MSi NIP. 132 206 249

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(7)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 15 Juli 1984 sebagai anak dari Bapak Baedarus dan Ibu Yulliana. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengikuti pendidikan taman kanak-kanak di TK Insan Kamil Bogor. Kemudian penulis melanjutkan ke sekolah dasar yaitu SD Insan Kamil Bogor dan lulus pada tahun 1996. Pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri 5 Bogor dapat diselesaikan pada tahun 1999. Penulis melanjutkan ke pendidikan tingkat atas pada SMU Negeri 7 Bogor dan lulus tahun 2002.

Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Diploma III Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 2005. Selanjutnya pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Semasa kuliah program D-III penulis pernah bergabung dalam kepanitiaan masa pengenalan departemen (MPD) 2003 dan juga kepanitiaan pemilihan raya ketua MISETA tahun 2003. Tahun 2007-2008 (sekarang) penulis aktif sebagai Alumni Training Support (ATS) pada penyelenggaraan training SDM ESQ Leadership Center.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Kemitraan merupakan jalinan kerjasama sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama. Kemitraan dibangun atas landasan saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terlibat. Manfaat yang diperoleh salah satunya yaitu menjadi alternatif untuk mengurangi atau mempersempit kesenjangan antara pengusaha besar dan pengusaha kecil.

Perusahaan saat ini baik besar ataupun kecil melakukan kerjasama kemitraan dalam menjalankan bisnisnya. Hubungan kemitraan yang dijalin dilaksanakan melalui pola kemitraan yang sesuai sifat dan tujuan usaha. Pelaksanaan kemitraan diatur dengan pembuatan kontrak atas kesepakatan bersama secara tertulis dan mengikat ataupun tidak tertulis.

Hubungan kemitraan antara perusahaan dengan petani sangat menarik untuk dilakukan penelitian. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan penelitian mengenai pelaksanaan kemitraan PT Saung Mirwan dengan petani

Lettuce. Penelitian ini ditujukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan

hubungan kemitraan tersebut serta mengetahui faktor-faktor apa yang menentukan keputusan petani untuk bermitra. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan dalam mengembangkan kemitraan dan juga khalayak umum mengenai jalinan kemitraan.

Bogor, Juli 2008

(9)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur dan segala kemuliaan hanya milik Allah SWT Tuhan semesta alam. Dialah Allah Ar-Rasyid Yang Maha Cerdas dan Dialah Al-Alim Yang Maha Berilmu Pengetahuan karena dengan kehendak, anugerah serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam untuk Rosululloh SAW, seorang Nabi yang mengajarkan cinta pada ilmu pengetahuan dan kasih sayang. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Orang tua dan adik tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan perhatian yang sangat berharga kepada penulis.

2. Ibu Tanti Novianti, SP, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan penulis bimbingan, saran dan masukan hingga terbentuknya skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS yang telah berkenan memberikan arahan serta nasehat-nasehat dalam pembuatan skripsi mulai dari penentuan topik penelitian hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Dr. Ir. Heny K Daryanto, MeC dan Bapak Arif Karyadi, SP, selaku dosen penguji utama dan dosen penguji komisi pendidikan atas saran dan masukan bagi perbaikan skripsi ini.

5. PT Saung Mirwan beserta Staf, khususnya Bpk. Arif Marzuki, Bpk Adeng, Ibu Lina, Bpk. Heru dan Teh Pipit atas bantuan dalam pengumpulan data-data

(10)

x

yang diperlukan. Keluarga Bpk Youdi atas tempat tinggalnya selama penelitian.

6. Staf MAB: Hamid, Pian, dan Angga atas dukungan, bantuan dan peminjaman buku-buku yang sangat berguna bagi penulisan skripsi ini.

7. Kakak-kakak sepupuku tersayang: Ulle, Pipit, Naila, Mela, dan Finna, atas perhatian, dorongan, serta semangat kepada penulis.

8. Sahabat-sahabatku seperjuangan: Renna, Thia, Eko, Oji, Santy atas bantuannya dalam pengumpulan dan pengolahan data serta saran dan kritikan. 9. Teman-temanku tersayang: Evi, Dian, Vita, Nissa, Yulia, Inggit, Dhea, dan

Vina, atas saran dan kritikan serta kasih sayang dan persahabatan yang indah. 10. Keluarga Bapak Soesiyanto: Tante Anggur, Angga, Adit, dan De’Andi, atas

doa, dukungan, dan semangat yang diberikan selama ini.

11. Ka Budi, Mas Anthony dan crew Janur Kuning, atas doa, dukungan, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi serta pengalamannya dalam Wedding Organizer.

12. Rekan-rekan ekstensi yang turut membantu dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, semoga kebaikan Bapak, Ibu, dan rekan-rekan mendapat balasan dari Allah SWT.

Bogor, Juli 2008 Penulis

(11)

xi

DAFTAR ISI

COVER ... i RINGKASAN ... ii LEMBAR PERSYARATAN... ... iv PERNYATAAN ... v LEMBAR PENGESAHAN ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

UCAPAN TERIMAKASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Kegunaan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Gambaran Komoditas Lettuce ... 11

2.1.1 Deskripsi Lettuce ... 11

2.1.2 Jenis Tanaman Lettuce ... 12

2.1.3 Syarat Tumbuh Lettuce ... 16

2.2 Teknologi Usahatani Lettuce... 17

2.1.1 Teknologi Input ... 17

2.1.2 Teknologi Budidaya ... 19

2.1.3 Tekologi Panen dan Pascapanen ... 20

2.3 Penelitian Terdahulu ... 22

2.3.1 Bisnis Lettuce ... 22

2.3.2 Kemitraan Agribisnis Sayuran ... 24

2.3.3 Manfaat dan Alasan Ekonomi Kemitraan ... 27

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Menjadi Mitra... 29

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ... 32

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 32

3.1.1 Pengertian dan Tujuan Kemitraan ... 32

3.1.2 Manfaat Kemitraan... 33

3.1.3 Azas Kemitraan ... 34

3.1.4 Model Kemitraan ... 35

(12)

xii

3.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemitraan ... 40

3.1.7 Pendapatan Usahatani ... 41

3.1.8 Regresi Variabel tak Bebas Kualitatif ... 43

3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual... 44

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 47

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 47

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 48

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 49

4.4.1 Analisis Manfaat Kemitraan ... 50

4.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Bermitra dengan PT Saung Mirwan... 54

BAB V GAMBARAN UMUM KEGIATAN BISNIS PT SAUNG MIRWAN ... 58

5.1 Lokasi Umum PT Saung Mirwan ... 61

5.2 Sejarah Perusahaan ... 61

5.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 65

5.4 Organisasi Perusahaan ... 66

5.5 Deskripsi Sumberdaya Perusahaan ... 69

5.5.1 Sumberdaya Fisik ... 69

5.5.2 Sumberdaya Manusia ... 72

5.6 Deskripsi Kegiatan Bisnis Lettuce ... 75

5.6.1 Pemasok Bahan Baku ... 75

5.6.2 Proses Produksi Lettuce dan Penanganan Pasca Panen ... 76

5.6.3 Kegiatan Pemasaran Lettuce ... 81

BAB VI PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE ... 86

6.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 86

6.2 Karakteristik Petani Lettuce Responden ... 90

6.3 Deskripsi Proses Pelaksanaan Kemitraan Lettuce... 96

6.3.1 Alasan-alasan Petani Bermitra ... 105

6.3.2 Manfaat Pelaksanaan Kemitraan ... 106

6.3.3 Kendala dalam Pelaksanaan Kemitraan ... 109

6.3.4 Alternatif Teknis Perbaikan Pelaksanaan Kemitraan ... 111

6.4 Deskripsi Proses Budidaya Lettuce di Petani ... 114

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI MENJADI MITRA ... 120

7.1 Analisis Pendapatan Petani Responden ... 120

7.1.1 Penerimaan Petani Responden Lettuce Per Musim Tanam ... 120

7.1.2 Pengeluaran Petani Responden Lettuce Per Musim Tanam ... 122

(13)

xiii

7.1.3 Analisis Perbandingan Pendapatan, R/C Rasio

dan BEP Petani MitraDengan Petani Non Mitra ... 133

7.2 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Menjadi Mitra ... 136

7.2.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Bermitra ... 138

7.2.2 Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh Terhadap Keputusan Bermitra ... 142

