• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI 1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 53-63)

Perkembangan inflasi

2.2. ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI 1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan

Jasa

Pada triwulan I 2016, penyebab utama inflasi Provinsi Bali masih didominasi oleh kelompok bahan makanan yang dipicu oleh kenaikan harga bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai rawit sebagai pendorong utama inflasi volatile food. Tren kenaikan harga komoditas tersebut merupakan dampak dari pergeseran musim panen akibat berlanjutnya anomali cuaca yang mengakibatkan berkurangnya produksi pertanian secara nasional sehingga turut mempengaruhi pasokan komoditas pangan di Provinsi Bali. Selain itu, peningkatan

indeks harga pada kelompok bahan makanan pada triwulan I 2016 disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan menjelang Tahun Baru Imlek serta perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan yang jatuh pada tanggal 8, 10, dan 20 Februari 2016. Kelompok inti seperti kelompok sandang juga menunjukkan adanya peningkatan harga pada triwulan I 2016 yang disebabkan oleh penetapan harga baru oleh pelaku usaha seiring pergantian tahun dan penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) serta Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Sementara itu, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menunjukkan pergerakan melandai yang dipengaruhi oleh penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga dan minyak serta tariff adjustment listrik oleh PT. PLN (Persero).

a) Kelompok Bahan Makanan

Secara tahunan, kelompok bahan makanan pada triwulan I 2016 kembali tercatat sebagai kelompok penyumbang inflasi tertinggi di Bali. Kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 7,70% (yoy) pada Maret 2016, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Maret 2015 yang sebesar 7,43% (yoy). Secara spasial, kelompok bahan makanan juga menjadi kelompok penyumbang inflasi tertinggi di kedua Inflasi Kota di Bali (%yoy)

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tw II 2015 Tw III 2015 Tw IV 2015 Tw I 2016 Denpasar Singaraja Bali Nasional Grafik 2. 3

Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy)

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 2. 4 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015 2016

Bali Denpasar Singaraja %, mtm

Inflasi Bulanan Kelompok Bahan Makanan Denpasar, Singaraja, dan Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Komoditas penyumbang inflasi pada kelompok bahan makanan ditunjukkan terutama pada pergerakan harga bawang merah, bawang putih, telur ayam ras, cabai merah, dan cabai rawit. Kondisi tersebut telah ditindaklanjuti dengan rangkaian penyelenggaraan

Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, qtq

Grafik 2. 6

Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, yoy

Grafik 2. 7

Pergerakan Inflasi Bulanan Bawang Merah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

-30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00

Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb

2014 2015 2016

Bawang Merah

%, mtm

Grafik 2. 8

Pergerakan Inflasi Bulanan Bawang Putih Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

-8.00 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00

Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb

2014 2015 2016

Bawang Putih

%, mtm

Grafik 2. 9

kota sampel inflasi di Provinsi Bali. Di Kota Denpasar, inflasi kelompok bahan makanan tercatat mencapai 6,93% (yoy) pada triwulan I 2016, sementara di Kota Singaraja tercatat sebesar 11,56% (yoy). Sementara secara triwulanan, kelompok bahan makanan tercatat sebesar 4,08% (qtq) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,44% (qtq).

Operasi Pasar dan Pasar Murah di bawah koordinasi TPID Provinsi Bali. Selain beras, komoditas lainnya yang menjadi penyumbang utama inflasi pada kelompok bahan makanan adalah bawang merah, daging ayam ras, dan cabai merah. Sementara komoditas beras menunjukkan pergerakan melandai meskipun terjadi penurunan produksi padi pada periode Januari-Maret 2016.

Kenaikan harga komoditas pada kelompok ini merupakan dampak dari pergeseran musim panen akibat berlanjutnya anomali cuaca yang mengakibatkan berkurangnya produksi pertanian secara nasional sehingga turut mempengaruhi pasokan komoditas pangan di Provinsi Bali. Selain itu, peningkatan indeks harga pada kelompok bahan makanan juga disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan menjelang Tahun Baru Imlek serta perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan jatuh pada tanggal 8, 10, dan 20 Februari 2016. Nampak pada grafik, bahwa pergerakan harga beras sebagai kebutuhan bahan pokok di Provinsi Bali melandai di tengah penurunan produksi di Provinsi Bali.

