• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEMITRAAN

6.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

6.3.2 Deskripsi Proses Pelaksanaan Kemitraan Lettuce

Pola kemitraan PT Saung Mirwan mulai diterapkan tahun 1990 dengan jumlah mitra tani yang semakin berkembang. Awalnya kemitraan dimulai dengan petani kecil berjumlah 20 orang yang menanam secara konvensional di wilayah Desa Sukamanah, kemudian menyebar sampai ke daerah Cipanas, Bandung, dan Garut. Jumlah petani saat ini berkembang hingga 300-400 petani mitra yang menanam komoditas beragam jenis. Kemitraan lettuce di Garut mulai dikembangkan tahun 2001 dengan jumlah petani awalnya 16 orang.

Pola kemitraan yang diterapkan PT Saung Mirwan dengan petani mitra dikategorikan ke dalam pola KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis). PT Saung Mirwan sebagai pihak perusahaan mitra menyediakan pinjaman sarana produksi berupa bibit, bimbingan teknis budidaya, dan jaminan pasar. Petani mitra menyediakan lahan, tenaga kerja dan sarana. Berdasarkan jangka waktu dikategorikan dalam kemitraan jangka panjang. Kemitraan dilakukan dalam waktu panjang dan terus-menerus dengan perjanjian tertulis.

Program kemitraan termasuk tipe sinergis dan saling menguntungkan. Pelaksanaan kemitraan telah dijalankan menunjukkan kerja sama usaha yang saling menguntungkan dan saling memperkuat serta menjadikan kerja sama bisnis menjadi berkesinambungan. Sinergi yang menguntungkan diantaranya dalam bentuk petani menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan menyediakan saprotan, bimbingan teknis, dan penjaminan pasar.

cxiv 97

Jumlah komoditas yang berhasil dibudidayakan petani mitra saat ini semakin bertambah, kira-kira sudah 15 jenis komoditas yang dikembangkan. Komoditas yang dimitrakan antara lain edamame, lettuce head, lettuce romaine, selada keriting, buncis mini, timun jepang, terung jepang, kabocha, pakcoy baby, pakcoy hijau, kapri manis, kailan baby, okra, daun bawang dan zuchini baby. Permintaan sayuran terbesar di PT Saung Mirwan yaitu edamame dan lettuce

head, sehingga petani mitra lebih dikhususkan untuk menanam edamame dan lettuce head. Penanaman edamame dipusatkan di Gadog sedangkan Lettuce head

di Garut, karena pertimbangan kecocokan iklim dan tanah.

Pertimbangan perusahaan mengembangkan kemitraan dengan petani antara lain yaitu ketersediaan sumber daya lahan dan modal yang terbatas, serta permintaan pasar yang tinggi terhadap jenis sayuran tertentu. PT Saung Mirwan secara terbuka mentransformasikan pengalamannya kepada petani kecil untuk kemajuan bidang pertanian. Pengusahaan sayuran melalui pola kemitraan ini dapat menciptakan beberapa keuntungan, antara lain mampu menyerap tenaga kerja baik di tingkat usahatani maupun tingkat pengolahan, memantapkan usaha peningkatan pendapatan dan taraf hidup petani.

Struktur organisasi PT Saung Mirwan menempatkan kemitraan secara umum berada di bawah wakil direktur komersial. Kemitraan dipimpin oleh seorang manajer kemitraan yang bertanggung jawab mengelola dan mengembangkan pola kemitraan yang telah dirintis dari tahun 1990 sesuai dengan misi PT Saung Mirwan. Manajer kemitraan membagi tanggung jawabnya kepada tiga kepala seksi (Kasi) yaitu Kasi kemitraan Gadog, Kasi kemitraan Garut, dan Kasi kemitraan Lembang. Adapun tugas-tugas manajer kemitraan adalah:

cxv 98

1 Merencanakan pola tanam petani 2 Mengatur jadwal kunjungan penyuluh

3 Menyelesaikan permasalahan yang ada di kemitraan (mitra tani) apabila tidak dapat diselesaikan oleh penyuluh

4 Mengkontrol kemitraan daerah Garut dan Lembang (Bandung), minimal dua kali dalam satu bulan.

5 Melakukan negosiasi dengan bagian sales

6 Mempertanggung jawabkan kinerjanya dalam rapat koordinasi, rapat bulanan, dan rapat paripurna.

Berdasarkan tugas-tugas tertulis manajer kemitraan terdapat koordinasi kamitraan dengan bagian sales (pemasaran). Bagian sales adalah bagian yang bertugas membuat peramalan permintaan sayuran di PT Saung Mirwan. Bagian

sales akan mengajukan target produksi untuk produk yang dimitrakan kepada

manajer kemitraan agar dilakukan perencanaan produksi per minggu. Manajer kemitraan mengatur produksi dengan cara merencanakan pola tanam petani untuk mengalokasikan jumlah penanaman berdasarkan target produksi.