7.2.3 Faktor-faktor Lain yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Bermitra ... 146

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 148

8.1 Kesimpulan ... 148

8.2 Rekomendasi ... 149

DAFTAR PUSTAKA ... 151

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Hortikulura

Tahun 2005-2006 ... 1

2. Ekspor – Impor Lettuce Head per Januari-Februari 2006 ... 4

3. Penelitian Terdahulu Mengenai Lettuce dan Kemitraan ... 30

4. Perbandingan Pendapatan Petani Mitra dengan Non Mitra ... 54

5. Deskripsi Jabatan PT Saung Mirwan ... 67

6. Jadwal Jam Kerja Karyawan PT Saung Mirwan ... 73

7. Kualifikasi Jabatan di PT Saung Mirwan... 73

8. Jumlah Karyawan PT Saung Mirwan Berdasarkan Pendidikan ... 74

9. Perusahaan Pemasok Input di PT Saung Mirwan ... 76

10. Daftar Pelanggan Lettuce di PT Saung Mirwan ... 85

11. Jumlah Penduduk Kabupaten Garut Menurut Kelompok Umur Tahun 2006 ... 89

12. Penggunaan Lahan di Kabupaten Garut ... 90

13. Petani Responden Berdasarkan Umur ... 91

14. Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 92

15. Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani ... 93

16. Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Lettuce ... 94

17. Petani Responden Berdasarkan Pendapatan... 94

18. Petani Responden Berdasarkan Produktivitas Lettuce ... 95

19. Frekuensi Kunjungan Penyuluh pada Petani Mitra Responden ... 102

20. Alasan Responden Menjalin Kemitraan Lettuce ... 106

21. Manfaat Kemitraan Bagi Petani Mitra ... 107

22. Penilaian Kemitraan oleh Petani Mitra ... 109

23. Jenis Bantuan yang diharapkan oleh Petani Mitra ... 114

24. Penerimaan Penjualan Lettuce Petani Mitra dan Non Mitra ... 122

25. Total Biaya Usahatani Lettuce Petani Mitra dan Non Mitra ... 122

26. Komponen Biaya Tunai Usahatani Lettuce Per Satu Hektar Petani Mitra dan Non Mitra ... 124

(15)

xv

27. Biaya Non Tunai Usahatani Lettuce Per Satu Hektar

Petani Mitra dan Non Mitra ... 130 28. Analisis Perbandingan Pendapatan Rata-rataRasio R/C, dan BEP

Usahatani Lettuce Petani Mitra dan Non Mitra per Hektar... 136

29. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Grafik Order dan Kirim Lettuce Head PT Saung Mirwan

Periode Tahun 2003-2007 ... 6

2. Grafik Jumlah Petani Mitra PT Saung Mirwan... 9

3. Pola Kemitraan Inti Plasma ... 37

4. Pola Kemitraan Subkontrak ... 38

5. Pola Kemitraan Dagang Umum ... 38

6. Pola Kemitraan Keagenan ... 39

7. Pola Kemitraan Kerja Sama Operasional Agribisnis ... 39

8. Kerangka Pikir Opersional Kajian Kemitraan PT Saung Mirwan dengan Petani Lettuce ... 46

9. Pembibitan Lettuce PT Saung Mirwan ... 77

10. Proses Trimming dan Sortasi Lettuce di PT Saung Mirwan ... 78

11. Alur Lettuce Pasca Panen di PT Saung Mirwan ... 79

12. Proses Pengemasan Lettuce ... 80

13. Pengangkutan ke dalam mobil box ... 81

14. Truck Transportasi dengan Cold Storage PT Saung Mirwan ... 84

15. Areal Tanaman Lettuce ... 119

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Order Kirim Lettuce di PT Saung Mirwan ... 155 2. Persentase Selisih antara Jumlah Order

dengan Pengiriman Lettuce PT Saung Mirwan ... 155 3. Kuesioner Penelitian Kajian Kemitraan PT Saung Mirwan

dengan Petani Lettuce di Garut ... 156 4. Struktur Organisasi PT Saung Mirwan ... 160 5. Penggunaan Lahan untuk Usaha Pertanian

per Kecamatan di Kabupaten Garut ... 161 6. Surat Kontrak Perjanjian Kemitraan ... 162 7. Analisis Rata-rata Usahatani Lettuce

per Hektar Per Musim Tanam Petani Mitra di Garut ... 165 8. Analisis Rata-rata Usahatani Lettuce

per Hektar Per Musim Tanam Petani Non Mitra di Garut ... 166 9. Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Lettuce 1 Ha

Petani Mitra Per Responden ... 167 10. Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Lettuce 1 Ha

Petani Non Mitra Per Responden ... 168 11. Input Pengolahan Regresi Logistik

Menggunakan Program Minitab 14.0 ... 169 12. Hasil Analisis Regresi Logistik

Menggunakan Program Minitab 14.0 ... 170

(18)

xviii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan terutama komoditas hortikultura. Komoditas hortikultura memberikan kontribusi besar terhadap pertanian Indonesia. Pengembangan komoditas hortikultura dapat mendatangkan PDB yang cukup besar. Nilai PDB hortikultura pada tahun 2005 mencapai Rp 61.792 triliun. Nilai PDB tersebut meningkat pada tahun 2006 menjadi Rp 66.879 triliun (Ditjen Hortikultura, 2007).

Pengembangan agribisnis hortikultura mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara. Agribisnis hortikultura selain dapat meningkatkan PDB, juga sebagai pembuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Terlihat pada Tabel 1 jumlah penyerapan tenaga kerja subsektor hortikultura meningkat pada tahun 2006 dari periode tahun sebelumnya. Penyerapan tenaga kerja di bidang hortikultura untuk komoditas sayuran sangat besar mendominasi komoditas lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa sayuran memegang peranan penting dalam pengembangan komoditas hortikultura.

Tabel 1 Tabel Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Hortikultura 2005-2006 Komoditas Penyerapan Tenaga Kerja (Orang) Peningkatan (%)

2005 2006 Sayuran 2,272,324 2,406,466 5.90 Buah-Buahan 697,184 625,394 3.00 Tanaman Hias 1,461 1,479 1.23 Tanaman Obat 20,931 28,001 33.78 Jumlah 2,901,900 3,061,340 5.49

(19)

xix 2

Nilai PDB yang meningkat dikarenakan produksi dan luas panen hortikultura meningkat. Berdasarkan data Ditjen Hortikultura tahun 2007, setiap tahun produksi maupun luas panen komoditas hortikultura menunjukkan peningkatan. Rata-rata peningkatan produksi pada 2006 dibandingkan 2005 sebesar 12.72 persen. Produksi kelompok buah-buahan dari 14,786,559 ton meningkat menjadi 16,171,130 ton, dan kelompok sayuran dari 9,101,987 ton meningkat mencapai 9,527,463 ton. Produksi kelompok tanaman obat meningkat juga dari 342,338,887 kg menjadi 447,557,634 kg1.

Sayuran merupakan salah satu jenis kelompok hortikultura yang banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat yang baik sebagai bahan konsumsi dan pemenuhan gizi masyarakat. Kebutuhan sayur cenderung meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita. Berdasarkan data dari World Bank dan World Development Report (1993) serta International Rice Research Institute (1994) dalam Rukmana dan Yuniarsih (1996) perkiraan jumlah penduduk dunia pada tahun 2025 naik menjadi 8.345 milyar, penduduk Indonesia tahun 2025 naik menjadi 275 juta. Peramalan peningkatan jumlah penduduk tersebut menunjukkan bahwa pengusahaan sayuran penting untuk dikembangkan dalam memenuhi konsumsi masyarakat.

Kesadaran gizi menyebabkan kecenderungan masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak tinggi terutama berasal dari bahan hewani dan beralih mengkonsumsi sayuran. Jumlah industri yang meningkat seperti supermarket, restoran, convention centre, hotel, apartemen, dan rumah sakit membutuhkan pasokan sayuran lebih besar. Hal tersebut menyebabkan

1Suhendar, Yan, 2007, Disiapkan 32 Kawasan Agribisnis Hortikultura

(20)

xx 3

permintaan sayuran sebagai sumber bahan pangan cenderung meningkat dan menjadi faktor yang mempengaruhi konsumsi sayuran di negara Indonesia.