Pergerakan Inflasi Bulanan Daging Sapi Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

-2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00

Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb

2014 2015 2016

Daging Sapi

%, mtm

Grafik 2. 12

Pergerakan Inflasi Bulanan Telur Ayam Ras Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

-10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00

Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb

2014 2015 2016

Telur Ayam Ras

%, mtm

Grafik 2. 10

Pergerakan Inflasi Bulanan Beras Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

-10.00 -8.00 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00

Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb

2014 2015 2016

Beras

%, mtm

Grafik 2. 13

Pergerakan Inflasi Bulanan Daging Ayam Ras

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

-20.00 -15.00 -10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00

Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb Apr Jun Aug Oct Dec Feb

2014 2015 2016

Daging Ayam Ras

%, mtm

Tabel 2.1 Produksi Padi (Ton)

Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, diolah

b) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Pada triwulan I 2016 tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman jadi, rokok dan tembakau tercatat 4,07% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,66% (yoy) setelah terus melandai sejak triwulan IV 2014. Secara tahunan, inflasi kelompok ini juga lebih rendah dibandingkan dengan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,65% (yoy). Sementara itu, mengikuti pola pergerakan triwulanan, kelompok

ini mengalami penurunan dan tercatat sebesar 1,14% (qtq) pada triwulan I 2016, atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 1,48% (qtq). c) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas

dan Bahan Bakar

Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar pada triwulan I 2016 tercatat relatif jauh lebih rendah. Pada triwulan I 2016 inflasi kelompok

Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, qtq

Grafik 2. 14 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, yoy

ini tercatat sebesar 0,91% (yoy) yang pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 4,79% (yoy). Sementara secara triwulan, kelompok ini tercatat deflasi sebesar -1,12% (qtq) pada triwulan I 2016 lebih rendah dari triwulan IV 2015 yang tercatat inflasi sebesar 0,62% (qtq). Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah terkait penurunan harga BBM, tarif angkutan, dan harga LPG 12 kg berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.2K/12/MEM/2016 yang diberlakukan sejak tanggal 5 Januari 2016. Kondisi ini juga merupakan dampak berlanjutnya penurunan harga minyak dunia, yang berpengaruh pada melandainya harga bensin serta penurunan harga Bahan Bakar Khusus (Pertamax

Di sisi lain, pada triwulan I 2016 Survei Harga Properti Residensial (SHPR) primer Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali tercatat relatif stabil meski pada Januari 2016 terdapat gejolak harga pada komoditas sewa rumah di Denpasar. SHPR tercatat mengalami sedikit peningkatan dari 1,77% (yoy) atau 0,34% (qtq) pada triwulan IV 2015 menjadi 1,87% (yoy) atau 0,36% (qtq) pada triwulan I 2016.

Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, qtq

Grafik 2. 16

Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, yoy Grafik 2. 17 -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 17 Ja nu ari 01 Ja nu ari 21 Ja nu ari 01 Ma ret 01 O kt ober 24 Mei 01 Des embe r 15 Des embe r 15 Ja nu ari 22 Ju ni 18 N ov embe r 01 Ja nu ari 19 Ja nu ari 01 Ma ret 28 Ma ret 05 Ja nu ari 01 A pri l 2002 2003 2005 2008 2009 2013 2014 2015 2016

Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi

Sumber : Pertamina, diolah

Grafik 2. 18 0.34 0.36 1.77 1.87 -5 0 5 10 15 20 90 110 130 150 170 190

I II III IV I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 2016

(%) Indeks

IHPR - Total Growth qtq (RHS) Growth yoy (RHS)

Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Primer

Sumber : Survei Harga Properti Residensial Primer

Grafik 2. 19

dan Pertalite). Tertahannya inflasi pada kelompok ini juga didukung adanya tariff adjustment listrik oleh PT. PLN Persero sejak Januari 2016 yang terus bertahap sampai Maret 2016 terutama golongan R-1, R-2, R-3, P-1, dan P-2.

Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, qtq

Grafik 2. 20

Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, yoy

Grafik 2. 21

d) Kelompok Sandang e) Kelompok Kesehatan

Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, qtq

Grafik 2. 22

Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, yoy

Grafik 2. 23

Inflasi pada kelompok sandang tercatat mengalami peningkatan baik secara triwulanan maupun tahunan setelah pada triwulan sebelumnya turun cukup dalam. Pada Maret 2016 kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 3,30% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 0,06% (qtq). Sementara itu, secara tahunan kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 6,69% (yoy), juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,31% (yoy).