Prosedur bergabung untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan diatur oleh manajer kemitraan dengan persyaratan mengisi formulir perjanjian kemitraan. Petani yang ingin bergabung dengan kemitraan PT Saung Mirwan dapat mengajukan diri dengan cara melakukan pendaftaran dan mengisi formulir perjanjian kemitraan. Petani dapat menghubungi pihak penyuluh untuk mengajukan permohonannya. Pihak penyuluh akan memberikan data petani tersebut yang kemudian surat perjanjian akan ditandatangani untuk disahkan manajer kemitraan.

cxvi 99

Perjanjian kemitraan berlaku untuk waktu yang tidak terbatas. Keterikatan petani dengan PT Saung Mirwan berakhir saat salah satu pihak mengakhiri kerjasama. Kerjasama dapat berakhir misalnya saat pihak perusahaan mengakhiri karena terjadi masalah atau pihak petani mengundurkan diri dari program kemitraan tersebut. Petani yang sudah resmi menjadi mitra dan akan melakukan penanaman diwajibkan melakukan pendaftaran terlebih dahulu kepada penyuluh atau langsung kepada manajer kemitraan.

Bagian kemitraan akan mengatur alokasi penanaman kepada petani mitra yang dalam status aktif menanam peroduk kemitraan. Petani mitra sebelumnya sudah mendaftar akan menjadi prioritas dalam penanaman lettuce. Pendaftaran ulang petani mitra tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam program tanam dan alokasi bibit.

Daftar petani akan menjadi pertimbangan pihak perusahaan untuk mengalokasikan penanaman. Alokasi penanaman akan diprioritaskan untuk petani yang selalu berhasil dalam budidayanya. Petani yang gagal dalam budidaya akan menjadi daftar tunggu agar belajar terlebih dahulu dari kegagalannya. Petani yang telah disetujui melakukan penanaman akan diberikan bibit sesuai jumlah pengajuannya.

Komoditas lettuce merupakan komoditas yang diminati petani mitra untuk melakukan budidaya. Permintaan lettuce yang tinggi setiap minggunya membuat petani dapat menanam dengan luasan lebih dibandingkan komoditas lain. Budidaya lettuce menurut penilaian petani mitra juga dapat mendatangkan pendapatan yang lebih tinggi dibanding komoditas lain, karena harga proses budidaya yang terhitung mudah dengan waktu yang singkat. Petani mitra yang

cxvii 100

sedang tidak aktif menanam lettuce akan menanam komoditas lain sebagai pergiliran pola tanam. Petani mitra juga dapat melakukan budidaya lebih dari satu komoditas sebagai tumpang sari atau sebagai pemanfaatan lahan. Pelaksanaan kemitraan lettuce akan dijelaskan dengan menjabarkan kontrak perjanjian, pelayanan bantuan budidaya oleh penyuluh PT Saung Mirwan, mekanisme suplai bibit, serta sistem panen dan pembayaran hasil panen.

a. Kontrak Perjanjian Kemitraan

Mekanisme pola kemitraan PT Saung Mirwan dengan petani dibuat berdasarkan perjanjian kemitraan. Surat perjanjian kemitraan didalamnya terkandung aspek-aspek berupa identitas kedua belah pihak yang bermitra, dan pasal-pasal yang memuat luas areal tanam petani, lokasi atau daerah penanaman. Surat perjanjian tersebut di dalamnya juga mencakup kesepakatan tanam komoditas serta kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan oleh perusahaan maupun petani. Contoh surat perjanjian kemitraan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan perusahaan dan petani mitra adalah sebagai berikut yaitu menyusun program semua lahan yang mau dimitrakan, membantu teknis budidaya, membeli semua produk yang dihasilkan oleh pihak kedua (petani mitra) yang memenuhi standard kualitas yang ditentukan pihak pertama (PT Saung Mirwan). Kewajiban petani sebagai mitra antara lain membayar kebutuhan benih sesuai dengan kebutuhan lahan, membiayai biaya operasional, menyediakan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan, mengikuti petunjuk dari penyuluh lapangan tentang teknis budidaya, mengikuti program tanam dan panen yang ditentukan pihak perusahaan, menjual seluruh hasil

cxviii 101

produksi yang memenuhi standard kualitas yang ditentukan kepada pihak pertama.

Berdasarkan penilaian petani pelaksanaan kemitraan masih belum sepenuhnya sesuai dengan kontrak perjanjian. Ketidaksesuaian terletak pada pasal 3 mengenai kualitas, yaitu tidak konsistennya perusahaan dalam penentuan standar kualitas. Standar kualitas tinggi diterapkan ketika produksi melimpah, tetapi ketika kekurangan produksi standar kualitas lebih rendah. Hal tersebut sebenarnya tidak merugikan kedua belah pihak. Pihak petani masih dapat menjual produknya dengan harga yang layak pada saat standar kualitas menjadi lebih tinggi. Pihak perusahaan ketika produksi rendah masih mendapatkan produk walaupun produk yang dihasilkan petani berkualitas rendah.

b. Pelayanan bantuan budidaya oleh penyuluh PT Saung Mirwan

PT Saung Mirwan memberikan bantuan budidaya kepada petani mitra melalui penyuluh perusahaan. Penyuluh kemitraan bertugas mengawasi kegiatan budidaya petani mitra dengan kunjungan rutin yang telah dijadwalkan oleh manajer kemitraan. Kunjungan rutin penyuluh dilakukan mulai dari pencarian lahan sampai dengan panen dengan frekuensi kunjungan sebanyak 7-9 kali. Petugas penyuluh mengontrol proses budidaya lettuce dalam hal perawatan, mencari solusi penanggulangan HPT, serta memberikan informasi penggunaan saprotan yang tepat.

Jumlah penyuluh yang dimiliki perusahaan di Saung Mirwan Gadog sebanyak 2 orang dan di Garut sebanyak 3 orang. Jumlah tersebut dirasakan masih kurang karena ada petani mitra yang mendapat kunjungan pengawasan hanya dua kali dalam satu musim tanam. Frekuensi kunjungan penyuluh cenderung rendah

cxix 102

dan belum merata antar petani mitra. Berdasarkan Tabel 19 frekuensi kunjungan penyuluh kurang dari tiga kali dirasakan oleh delapan orang petani mitra responden. Petani mitra ada pula yang secara intensif mendapatkan kunjungan lebih dari 15 kali dalam satu musim tanam.

Tabel 19 Frekuensi Kunjungan Penyuluh pada Petani Mitra Responden Frekuensi Kunjungan Penyuluh Jumlah Petani Mitra (orang)

<3 8 4-8 9 9-12 1 13-15 1 >15 1 Jumlah 20

Kunjungan penyuluh dirasakan penting karena petani dan pihak perusahaan dapat bersama-sama memberikan perawatan secara intensif pada tanaman lettuce. Perawatan tanaman lettuce yang intensif akan berdampak pada perolehan hasil panen serta produktivitas lettuce. Hasil produksi lettuce yang besar sangat penting bagi petani dan juga perusahaan sebagai pemenuhan permintaan konsumen.

c. Mekanisme suplai bibit kepada petani mitra

Benih lettuce merupakan salah satu benih yang sulit dalam pengadaannya.

Keperluan benih untuk penanaman lettuce petani di suplai oleh perusahaan dalam bentuk bibit. PT Saung Mirwan memiliki teknik serta sarana teknologi yang mendukung dalam proses pembibitan. Pembibitan yang dilakukan perusahaan memudahkan petani dalam penanaman. Kemudahan pembibitan dirasa penting karena sangat sulit dan membutuhkan ketelitian serta peralatan lengkap dalam melakukan pembibitan. Petani mitra dapat menghemat waktu, tenaga dan juga petani tidak harus menanggung kegagalan dalam proses pembibitan.

cxx 103

Petani mitra mendapatkan bibit dalam bentuk pinjaman. Harga bibit

lettuce per pohon yaitu Rp 110. Pinjaman bibit tersebut akan dihitung dalam

rupiah yang dibayar oleh petani dengan cara potong panen. Uang hasil penjualan

lettuce akan dipotong sebesar biaya pinjaman bibit. Pemotongan hasil panen

dilakukan oleh pihak perusahaan sehingga petani langsung menerima pendapatan bersih setelah dipotong pinjaman bibit. Perusahaan memberikan kebijakan pelunasan pinjaman bibit dilakukan dengan pembayaran secara bertahap apabila terjadi kegagalan panen pada petani.

Petani mitra sebelumnya harus melaporkan terlebih dahulu kebutuhan bibit yang akan ditanam. Pemberian bibit kepada petani mitra dibatasi jumlahnya, yaitu maksimum sebanyak 8000 pohon. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi gagal panen. Alokasi jumlah bibit yang besar kepada seorang petani, akan merugikan PT Saung mirwan apabila terjadi gagal panen. Pihak perusahaan akan mengalami kekurangan produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu jumlah bibit dialokasikan dengan sebaik-baiknya dan perhitungan tertentu serta ditetapkan batas jumlah maksimum kepada petani mitra.

Penyaluran bibit menurut sebagian besar petani mitra responden dinilai sudah baik. Penilaian tersebut tidak seratus persen petani mitra responden yang menjawab baik. Petani mitra responden masih ada yang menjawab kurang baik, sehingga mekanisme penyaluran bibit perlu dibenahi atau diperbaiki.

d. Sistem panen dan pembayaran hasil panen

Jadwal tanam lettuce telah direncanakan terlebih dahulu oleh manajer

kemitraan, sehingga kegiatan panen akan sesuai jadwal. Apabila telah memasuki minggu panen, penyuluh akan berkunjung ke petani untuk memastikan hari panen.

cxxi 104

Petani juga dapat menghubungi pihak perusahaan untuk memberitahukan bahwa pada hari tertentu mereka akan melakukan panen. Penjadwalan tanam lettuce untuk petani mitra akan memudahkan PT Saung Mirwan dalam memenuhi permintaan pelanggan.

Pihak perusahaan akan menyediakan armada angkutan untuk mengangkut hasil panen petani mitra. Mobil angkutan hasil panen akan siap sedia, jika sebelumnya petani mitra memberitahu pihak perusahaan bahwa hari tertentu akan dilakukan pemanenan. Apabila lokasi penanaman lettuce tidak jauh atau di sekitar perusahaan, petani dapat mengantar sendiri hasil panen langsung ke PT Saung Mirwan.

Petani mitra tidak melakukan penyortiran terlebih dahulu di lokasi penanaman, sehingga penyortiran dilakukan oleh pihak perusahaan. Lettuce hasil panen petani mitra segera diangkut ke PT Saung Mirwan untuk dilakukan proses pasca panen. Pada proses sortir lettuce yang termasuk kriteria berdasarkan standar kualitas yang telah ditetapkan akan diterima oleh PT Saung Mirwan. Grade atau standar kualitas lettuce ditetapkan oleh PT Saung Mirwan. Penetapan harga pun dilakukan oleh perusahaan, berdasarkan analisis usahatani lettuce yang dibuat oleh manajer kemitraan dengan membuat rentang harga.

Rentang penetapan harga yang dibuat oleh manajer kemitraan untuk grade A Rp 2,750-3,500/kg dan grade B Rp 2,000-2,500/kg. Harga yang ditetapkan ketika produksi bagus relatif lebih tinggi dibanding ketika produksi kurang bagus, tetapi harga tersebut masih dalam rentang yang telah ditentukan. Rencana perubahan harga langsung diinformasikan kepada petani satu minggu sebelum perubahan harga ditetapkan.

cxxii 105

Harga yang ditetapkan saat penelitian yaitu grade A Rp 3,250/kg, dan grade B Rp 2,250/kg. Lettuce yang tidak masuk ke dalam kriteria akan dikembalikan kepada petani. Lettuce yang telah dikembalikan biasanya dikonsumsi oleh petani atau apabila rusak akan dimanfaatkan sebagai pakan ikan bagi petani yang memiliki usaha budidaya ikan air tawar.

Pembayaran hasil panen petani akan dilakukan dua minggu setelah panen. Pihak perusahaan akan membayar hasil panen sesuai dengan jumlah lettuce yang masuk ke PT Saung Mirwan setelah penyortiran. Jumlah produk petani yang masuk dalam grade A dan grade B akan dikalikan dengan harga, kemudian dipotong jumlah bibit yang harus dibayar pada pihak perusahaan.

Berdasarkan penilaian terhadap sistem pembayaran hasil panen pada Tabel 22 terdapat 40 persen petani mitra menilai kurang baik Sistem pembayaran dua minggu setelah panen dirasa memberatkan sebagian petani mitra. Mereka mengharapkan pihak PT Saung Mirwan dapat membayar hasil panen satu minggu setelah panen. Hal tersebut diharapkan oleh petani berpenghasilan rendah agar uang hasil panen dapat segera dipergunakan untuk melakukan penanaman atau digunakan untuk keperluan lainnya.