Berdasarkan data BPS tahun 2007, tingkat konsumsi sayur di tahun 2003 sebesar 34.52 kg/kapita/tahun meningkat menjadi sebesar 45.04 kg/kapita/tahun di tahun 2004 dan meningkat lagi pada tahun 2005 menjadi 63.36 kg/kapita/tahun. Konsumsi sayur diharapkan akan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya. Peningkatan konsumsi sayuran penduduk Indonesia berimplikasi pada kebutuhan pasar dalam negeri yang meningkat.

Berdasarkan data BPS Tahun 2007 perkembangan volume dan nilai ekspor sayuran cenderung turun. Volume dan nilai impor dua kali lebih besar dibandingkan dengan volume dan nilai ekspor. Ekspor sayuran yang terbatas disebabkan banyak dari komoditas ini yang belum memenuhi persyaratan yang diterapkan pasar ekspor negara-negara kawasan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Biaya produksi dan biaya pengiriman ekspor sangat tinggi juga mempengaruhi, sehingga akan sulit dalam persaingan harga produk dengan negara pesaing.

Sumber daya alam yang sangat potensial masih belum dimanfaatkan secara optimal dalam mengembangkan sayuran. Oleh karena itu perbaikan dari segi kualitas, dan kontinuitas produk sangat diperlukan untuk memasuki pasar ekspor. Kerjasama dengan berbagai pihak perusahaan perdagangan ekspor dan peran pemerintah yang lebih optimal sangat dibutuhkan untuk mewujudkan perdagangan ekspor.

Jenis sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan yaitu lettuce

head. Lettuce head dikenal di Indonesia dengan nama selada kepala atau selada

(21)

xxi 4

bulan sebelumnya dengan jumlah sebesar 1,180 kg turun menjadi 234 kg (Tabel 2). Total volume dan nilai impor jauh lebih besar dari ekspor dengan jumlah yang sangat signifikan. Nilai impor yang sangat tinggi menunjukkan produksi lettuce

head sangat rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Produksi lettuce head yang rendah disebabkan masih sedikit jumlah pengusaha dan petani yang mengusahakannya.

Tabel 2 Ekspor Impor Lettuce Head Bulan Januari-Februari Tahun 2006

Bulan Eskpor Impor Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Januari 1,180 2,330 31,216 30,200 Februari 234 800 47,132 36,971 Total 1,414 3,130 78,348 67,171 Sumber: http://www.hortikultura.go.id, 2008

Program kemitraan sudah banyak diterapkan oleh berbagai jenis perusahaan agribisnis. Pemerintah sangat menyarankan kepada perusahaan besar untuk menjalin kemitraan dengan petani-petani kecil. Program kemitraan yang baik akan mendukung kegiatan inovatif untuk petani antara lain yang terkait dengan aspek penyediaan input, proses produksi, penanganan panen dan pasca panen, pengolahan hasil dan pemasaran produk kemitraan.

Pemerintah memberikan dukungan penuh terhadap program kemitraan dengan petani. Program dukungan kemitraan usaha hortikultura yang telah didirikan dikenal dengan nama Horticultural Partnership Support Program (HPSP) resmi memulai program pada bulan Januari 2005. Awal pendirian hanya didukung oleh 3 lembaga dari Belanda yaitu Cordaid, Agriterra dan Direktorat Jenderal Kerjasama Internasional Kementrian Luar Negeri Belanda melalui Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Pada bulan Januari 2007 Rabobank

(22)

xxii

2Anonim. 2007. Program Dukungan Kemitraan Usaha Hortikultura antara Petani Kecil

dengan Perusahaan http//www.fruit development.co.id. 28 Desember 2007

5

Foundation bergabung untuk mendukung program ini. Program HPSP saat ini

telah menjalankan program kemitraannya dengan mendukung 16 kemitraan usaha sayuran dan buah yang tersebar di 7 Propinsi dan 19 Kabupaten/Kota di Indonesia.2

Perusahaan yang mengembangkan jenis sayuran lettuce dengan kemitraan adalah PT Saung Mirwan. Perusahaan agribisnis ini merupakan produsen dan

trading company yang bergerak dalam dua unit bisnis yaitu unit bisnis sayur dan

unit bisnis bunga. Komoditas sayuran yang diproduksi merupakan jenis sayuran eksklusif. Sayuran eksklusif merupakan sayuran yang benihnya sukar diperoleh (benih impor) sehingga sayuran tersebut cenderung mahal harganya. Target pemasaran sayuran eksklusif PT Saung Mirwan yaitu supermarket, restoran, dan catering bertaraf internasional.

Permintaan lettuce pada PT Saung Mirwan tiap tahunnya cenderung tidak dapat terpenuhi. Perusahaan cenderung tidak dapat memenuhi terhadap permintaan lettuce head pada periode tahun 2003-2007 (Lampiran 1). Gambar 1 menunjukkan grafik permintaan (order) dan kirim Lettuce head di PT Saung Mirwan. Kecenderungan selisih antara order dan kirim meningkat pada kurun waktu lima tahun. Selisih tersebut ditunjukkan oleh garis gap pada Gambar 1.

Peningkatan selisih yang paling signifikan terjadi di tahun 2005 sebesar 9.55 persen dari tahun 2004 sebesar 3.55 persen (Lampiran 2). Berdasarkan selisih order dan kirim diduga produksi lettuce di PT Saung Mirwan cenderung rendah. Hal tersebut menunjukkan peluang pasar lettuce masih terbuka. Peluang pasar yang tinggi membuat usahatani lettuce sangat potensial untuk dikembangkan. Oleh karena itu kapasitas produksi lettuce PT Saung Mirwan perlu ditingkatkan.

(23)

xxiii 6 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 2003 2004 2005 2006 2007 k il ogr am tahun

rata-rata order per bulan rata-rata kirim per bulan gap order-kirim per bulan

Gambar 1 Grafik Order dan Kirim Lettuce Head PT Saung Mirwan Periode Tahun 2003-2007

Berdasarkan grafik tersebut permintaan lettuce yang cenderung meningkat merupakan peluang bagi PT Saung Mirwan untuk mengembangkan usahanya. Didukung dengan kemajuan teknologi yang pesat, perusahaan dapat melakukan inovasi terhadap produk-produknya. Kemudahan dalam akses informasi pasar menjadikan PT Saung Mirwan dapat meluaskan usahanya serta memasarkan produknya ke berbagai kota di Indonesia.

Permintaan sayur yang terus meningkat dengan lahan produksi terbatas membuat PT Saung Mirwan membutuhkan pasokan sayur dari petani lain. Perusahaan menjalin kerjasama untuk memperoleh suplai sayur dengan pemasok-pemasok sayur baik petani perorangan maupun pedagang pengumpul. Komoditas sayur tertentu yang permintaannya relatif banyak dan membutuhkan kontinuitas, dalam pengadaan pasokan perusahaan menjalin kemitraan dengan petani.

1.2 Rumusan Masalah

Perkembangan usaha agribisnis akhir-akhir ini cukup membanggakan dari segi kuantitas, walaupun dari segi kualitas produk-produk agribisnis Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan produk luar negeri. Sayuran

(24)

xxiv 7

yang memiliki banyak manfaat sebagai bahan konsumsi menjadi pilihan dalam usaha agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem usahatani yang saling berhubungan dan berkaitan antara sistem satu dengan yang lainnya. Proses dalam usaha agribisnis dimulai dari persiapan input usahatani, proses usahatani, proses penanganan output usahatani, distribusi dan pemasaran hasil usahatani dengan memperoleh nilai tambah dan memiliki tujuan komersil.

Tingkat konsumsi dan kebutuhan sayur yang tinggi berpengaruh pada permintaan sayur di PT Saung Mirwan. Permintaan konsumen semakin berkembang dan mengalami spesifikasi dari produk yang ditawarkan. Produk dapat diterima oleh pasar jika mutu produk sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Loyalitas konsumen akan tercapai apabila ada jaminan mutu dari suatu produk yang ditawarkan. PT Saung Mirwan sebagai salah satu produsen agribisnis yang selalu peka terhadap perubahan dan berinovasi tinggi, melakukan beberapa upaya dan langkah-langkah untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin berkembang.