Sejalan dengan kelompok sandang, tekanan inflasi kelompok kesehatan turut mengalami peningkatan baik secara triwulanan maupun secara tahunan. Pada Maret 2016, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 5,71% (yoy), meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,81% (yoy). Sementara secara triwulanan tercatat mengalami inflasi sebesar 1,57% (qtq) atau meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan lalu yang sebesar 0,99% (qtq).

f) Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Sesuai dengan pola historis, secara triwulanan, inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat mengalami peningkatan dari 0,07% (qtq) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 0,35% (qtq) pada triwulan I 2016. Namun secara tahunan, pada triwulan I 2016 kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat relatif stabil dengan inflasi sebesar 4,05% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,07% (yoy).

g) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Secara triwulanan, inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan yang cukup dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari 0,001% (qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi -1,45% (qtq) pada periode laporan. Sementara itu, secara tahunan inflasi kelompok ini tercatat sebesar 0,34% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -1,18% (yoy). Rendahnya inflasi kelompok ini didukung adanya penyesuaian harga Bahan Bakar sehingga tercatat deflasi pada komoditas Angkutan Antar Kota, Angkutan Dalam Kota, Angkutan Udara, Bensin, dan Solar.

Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, qtq

Grafik 2. 26

Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, qtq

Grafik 2. 24

Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, yoy

Grafik 2. 27

Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

%, yoy

2.2.2. Inflasi Menurut Kota

Sejak Tahun 2013 inflasi Provinsi Bali ditentukan berdasarkan inflasi dari 2 (dua) kota sampel inflasi, yaitu Kota Denpasar dan Kota Singaraja. Karakteristik inflasi Kota Denpasar maupun Kota Singaraja terutama dipengaruhi oleh kelompok pengeluaran bahan makanan, makanan jadi dan perumahan sebagaimana tercermin pada dominannya bobot kelompok pengeluaran tersebut dalam keranjang IHK Kota Denpasar maupun Kota Singaraja.

Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar Sumber : BPS, diolah 26% 19% 19% 16% 9% 6% Grafik 2. 28

Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja Sumber : BPS, diolah 27% 26% 19% 12% 6% 5% 4% Grafik 2. 29 a) Kota Denpasar

Pada triwulan I 2016, laju inflasi Kota Denpasar mengalami peningkatan dari 2,70% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 3,41% (yoy) pada triwulan I 2016. Peningkatan tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan (6,93%, yoy), kelompok sandang (6,24%, yoy), dan kelompok kesehatan (6,24%, yoy). Inflasi kelompok bahan makanan triwulan I 2016 tercatat lebih rendah dari inflasi triwulan I 2015 yang sebesar 7,65% (yoy). Sama halnya dengan kondisi Bali secara umum, peningkatan inflasi kelompok ini pada periode pelaporan di Kota Denpasar disebabkan karena adanya hambatan produksi pada komoditas utama penyumbang inflasi (cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah) yang terjadi pada lingkup nasional dan juga berkurangnya stok/pasokan yang tersedia di pasar tradisional. Hal ini juga tidak lepas dari masih tingginya ketergantungan pasokan dari daerah lainnya sehingga harga relatif berfluktuasi. Selain itu, tekanan inflasi kelompok bahan makanan juga didorong oleh terjadinya bencana kebakaran di salah satu pasar tradisional terbesar di Denpasar, yaitu Pasar Badung. Menyikapi adanya potensi kenaikan, pada Maret 2016 kembali dilakukan rangkaian upaya koordinasi pengendalian inflasi oleh TPID Provinsi/Kabupaten/Kota se-Provinsi Bali antara lain melalui Operasi Pasar dan Pasar Murah serta kegiatan pemantauan harga. Selain kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kesehatan pada triwulan I 2016 juga merupakan pendorong inflasi Kota Denpasar. Adanya peningkatan pada kedua kelompok ini didorong oleh peningkatan UMK Denpasar sebesar 11,5% sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali No.1 Tahun 2016 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota.

Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menunjukkan penurunan yang cukup dalam dibandingkan triwulan IV 2015 tercatat

Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

sebesar 5,09% (yoy) sehingga menjadi sebesar 1,07% (yoy) pada triwulan I 2016. Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang triwulan I 2016, maka top

Tabel 2.3 Top 5 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Kota Denpasar

No Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%,mtm) No Komoditas (%, mtm) Kontribusi (%,mtm)

Januari

Inflasi Deflasi

1 Bawang Merah 33,17 0,18 1 Bensin -3,73 -0,20

2 Daging Ayam Ras 6,80 0,13 2 Buncis -55,75 -0,09 3 Telur Ayam Ras 14,45 0,10 3 Kasur -25,00 -0,04 4 Angkutan Udara 10,18 0,09 4 Angkutan Antar Kota -17,49 -0,04 5 Baju Kaos Berkerah 54,02 0,08 5 Semangka -19,16 -0,03 Februari

Inflasi Deflasi

1 Cabai Merah 57,10 0,12 1 Tarif Listrik -3,81 -0,16

2 Pisang 16,58 0,05 2 Bensin -1,13 -0,06

3 Emas Perhiasan 4,92 0,04 3 Cabai Rawit -30,24 -0,04 4 Rokok Kretek Filter 2,45 0,03 4 Bawang Merah -6,82 -0,04 5 Tomat Sayur 56,47 0,03 5 Angkutan Udara -2,65 -0,02 Maret

Inflasi Deflasi

1 Cabai Rawit 80,70 0,12 1 Daging Ayam Ras -12,82 -0,24 2 Sawi Hijau 65,60 0,09 2 Tarif Listrik -1,80 -0,07

3 Mobil 2,17 0,06 3 Angkutan Udara -5,22 -0,05

4 Buncis 38,39 0,06 4 Bensin -0,72 -0,04

5 Tongkol Pindang 10,26 0,04 5 Telur Ayam Ras -5,01 -0,03

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

5 komoditas yang tercatat mengalami inflasi di Kota Denpasar masih didominasi oleh komoditas pada kelompok volatile food.

b) Kota Singaraja

Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel 2.5 Top 5 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Kota Singaraja

No Komoditas mtm) (%, Kontribusi (%,mtm) No Komoditas mtm) (%, Kontribusi (%,mtm)

Januari

Inflasi Deflasi

1 Cabai Rawit 46,40 0,53 1 Buncis -46,32 -0,22

2 Bawang Merah 32,03 0,31 2 Bensin -3,92 -0,16

3 Kentang 51,27 0,08 3 Minyak Goreng -2,54 -0,03 4 Telur Ayam Ras 7,14 0,07 4 Salak -20,83 -0,02 5 Tongkol/Ambu-ambu 19,20 0,04 5 Angkutan Antar Kota -3,85 -0,01 Februari

Inflasi Deflasi

1 Mie Kering Instant 17,40 0,21 1 Cabai Rawit -23,28 -0,26 2 Pisang 12,61 0,09 2 Bawang Merah -23,93 -0,23 3 Daging Ayam Ras 2,10 0,05 3 Buncis -19,91 -0,09 4 Tomat Sayur 47,57 0,04 4 Tarip Listrik -2,70 -0,08 5 Cabai Merah 24,44 0,04 5 Kacang Panjang -13,70 -0,04 Maret

Inflasi Deflasi

1 Cabai Rawit 49,67 0,56 1 Daging Ayam Ras -13,37 -0,33

2 Bawang Merah 29,52 0,28 2 Pisang -4,77 -0,03

3 Buncis 52,38 0,25 3 Kentang -19,93 -0,03

4 Kacang Panjang 22,94 0,07 4 Tarip Listrik -1,09 -0,03

5 Bayam 21,67 0,05 5 Udang Basah -7,57 -0,02

Inflasi Kota Singaraja tercatat mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 2,97% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 4,42% (yoy) pada triwulan I 2016. Namun demikian, capaian inflasi ini tercatat lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 8,99% (yoy). Realisasi inflasi Kota Singaraja pada triwulan I 2016 masih berada di atas inflasi Kota Denpasar. Jalur distribusi Bali Selatan dan Bali Utara masih perlu menjadi perhatian untuk menjaga ketersediaan pasokan pada kedua kota sampel inflasi di Provinsi Bali. