• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh Terhadap Keputusan Bermitra Bermitra

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI MENJADI MITRA

B. Biaya Non Tunai

2. Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK)

7.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani menjadi Mitra menjadi Mitra

7.2.2 Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh Terhadap Keputusan Bermitra Bermitra

Berdasarkan hasil analisis dari tujuh variabel yang dimasukkan ke dalam model terdapat empat variabel yang tidak berpengaruh atau tidak signifikan pada α sebesar 10 persen. Variabel yang tidak signifikan adalah umur, jumlah anggota keluarga, pendapatan, dan luas lahan. Keempat variabel tersebut cenderung tidak berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan.

Variabel umur secara statistik tidak signifikan pada α sebesar 10 persen, yaitu memiliki nilai p-value sebesar 0.157 yang lebih besar dari α = 10 persen. Hal tersebut disebabkan jumlah petani mitra dan non mitra tidak proporsional dan keragaman data kecil sehingga data kurang bisa menjelaskan. Koefisien variabel umur bernilai positif sesuai dengan dugaan sebelumnya, tetapi tidak signifikan pada taraf nyata α = 10 persen. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Ros (2004) bahwa umur berpengaruh nyata terhadap keputusan kemitraan.

Dugaan sebelumnya dari peneliti, yang menduga bahwa variabel umur akan signifikan dan berkorelasi positif dengan keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan. Umur petani semakin tua maka akan tertarik untuk menjadi mitra karena adanya jaminan dan kemudahan-kemudahan yang

clx 143

ditawarkan seperti jaminan pemasaran, kemudahan dalam memperoleh bibit serta adanya bimbingan budidaya dan informasi-informasi dari penyuluh atau sesama petani mitra.

Umur petani yang lebih tua cenderung mengharapkan jaminan dibanding memperluas pasar dan mengembangkan usahanya, sehingga merupakan hal yang rasional jika memutuskan untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan. Variabel umur pada model regresi tidak signifikan, sehingga umur bukanlah pemicu atau penghambat bagi petani untuk menjadi mitra. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hanya terdapat dua orang yang berumur diatas 50 tahun atau 10 persen dari jumlah responden. Rataan umur antara petani mitra dan non mitra pun tidak jauh berbeda, sehingga hal tersebut memungkinkan umur tidak signifikan.

Dugaan sebelumnya variabel jumlah anggota keluarga akan berpengaruh positif terhadap keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan. Jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan petani semakin banyak, maka kemungkinan petani tersebut membutuhkan pendapatan yang lebih tinggi. Pendapatan tersebut diperlukan untuk mencukupi keperluan keluarganya, yang diharapkan dapat diperoleh dengan bergabung menjadi mitra. Jumlah anggota keluarga pun dapat menjadi sumber ketersediaan tenaga kerja, sehingga dengan memanfaatkan tenaga kerja dalam keluarga dapat menambah pendapatan tunai petani.

Dugaan tersebut berbeda dengan hasil analisis regresi logistik yang menyatakan bahwa variabel jumlah anggota keluarga tidak signifikan, artinya variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani. Hasil penelitian Santy (2008) dan Ros (2004) menyebutkan pula, bahwa variabel

clxi 144

keluarga tidak berpengaruh secara nyata terhadap keputusan menjadi anggota dan keputusan bermitra. Berapapun jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan petani, tidak mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi mitra.

Nilai koefisien keluarga pun berbeda dengan dugaan sebelumnya yang diduga positif, ternyata bernilai negatif. Koefisien tersebut dapat diinterpretasikan bahwa semakin banyak jumlah keluarga yang menjadi tanggungan, maka semakin petani tidak ingin bermitra. Tanggungan keluarga yang banyak diduga dapat mendorong petani untuk mengembangkan usahataninya sendiri, sehingga tidak bermitra dengan PT Saung Mirwan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan tenaga kerja dalam keluarga petani responden cenderung kecil. Petani responden sebanyak 30 baik mitra maupun non mitra yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga penuh hanya empat orang. Jumlah anggota keluarga yang banyak tidak menjadi jaminan untuk ikut bekerja dalam kegiatan usahatani lettuce. Anggota keluarga yang tidak menjadi tenaga kerja dalam usahatani karena mempunyai kegiatan masing-masing. Hal tersebut kemungkinan menjadi salah satu penyebab tidak berpengaruhnya jumlah anggota keluarga. Keputusan petani menjadi mitra merupakan keputusan individu, dimana penilaian tersebut tidak dipengaruhi oleh banyaknya jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan petani.