Keterbatasan sumber daya lahan dan tenaga kerja membuat PT Saung Mirwan tidak dapat memaksimalkan produksi untuk memenuhi permintaan pasar. Oleh karena itu dalam pengadaan pasokan sayuran kerjasama dengan petani dalam pola kemitraan sangat dibutuhkan untuk lebih dikembangkan. Kemitraan yang dijalankan oleh PT Saung Mirwan cukup besar. Hal itu dapat dilihat dengan jumlah petani mitra yang banyak dan tersebar di beberapa daerah seperti Bogor, Cipanas, Cianjur, Sukabumi dan Garut.

Permintaan dalam negeri lettuce head per minggu mencapai 3.5 ton. Luas lahan luar yang dimiliki PT Saung Mirwan tidak mampu menghasilkan lettuce

(25)

xxv 8

untuk memenuhi permintaan pasar domestik tersebut. Perusahaan menjalin kemitraan dengan petani di daerah Garut untuk memenuhi kebutuhan pengadaan pasokan lettuce head. Daerah Garut saat ini dikhususkan untuk memproduksi

lettuce head karena kondisi iklim dan tanah yang cocok dibandingkan daerah lain.

Permasalahan yang sering dialami PT Saung Mirwan yaitu terjadi less

product untuk komoditas lettuce head. Perubahan terhadap pola konsumsi sayuran

menjadikan masyarakat menginginkan jenis sayuran yang beragam termasuk jenis sayuran eksklusif dengan kualitas baik. Persaingan dan permintaan yang dihadapi perusahaan semakin berkembang, sehingga harus memikirkan bagaimana teknologi budidaya dan upaya-upaya untuk memenuhi permintaan konsumen. Upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan volume produksi dan kualitas produk. Peningkatan kualitas diharapkan juga dapat meningkatkan produktivitas tanaman sehingga akan meningkatkan pendapatan petani mitra. Hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan perusahaan dalam pengembangan program kemitraan yang dijalankan.

Jumlah total petani mitra yang bergabung dengan PT Saung Mirwan berdasarkan Gambar 2 tahun 2008 sebanyak 357 petani. Petani mitra yang aktif menanam lettuce sangat sedikit dibandingkan jumlah total petani mitra, akan tetapi jumlah petani lettuce setiap tahunnya cenderung meningkat. Tahun 2006 jumlah petani mitra yang aktif menanam lettuce sebanyak 48 orang. Jumlah tersebut meningkat di tahun 2006 sebanyak 58 petani. Tahun 2008 sampai bulan Maret untuk sementara jumlah petani menurun menjadi 55 orang petani.

(26)

xxvi 9

55

302

lettuce komoditas lain

Gambar 2 Grafik Jumlah Petani Mitra PT Saung Mirwan, 2008

Data petani menjelaskan bahwa jumlah petani lettuce hanya sebagian kecil dari jumlah total petani mitra, sementara pada Gambar 1 PT Saung Mirwan cenderung tidak dapat memenuhi permintaan lettuce head setiap tahunnya. Gap atau selisih antara order dan kirim lettuce head semakin besar tiap tahunnya. Apakah jumlah petani lettuce yang hanya sebagian kecil dari jumlah total menjadi penyebab rendahnya produksi lettuce sehingga tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Fenomena tersebut menarik menjadi pembahasan mengenai program kemitraan yang telah dijalankan PT Saung Mirwan. Berdasarkan jumlah petani

lettuce yang cenderung meningkat dapat dikaji untuk mengetahui seberapa besar

manfaat yang diberikan program kemitraan terhadap petani lettuce. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan petani untuk bergabung dengan program kemitraan PT Saung Mirwan.

Pola kemitraan petani yang telah berjalan bertujuan dapat memenuhi target produksi, meningkatkan kuantitas, kontinuitas dan kualitas produk bagi perusahaan. Keterlibatan petani dalam program kemitraan diharapkan pula dapat bermanfaat bagi petani baik dalam penguasaan teknologi, peningkatan mutu produk, maupun peningkatan pendapatan. Berdasarkan identifikasi dan uraian di atas, permasalahan penelitian yang akan dikaji penulis adalah sebagai berikut:

(27)

xxvii 10

1. Bagaimana proses pelaksanaan pola kemitraan di PT Saung Mirwan dan perkembangannya, apakah dengan adanya kemitraan mampu meningkatkan produktivitas lettuce?

2. Apa manfaat kemitraan dalam hal teknologi dan pemasaran serta apakah dengan bermitra akan meningkatkan pendapatan petani?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan.

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penulisan skripsi ini sejalan dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas adalah :

1. Mengkaji pola pelaksanaan kemitraan dan juga mengetahui proses perkembangan serta kendala-kendala yang dihadapi petani.

2. Menganalisa manfaat kerjasama kemitraan dari aspek teknologi dan pemasaran.

3. Menganalisa tingkat pendapatan usahatani lettuce di petani mitra dan non mitra untuk mengetahui manfaat pendapatan yang diperoleh petani mitra. 4. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk

menjadi mitra PT Saung Mirwan.

Hasil penulisan skripsi ini diharapkan berguna sebagai:

1. Informasi ilmiah mengenai pola pelaksanaan kemitraan petani lettuce pada PT Saung Mirwan serta rujukan bagi mahasiswa untuk penelitian selanjutnya. 2. Masukan bagi perusahaan mengenai kegiatan bisnisnya serta menjadi

pertimbangan dalam menerapkan strategi dan teknik yang akan digunakan dalam pengembangan kemitraan.

(28)

xxviii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran komoditas Lettuce

Lettuce merupakan jenis tanaman sayur daun yang sudah dikenal di

kalangan masyarakat. Tanaman lettuce berasal dari daerah beriklim sedang seperti Asia Barat, dan Amerika. Daerah penyebaran tanaman lettuce diantaranya Karibia, Malaysia, Afrika, serta Filipina dan kemudian menyebar ke Indonesia.

Lettuce umumnya dikonsumsi segar sebagai lalapan ataupun sebagai

hidangan pembuka yang dicampur dengan sayuran lainnya. Lettuce sangat baik untuk dikonsumsi karena mengandung beragam zat makanan yang esensial bagi kesehatan tubuh. Manfaat lettuce untuk kesehatan diantaranya untuk memperbaiki dan memperlancar pencernaan serta dapat berfungsi sebagai obat penyakit panas dalam (Haryanto et. al, 2003).

2.1.1 Deskripsi Lettuce

Tanaman lettuce dalam bahasa latin disebut dengan Lactuca sativa L. Di Indonesia tanaman lettuce dikenal dengan nama selada merupakan tanaman sayuran semusim yang sudah banyak dikembangkan. Tanaman lettuce mempunyai akar serabut dengan bulu-bulu akar yang menyebar di dalam tanah. Batangnya sangat pendek selama fase pertumbuhan vegetatif. Batangnya akan memanjang dan bercabang setelah tanaman memasuki fase generatif. Daun lettuce berwarna hijau muda sampai hijau tua. Bentuk dan ukuran bermacam-macam tergantung jenisnya. Tanaman lettuce berbunga sempurna dengan lima stamen, dan

(29)

xxix 12

menghasilkan biji yang ukurannya sangat kecil. Biji tersebut digunakan untuk perbanyakan tanaaman lettuce sebagai benih (Suprayitna, 1996).

2.1.2 Jenis Tanaman Lettuce

Lettuce yang umum dibudidayakan dapat dikelompokkan menjadi empat

macam, yaitu Head Lettuce, cos lettuce, leaf lettuce, stem lettuce (Haryanto et. al, 2003).

1. Head Lettuce

Head lettuce disebut juga selada krop merupakan jenis selada yang

mempunyai krop bulat dengan daun silang merapat. Disebut head lettuce karena bentuknya yang bulat seperti kepala. Daunnya ada yang berwarna hijau terang dan ada juga yang berwarna hijau gelap. Batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat. Tanaman head lettuce umumnya dibudidayakan di dataran tinggi karena apabila dibudidayakan di dataran rendah maka tidak akan menghasilkan krop.

Lettuce head dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu tipe renyah (crispy) dan tipe

mentega.

a. head lettuce tipe crispy

Ciri tipe crispy adalah membentuk krop dengan daun yang agak lepas (kropos). Dibandingkan dengan tipe mentega, tipe crispy lebih tahan terhadap kekeringan dan kropnya lebih padat. Head lettuce tipe crispy memiliki beberapa varietas dengan ciri dan keunggulan yang berbeda. Berikut ini beberapa varietas head

lettuce tipe crispy.

1) Kaisser, merupakan varietas yang berkualitas tinggi, ukurannya agak kecil, dan daunnya berwarna hijau terang.

(30)

xxx 13

3) Alpen, pertumbuhannya cepat, ukurannya sedang, dan warnanya hijau gelap. 4) Marina, merupakan varietas terbaru, sistem perakarannya kuat, ukuran besar,

berwarn hijau terang.

5) Santa Maria, ukuran besar, daun tebal dan berwarna hijau gelap.

6) Great Lakes, ukuran tergolong besar serta amat populer di Amerika dan kini menyebar ke banyak negara.

7) Avoncrisp, jenis ini tergolong tahan terhadap hama dan penyakit. Daunnya hijau segar dan keriting khas tipe crispy. Tipe ini merupakan pilihan yang baik untuk diusahakan.

8) Webb’s wonderful, jenis ini merupakan yang paling terkenal di inggris. Selain berpenampilan baik jenis ini mudah beradaptasi disemua musim maupun kondisi.

b. Head lettuce tipe mentega

Ciri tipe mentega adalah membentuk krop dengan daun yang agak lurus atau tidak terlalu keriting. Daunnya halus dan pertumbuhannya amat cepat. Beberapa varietas head lettuce yang termasuk tipe mentega adalah sebagai berikut.

1) Okayama salad, warnanya hijau tua, tahan terhadap panas, dan umurnya genjah.

2) Green mignonette, warnanya hijau terang, ukurannya kecil, dan umurnya genjah.

3) Brown mignonette, hampir sama dengan mignonette tetapi warna daunnya hijau kecokelatan.

4) Mini star, merupakan varietas baru, ukurannya kecil, pertumbuhannya termasuk cepat, dapat dipanen pada umur 55-60 hari setelai semai.

(31)

xxxi 14

5) All the year round, namanya yang unik diperoleh karena varietas ini dapat ditanam sepanjang tahun tidak peduli musim. Ukurannya tergolong sedang dengan warna daun hijau pucat dan cukup tahan terhadap kekeringan.

6) Tom thumb, merupakan selada jenis mungil yang banyak disukai. Ukuran kropnya sebesar bola tennis, dengan pertumbuhan yang cepat.

7) Avondefiance, jenis ini tampilannya tegar, dan tergolong jenis yang komersial. Tahan terhadap penyakit kayu dan serangan kutu akar.

8) Continuity, pertumbuhan tanaman agak tinggi dan kompak dengan daun yang kemerahan. Jenis ini cocok ditanam di tanah yang berpasir.

9) Buttercrunch, daun keras dan mengkilap, terutama bagian kropnya. Dibandingkan jenis butterhead lainnya, varietas buttercrunch memiliki daun paling kekar.

2. Cos Lettuce

Cos lettuce atau selada rapuh disebut juga dengan nama romaine lettuce. Lettuce jenis ini mempunyai krop yang lonjong dengan pertumbuhan yang

meninggi cenderung mirip petsai. Daunnya lebih tegak dibandingkan daun selada yang umumnya menjuntai kebawah. Ukurannya besar dan warnanya hijau tua agak gelap. Jenis lettuce ini tergolong lambat pertumbuhannya. Beberapa varietas

cos lettuce adalah sebagai berikut.

a. Lobjoit’s green, varietas lama yang masih disukai hingga sekarang. Ukurannya besar, daun hijau agak gelap dan rasanya renyah.

b. Paris white, penampilannya mirip lobjoit green. Ukurannya besar dengan daun yang terletak didalam berwarna hijau pucat.

(32)

xxxii 15

c. Little gem, varietas ini tergolong paling cepat pertumbuhannya dalam kelompok cos lettuce. Penampilannya hampir mirip kubis, kropnya kecil tetapi kompak.

d. Barcarolle, penampilannya lebih cocok sebagai tanaman hias, atau dapat digunakan sebagai penghias hidangan. Sosok tanaman cukup tinggi dan besar. Warna daun hijau tua dengan bentuk merapat dan rapi.

e. Winter density, merupakan pesaing jenis little gem dalam hal rasanya yang manis. Sesuai namanya lettuce jenis ini tumbuh baik dimusim dingin, sehingga agak sulit dibudidayakan di Indonesia.

3. Leaf lettuce

Leaf lettuce atau selada daun disebut juga dengan cut lettuce. Jenis ini

helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi, berwarna hijau atau merah. Jenis lettuce ini selain dikonsumsi langsung juga banyak digunakan sebagai hiasan untuk aneka masakan. Leaf lettuce berumur genjah dan toleran terhadap kondisi dingin. Tanaman dapat dipanen beberapa kali apabila daunnya dipanen dengan cara dilepas satu persatu atau tidak dicabut sekaligus. Meskipun demikian, umumnya leaf lettuce dipanen seluruh tanaman seperti jenis lainnya. Beberapa varietas leaf lettuce yang sudah dikembangkan adalah sebagai berikut. a. New red fire, berwarna merah tua gelap dan amat menarik. Umurnya tergolong

genjah. Jenis ini tahan terhadap panas dan dingin.

b. Green wave, ukurannya besar berwarna hijau. Umurnya genjah dan toleran terhadap dingin.

(33)

xxxiii 16

d. Salad bowl, merupakan jenis asli dengan warna hijau yang banyak menghasilkan jenis silangan baru. Penampilan daunnya yang keriting menarik bagus untuk penghias makanan atau campuran salad.

e. Red salad bowl, adalah jenis lettuce yang pertumbuhan dan penampilan didugnya sama dengan salad bowl. Akan tetapi daunnya berwarna merah kecokelatan yang diduga merupakan turunan baru dari jenis salad bowl.

4. Stem lettuce

Stem lettuce daunnya berukuran besar, panjang, bertangkai lebar, serta

berwarna hijau terang. Lettuce jenis ini mendapat julukan stem lettuce karena daunnya berlepasan dan tidak dapat membentuk krop. Varietas stem lettuce yang terkenal adalah celtus. Jenis lettuce ini kurang diminati untuk dibudidayakan dibandingkan jenis lettuce lainnya.

2.1.3 Syarat Tumbuh Lettuce

Tanaman lettuce akan tumbuh baik dan produksinya tinggi dengan kuantitas maupun kualitasnya jika syarat-syarat tumbuhnya terpenuhi. Syarat tumbuh yang diperlukan terutama adalah iklim dan tanah. Iklim dan tanah masing-masing daerah berbeda. Oleh karena itu perlu menyesuaikan dengan memilih daerah yang cocok untuk tanaman lettuce.

Iklim yang cocok untuk tanaman lettuce yaitu daerah yang mempunyai cuaca dingin atau sejuk, sehingga cocok untuk ditanam di dataran tinggi. Tanaman

lettuce kurang tahan terhadap cahaya matahari yang terik dan cuaca yang panas.

Untuk mengatasi cahaya matahari yang terik jika ditanam di dataran rendah maka diperlukan naungan.

(34)

xxxiv

3Mulatwati, Sri, 2007, Sekilas Info tentang Ekspor dan Impor Benih Hortikultura Tahun 2006

http//www.hortikultura.go.id. 27 Januari 2008.

17

Lettuce merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik pada

berbagai jenis tanah dengan syarat drainase tanah yang cukup baik serta ketersediaan air yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman lettuce dapat tumbuh baik pada jenis tanah lempung berpasir karena tanah jenis ini mempunyai kemampuan menahan air yang baik, tetapi mudah menyalurkan air sehingga dapat mencegah genangan air. Toleransi pH tanah yang baik adalah 5.5 – 6.7. Letak ketinggian ideal yaitu 500-1000 meter di atas permukaan laut (Suprayitna, 1996).