Variabel pendapatan sebelumnya diduga berpengaruh negatif terhadap keputusan bermitra. Tujuan awal dan harapan petani menjadi mitra adalah peningkatan pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani yang meningkat diharapkan dapat menambah, atau meningkatkan pendapatan rumah tangga dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Petani yang memiliki pendapatan tinggi diduga

clxii 145

kurang tertarik untuk menjadi mitra. Peningkatan pendapatan lebih dibutuhkan oleh petani berpenghasilan rendah, sehingga dugaan awal pendapatan tinggi diduga berpengaruh negatif terhadap keputusan untuk menjadi mitra.

Hasil analisis logit menunjukkan bahwa variabel pendapatan secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan. Keragaman data yang kecil diduga menyebabkan variabel pendapatan secara statistik tidak berpengaruh nyata pada pengujian model logit. Nilai koefisien pendapatan walaupun tidak berpengaruh nyata, tetapi sesuai dengan dugaan sebelumnya yaitu berpengaruh negatif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, diketahui bahwa menurut petani program kemitraan tidak selalu dapat memberikan manfaat, dalam hal peningkatan pendapatan bagi petani. Hal tersebut terjadi khususnya jika harga di luar (pasar) yang dapat diakses lebih tinggi atau jumlah produksi petani sedang menurun. Keputusan bermitra bagi petani yang terpenting adalah bagaimana penilaian mereka mengenai keseluruhan manfaat, yang dapat diberikan kemitraan PT Saung Mirwan bukan hanya dalam hal pendapatan.

Petani dengan pendapatan tinggi maupun petani dengan pendapatan lebih rendah akan bereaksi sama, seandainya mereka puas dengan manfaat yang diperoleh melalui kemitraan. Penilaian petani yaitu apakah kemitraan juga dapat memberikan manfaat lainnya, bukan hanya manfaat ekonomi, tetapi manfaat teknologi maupun sosial juga penting bagi petani untuk dapat mengembangkan usahataninya.

Variabel luas lahan diduga akan berpengaruh positif terhadap keputusan petani untuk menjadi mitra. Lahan yang semakin luas maka jumlah yang

clxiii 146

diproduksi akan semakin besar, sehingga petani membutuhkan jaminan pasar untuk produksinya. Oleh karena itu diduga petani yang lahannya lebih luas sangat memerlukan kerjasama kemitraan, untuk memasarkan hasil produksinya dengan resiko yang lebih rendah.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik diketahui bahwa luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk menjadi mitra. Nilai koefisien luas lahan negatif sehingga tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Nilai koefisien tersebut dapat diinterpretasikan bahwa petani yang melakukan usahatani

lettuce dengan lahan luas cenderung tidak tertarik untuk bermitra. Hal ini

disebabkan luas lahan budidaya lettuce dibatasi oleh pihak PT Saung Mirwan. Mekanisme suplai bibit seperti telah diuraikan sebelumnya yaitu PT Saung Mirwan membatasi jumlah bibit sekitar 8,000 pohon. Jumlah bibit tersebut hanya cukup untuk kebutuhan penanaman lettuce pada lahan seluas 2,500 meter persegi. Pembatasan jumlah bibit tersebut membuat petani yang mempunyai lahan luas tidak tertarik untuk menjadi mitra budidaya lettuce, walaupun ada pula petani non mitra yang mengusahakan lettuce dengan luasan sempit. Kondisi tersebut menyebabkan nilai distribusi selang luasan lahan tidak berbeda antara mitra dan non mitra. Hal tersebut yang membuat variabel luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan bermitra.