2.2 Teknologi Usahatani Lettuce 2.2.1 Teknologi Input

Penggunaan benih bermutu merupakan kunci utama untuk memperoleh hasil yang tinggi. Input pertanian yang sering kita rasakan penting tetapi sulit diantaranya adalah benih. Permasalahannya dalam pengadaan benih sangat kompleks. Berbagai pihak yang menganjurkan menggunakan benih yang baik agar hasil pertaniannya pun baik, akan tetapi hal tersebut belum diimbangi oleh ketersediaan benih yang baik dan terjamin mutunya.

Negara Indonesia masih belum bisa menghasilkan benih unggul sehingga untuk pengadaan benih harus mengimpor dari negara lain penghasil benih unggul diantaranya yaitu Jepang, Taiwan, Belanda, dan Denmark. Kebutuhan benih hortikultura cukup besar sehingga pengadaan benih harus impor. Berdasarkan data ditjen hortikultura tahun 2007 jumlah impor benih sayuran pada tahun 2004 sebesar 260,263 kg, tahun 2005 sebesar 220,760 kg, dan pada tahun 2006 sebesar 250, 787 kg3.

Pupuk yang digunakan umumnya yaitu pupuk kandang, Urea, KCl, SP-36, pupuk daun dan kapur pertanian. Jenis pupuk tersebut dapat berupa cair dan padat.

(35)

xxxv 18

Takaran pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pestisida yang digunakan meliputi insektisida dan fungisida. Penggunaan pestisida harus diperhatikan dosisnya. Dosis pemakaian pestisida yang berlebih dapat mempengaruhi zat-zat yang terkandung dalam sayuran.

Lahan merupakan sebidang luasan tanah yang digunakan dalam melakukan usaha budidaya. Budidaya sayuran ada yang menggunakan lahan terbuka dan juga ada yang menggunakan greenhouse. Budidaya pada lahan terbuka biasanya dilakukan oleh petani-petani kecil dengan peralatan yang sederhana pula. Budidaya pada lahan terbuka juga biasanya dilakukan karena kecocokan cara penanaman dengan jenis sayurannya. Sayuran dapat dibudidayakan di tanah latosol maupun podsolik atau jenis tanah lainnya asalkan subur, memiliki cukup banyak kandungan bahan organik, dan berdrainase baik. PH tanah sebaiknya berkisar 5-7 untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman (Haryanto et. al, 2003).

Polybag digunakan sebagai media semai yang dapat dibuat dari daun

pisang, daun hanjuang kering, kertas, atau plastik semai khusus. Ukuran polybag semai dipilih yang cukup lebar agar perakaran bibit dapat leluasa berkembang. Bagian dasar polybag semai diberi lubang agar air pengairan dapat meresap dan keluar bila volumenya berlebihan. Media perkecambahan benih diantaranya yang digunakan yaitu bak pasir, pasir, air. Media perkecambahan benih yang digunakan relatif masih tradisional.

Bangunan pembibitan yang digunakan yaitu bengunan persemaian yang terdiri dua bagian yaitu bedeng persemaian dan sungkup persemaian. Bedeng persemaian berfungsi untuk menempatkan media dalam polibag semai dan

(36)

xxxvi 19

sungkup persemaian berfungsi melindungi bibit dari pengaruh lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit seperti gangguan hama, curah hujan, intensitas cahaya yang terlalu kuat, dan embun malam. Bangunan pembibitan dapat dibuat sendiri dari bambu dan plastik. Peralatan yang digunakan pada tingkat usahatani sayuran meliputi sprayer mesin, sprayer tangan, cangkul, bajak, traktor, keranjang, alat pelubang mulsa, tali rafia, ember, dan karung.

2.2.2 Teknologi Budidaya

Budidaya lettuce dapat dilakukan dengan teknologi konvensional, hidroponik, dan juga vertikultur. Budidaya secara konvensional yaitu dilakukan di lahan terbuka. Walaupun dilakukan budidaya di lahan terbuka dengan teknologi konvensional apabila dilakukan penanaman dan pemeliharaan yang benar akan diperoleh hasil yang memuaskan baik kualitas dan kuantitasnya.

Lahan pertanian dewasa ini semakin sempit terutama di kota. Usaha budidaya tetap dapat dilakukan dengan cara menggunakan teknik modern yaitu teknik “rumah kaca” atau populer dengan nama greenhouse menggunakan sistem teknologi hidroponik. Pengusaha agribisnis saat ini sudah banyak yang menggunakan greenhouse yang dibuat secara modern maupun sederhana.

Hidroponik adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Hidroponik secara keseluruhannya dapat diartikan sebagai pengerjaan dengan air atau lebih luasnya bertanam tanpa tanah (Prihmantoro dan Yovita, 2003). Prinsip dasar dari hidroponik adalah memberikan atau menyediakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk larutan. Pemberiannya dilakukan dengan menyiramkan atau meneteskannya ke tanaman. Pengelolaan hidroponik tidak lagi menggunakan tanah, hanya

(37)

xxxvii 20

dibutuhkan air yang ditambah dengan nutrien atau pupuk sebagai sumber makanan bagi tanaman. Media untuk tanaman hidroponik bermacam-macam, antara lain arang sekam, pasir, zeolit, gambut dan serbuk sabut kelapa.

Budidaya hidroponik memiliki beberapa alasan dan kelebihan yang menarik, alasan utamanya adalah kebersihan tanaman terjamin. Kelebihan-kelebihan lainnya budidaya pertanian rumah kaca diantaranya yaitu mudah dalam mengendalikan hama dan penyakit, dapat mengendalikan suhu dan kelembaban, serta dapat lebih meningkatkan mutu produk pertanian yang dihasilkan. Hidroponik juga memiliki kelemahan yaitu teknologi hidroponik memerlukan biaya yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan cara konvensional.

Tanaman lettuce dapat juga dibudidayakan dengan teknologi vertikultur. Sistem vertikultur ini merupakan cara bertanam secara berjenjang atau bertingkat dengan aneka bentuk dan bahan wadah. Tujuan utama menanam secara vertikultur yaitu dapat melakukan budidaya di lahan yang sempit. Kelebihan lainnya yaitu dapat diperoleh hasil yang lebih banyak dibandingkan dengan teknologi konvensional dan juga efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan pupuk. Kelemahannya yaitu investasi awal dibutuhkan cukup tinggi untuk membuat bangunan. Akan tetapi untuk menghemat biaya vertikultur dapat dilakukan menggunakan bangunan dari bambu dan atap dari plastik.

2.2.3 Teknologi Panen dan Pasca Panen

Panen dapat digunakan secara manual dan menggunakan mesin. Umur panen dan cara panen merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan untuk menghasilkan lettuce sesuai dengan kriteria. Umur panen tanaman lettuce 35-60

(38)

xxxviii 21

hari setelah tanam. Lettuce yang ditanam secara hidroponik mempunyai umur panen yang lebih singkat sekitar 28-50 hari (Suprayitna, 1996).

Kegiatan pasca panen merupakan kegiatan yang ditangani secara hati-hati untuk mendapatkan kualitas buah yang baik. Panen harus dilakukan pada waktu yang tepat agar sesuai dengan keinginan konsumen dan kualitasnya. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengepakan di lokasi panen sangat baik untuk dilakukan, tujuannya adalah selada yang telah dipanen terjaga kesegarannya. Pengepakan di lokasi panen sudah lama dijalankan umumnya di negara maju seperti Amerika. Sistem pengepakan tersebut juga sudah menggunakan teknologi mesin. Sistem pengepakan hasil panen di lahan sangat cocok untuk areal penanaman yang luas, sehingga dapat lebih efisien.

Teknologi pasca panen yang digunakan dalam pengemasan yaitu menggunakan tryfoam dengan wrapping film. Peralatan pengemasan yang diperlukan adalah wrapping film, cutter, tryfoam, isolasi dan timbangan. Tujuan dari pengemasan ini adalah untuk melindungi produk dari lingkungan (kerusakan fisik dan sinar matahari), meningkatkan nilai ekonomis, meningkatkan daya tarik konsumen terhadap produk yang dipasarkan, menghindari kontaminasi, memudahkan penanganan, memperpanjang daya simpan produk dengan menekan proses respirasi.

Produk yang telah dikemas umumnya disusun di dalam boks (container) dan ditimbang kembali. Produk dalam boks disusun rapi untuk diangkut dan dimasukkan kedalam cool room (ruangan pendingin), karena biasanya hasil kemasan tersebut tidak langsung dikirim ke konsumen, tetapi dikirim keesokan harinya.

(39)

xxxix 22

2.3 Penelitian Terdahulu 2.3.1 Bisnis Lettuce

Bisnis lettuce dewasa ini dikembangkan karena adanya permintaan yang tinggi. Beberapa perusahaan banyak yang mengembangkan lettuce karena melihat peluang dan prospek pasar. Teknologi budidaya yang semakin maju mendukung perusahaan agribisnis menjadi tertarik untuk membudidayakan lettuce. Budidaya

Lettuce saat ini sudah dilakukan oleh beberapa perusahaan baik secara

konvensional, hidroponik, serta organik.

Akbar (2001) melakukan penelitian pada perusahaan yang mengembangkan lettuce yaitu PT Austindo Mitra Sarana di Kabupaten Sukabumi. Penelitian tersebut dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial pengusahaan budidaya head lettuce dengan sistem organik. PT Austindo Mitra Sarana melayani permintaan dari perusahaan-perusaaan besar dan juga restoran seperti PT Cibodas Mandiri, PT Saung Mirwan, PT Kem Farm, PT Jorro dan McDonald’s. Kondisi teknis dan manajemen perusahaan memiliki kelengkapan yang mendukung pengusahaan budidaya head lettuce sistem organik. Hasil analisis finansial dengan melihat besarnya NPV, Net B/C ratio, dan Payback Period menunjukkan hasil bahwa usaha budidaya head lettuce dengan sistem organik cukup prospektif dan layak untuk dikembangkan.

Natalia (2002) melakukan penelitian pada PT XYZ di Sukabumi mengenai strategi bersaing pada perusahaan tersebut. PT XYZ merupakan salah satu produsen lettuce. Kondisi perusahaan menunjukkan faktor kekuatan yang dimiliki adalah tawar-menawar perusahaan yang cukup kuat; loyalitas karyawan dan kerjasama yang baik; menghasilkan produk berkualitas, bebas pestisida dan

(40)

xl 23

kontinu, sarana transportasi memadai; serta memiliki teknologi dalam produksi, sistem informasi manajemen dalam operasional penjualan dan pemasaran. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menggunakan matrik QSPM diperoleh tujuh strategi bersaing yaitu menjalin kerjasama dengan distributor untuk memperluas pemasaran, ekspansi pasar domestik khususnya kota-kota besar dan daerah tujuan wisata, meningkatkan volume produksi, meningkatkan daya saing melalui efisiensi dan kualitas produk, meningkatkan dan mempertahankan pelayanan kepada konsumen, meningkatkan kegiatan promosi, dan diversifikasi produk untuk mengikuti selera pasar. Strategi bersaing tersebut dirumuskan untuk menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi dalam industri agribisnis.

Perusahaan lain yang mengembangkan lettuce yaitu Yayasan Progressio di Kabupaten Cianjur. Yuningsih (2004) melakukan penelitian pada perusahaan tersebut mengenai kelayakan finansial pengusahaan lettuce secara hidroponik. Penelitian tersebut dilakukan untuk menganalisis kelayakan investasi membandingkan leaf lettuce dengan head lettuce. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui jenis selada mana yang perlu dikembangkan. Perhitungan yang telah dilakukan menggunakan NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, serta analisis sensitivitas menunjukkan hasil bahwa usaha pengembangan leaf lettuce lebih layak untuk diusahakan dibandingkan dengan head lettuce.

Hasil penelitian-penelitian di atas menunjukkan bisnis lettuce prospektif untuk diusahakan. Demand dan aspek produksi menunjukkan adanya kelayakan dalam melakukan usaha budidaya lettuce. Strategi bersaing pun dibutuhkan perusahaan untuk menghadapi tingkat persaingan dalam industri agribisnis lettuce.

(41)

xli 24

Hal tersebut menjadi gambaran dan rekomendasi untuk pengusaha dan petani sayuran dalam budidaya lettuce.

Perusahaan lain yang mengusahakan lettuce baik skala kecil maupun besar masih banyak lagi selain perusahaan-perusahaan tersebut di atas. PT Saung mirwan merupakan perusahaan skala besar yang mengusahakan lettuce. Perusahaan tersebut mengusahakan lettuce dengan sistem kemitraan berbeda dengan perusahaan-perusahaan pada penelitian tersebut di atas. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagimana proses pelaksanaan bisnis lettuce yang telah dijalankan dengan sistem kemitraan.

2.3.2 Kemitraan Agribisnis Sayuran

Tujuan dibentuknya pola kemitraan salah satunya yaitu meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan. Nilai tambah bagi perusahaan yaitu berupa keterjaminan kontinuitas produk dengan cara tidak harus mengeluarkan biaya investasi lahan. Nilai tambah bagi petani mitra selain keterjaminan pasar, petani dapat memperoleh informasi teknologi dari perusahaan. Oleh karena itu saat ini sudah banyak perusahaan dan koperasi yang mengembangkan bisnisnya dengan melakukan jalinan kemitraan dengan petani. Sistem kemitraan yang dijalankan pada pelaksanaannya ada yang efektif dan tidak efektif disebabkan permasalahan dan kendala yang belum dapat diatasi.

KUD Setya Budhi di Brebes melaksanakan sistem kemitraan usahatani bawang merah dengan petani sekitar. Setiowati (2002) membahas mengenai pelaksanaan kemitraan tersebut serta dampaknya terhadap pendapatan. Berdasarkan evaluasi perjanjian kemitraan menunjukkan kurang aktifnya peran KUD dalam pelaksanaan kemitraan terutama dalam pelaksanaan kewajiban

(42)

xlii 25

terhadap petani, seperti dalam kegiatan penampungan produksi bawang merah dan kegiatan penyediaan sarana produksi usahatani. Kemitraan yang dilaksanakan tidak menguntungkan petani mitra, sehingga kelanjutan dari kemitraan tidak diharapkan walaupun dari analisis pendapatan menunjukkan keuntungan yang optimal bagi petani mitra.

PT Agro Inti Pratama melakukan kemitraan dengan petani ubi jalar di desa Sindang Barang. Berdasarkan hasil penelitian Puspitasari (2003) jalannya kemitraan perusahaan dengan petani musim ke tiga tahun 2002 dinilai masih belum optimal. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan petani mitra lebih kecil dibandingkan petani non mitra. Kurangnya komitmen dari kedua belah pihak menyebabkan jalinan kemitraan tersebut belum optimal.

Pratiwi (2003) melakukan penelitian pada PT Cibodas mandiri yang menjalankan kemitraan dengan petani sayuran di Kabupaten Cianjur. Berdasarkan analisa tingkat hubungan kemitraan antara PT Cibodas Mandiri dengan petani mitra sayuran Jepang menunjukkan bahwa kemitraan yang terjadi termasuk dalam kategori kemitraan Prima Madya. Strategi pemasaran yang dilakukan PT Cibodas Mandiri menguntungkan bagi perusahaan dan juga petani. Perusahaan menetapkan strategi perusahaan berdasarkan pada lingkungan internal dan eksternal. Pelaksanaan kemitraan tersebut dinilai sudah optimal.

Sulistyo tahun 2004 melakukan penelitian pada PT Great Giant Pineaple. Pengaruh kemitraan terhadap efisiensi penggunaan faktor produksi dan pendapatan usahatani petani ubi kayu di Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah dianalisis dalam penelitian tersebut. Hasil yang diperoleh secara keseluruhan petani mitra dan bukan mitra diketahui bahwa kegiatan usahatani ubi

(43)

xliii 26

kayu yang dilakukan berada dalam kondisi yang menguntungkan dan layak secara finansial. Akan tetapi berdasarkan kajian efektivitas kemitraan yang dilakukan beberapa isi perjanjian belum sepenuhnya dilaksanakan, seperti penyediaan sarana produksi belum sepenuhnya sesuai. Berdasarkan analisis tingkat efisien penggunaan faktor-faktor produksi baik petani mitra maupun bukan mitra belum mencapai kondisi optimal atau efisien.

Pelaksanaan kemitraan PT Gamala Sari dengan petani jagung manis sudah efektif dan menunjukkan kepuasan petani terhadap kerjasama tersebut. Penelitian yang dilakukan Ali (2005) menunjukkan hasil analisis usahatani jagung manis petani mitra menguntungkan dari sisi pendapatan. Perbedaan pendapatan yang cukup signifikan terjadi antara petani mitra dengan non mitra. Meskipun demikian penilaian terhadap sistem kemitraan yang dijalankan belum memenuhi harapan petani kecara keseluruhan. Oleh karena itu pihak perusahaan masih harus memperbaiki sistem kemitraan dalam pelayanannya.

PT Saung Mirwan menjalin kemitraan dengan petani untuk memenuhi kebutuhan sayuran. Permintaan pasar yang tinggi untuk produk edamame membuat perusahaan tersebut menjalin kemitraan dengan petani edamame di Desa Sukamanah. Berdasarkan penelitian Fadloli (2005) mengemukakan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT Saung Mirwan dengan petani edamame belum sepenuhnya sesuai dengan isi perjanjian kemitraan. Keterlambatan dalam pelayanan jasa pengangkutan hasil panen yang terjadi menjadi salah satu poin yang tidak sesuai dengan ini perjanjian. Alternatif strategi pelaksanaan kemitraan untuk mempertahankan petani mitra yaitu perusahaan sebaiknya meningkatkan pelayanan terhadap petani mitra edamame.

(44)

xliv 27

2.3.3 Manfaat dan Alasan Ekonomi Kemitraan

Manfaat dan alasan ekonomi para pelaku kemitraan berbeda-beda. Kerjasama yang dijalin diharapkan akan memberikan manfaat dan mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Jalinan kemitraan antara perusahaan dengan petani banyak yang tidak mengalami keberhasilan disebabkan kedua belah pihak belum sepenuhnya menjalankan isi perjanjian kemitraan. Walaupun demikian banyak manfaat yang dapat diambil dari kerjasama tersebut.

Hasil penelitian Puspitasari (2003) pada PT Agro Inti Pratama bahwa kerjasama tersebut memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Manfaat bagi perusahaan adalah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ubi jalar, menjaga kekontinuan suplai, mengantisipasi lonjakan harga ubi dipasaran, serta menghemat sumber daya lahan untuk bidudaya. Manfaat bagi petani mitra adalah memudahkan petani dalam pengadaan bibit ubi jalar, pinjaman modal, adanya keterjaminan pasar dan meminimalkan terjadinya penurunan harga saat panen raya.

Koperasi Mitra Tani Agribisnis menjalin kemitraan dengan petani sayuran di daerah Cipanas untuk memenuhi pasokan sayuran. Berdasarkan penelitian Ros (2004) diketahui bahwa pelaksanaan kemitraan tersebut masih belum optimal. Hal tersebut terjadi karena kedua belah pihak masih belum sepenuhnya melaksanakan setiap butir tugas dan tangggung jawab yang tertuang dalam rencana pembentukan kemitraan. Kondisi kemitraan tidak stabil dan mengalami beberapa beberapa masalah, diantaranya banyak petani yang memutuskan untuk tidak bekerjasama lagi. Manfaat-manfaat yang dirasakan petani melalui kerjasama ini, diantaranya kemudahan pemasaran, petani memperoleh system pembayaran yang cukup

(45)

xlv 28

memuaskan, petani tidak perlu melakukan proses pasca panen seperti pengangkutan, pencucian, grading, dan packaging, terjalinnya hubungan yang cukup baik antara petani dengan Mitra maupun antar sesama petani mitra.

Alasan ekonomi didirikannya kemitraan pada PT Atina dengan petani udang yaitu untuk memenuhi ekspor udang ke Jepang. Penelitian Iftauddin (2005) menyebutkan kerjasama tersebut menjaminnya kekontinuan pasokan bahan baku udang untuk pasar ekspor serta meminimalisasi biaya investasi untuk budidaya. Manfaat yang dirasakan petani mitra yaitu meningkatnya penerimaan, menjadikan tambak bersertifikat organik, dan adanya bimbingan teknis budidaya.

Petani jagung manis di Sukabumi menjalin kemitraan dengan PT Florette Gemala adalah untuk memperoleh pendapatan yang lebih dari petani jagung lainnya. Hasil penelitian Ali (2005) menunjukkan nilai yang menguntungkan petani mitra dan terdapat perbedaan pendapatan signifikan antara petani mitra dengan non mitra. Pelaksanaan kemitraan juga memberikan manfaat lain untuk petani seperti memperkecil tingkat resiko. Manfaat bagi PT Florette Gemala terpenuhinya pasokan bahan baku secara kontinyu yang akan dipasarkan di wilayah Jabotabek.

Kerjasama kemitraan penelitian Barbarra (2003) dilakukan IPB dengan penangkar benih di Situ Uncal Bogor untuk memproduksi benih jagung manis. Hasil penelitian kemitraan dapat mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak. IPB dapat menghemat sumber daya lahan dan tenaga kerja untuk memproduksi benih jagung manis. Petani sebagai plasma mendapatkan manfaat yaitu dalam hal sumber dana, perolehan input, jaminan pemasaran, bimbingan serta bimbingan dalam teknis budidaya.

(46)

xlvi 29

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Menjadi Mitra

Keputusan seseorang atau individu dalam menjalin suatu kerjasama dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal tersebut dapat berupa karakteristik demografi seseorang. Faktor eksternal dapat berupa pengaruh lingkungan seperti himbauan pemerintah sekitar.

Bentuk kerjasama diantaranya dapat berupa jalinan kemitraan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menjalin kemitraan. Faktor-faktor yang mendorong kemitraan misalnya yaitu jaminan kualitas, perluasan pasar transfer teknologi, umur, tingkat pendidikan, dan modal. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi keputusan seseorang atau perusahaan untuk menjalankan atau melanjutkan hubungan kemitraan.

Penelitian Ros (2004) pada Koperasi Mitra Tani menganalisis faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam bermitra dengan koperasi tersebut. Terdapat permasalahan dalam hubungan kemitraan tersebut yaitu petani mitra memutuskan untuk tidak lagi bekerjasama. Berdasarkan hasil analisis menggunakan regresi logistik, faktor-faktor yang mempengaruhi petani melanjutkan kemitraan diantaranya yaitu umur, tingkat pendidikan, dan proporsi modal. Kekerabatan merupakan faktor determinan lain yang tidak dapat diukur secara kuantitatif. Oleh karena itu untuk mendukung keberhasilan kemitraan pihak Koperasi Mitra Tani perlu melakukan perbaikan-perbaikan dalam sistem dan pelaksanaannya.

PT ISM Bogasari menjalankan kemitraan dengan Koperasi Pedagang Mi bakso Jakarta Utara (KPMB-JU). Penelitian Sulaksana (2005) untuk menentukan urutan prioritas berdasarkan bobot faktor menggunakan metode PHA. Hasil

Gambar

Tabel 1 Tabel Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Hortikultura 2005-2006  Komoditas  Penyerapan Tenaga Kerja (Orang)
Tabel 2 Ekspor Impor Lettuce Head Bulan Januari-Februari Tahun 2006  Bulan
Gambar 1 Grafik Order dan Kirim Lettuce Head PT Saung Mirwan Periode Tahun  2003-2007
Gambar 3 Pola Kemitraan Inti Plasma
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui persepsi petani terhadap kinerja kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra.Daerah

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan kemitraan yang sudah terjalin antara petani semangka di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah dengan CV Bimandiri.Selain mengkaji

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) keragaan pola kemitraan usahatani ubi kayu di Pabrik Bumi Waras, 2) faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

Analisis Trend Produksi Dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kedelai Edamame Serta Pola Kemitraan Petani Edamame Pada PT.Mitratani Dua Tujuh di Kabupaten

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui persepsi petani terhadap kinerja kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra.Daerah

Medco Intidinamika sesuai dengan gambaran pola kemitraan dagang umum, yaitu petani mitra bergabung dalam kelompok mitra (Gapoktan Mekar Tani) untuk menjual gabah

Dari beberapa permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas kemitraan antara petani dan perusahaan berdasarkan perpektif petani dilihat

Program kemitraan dengan PTP.N.II merupakan sistem pola pengolahan lahan. dalam bentuk kemitraan antara petani dengan PTPN II dimana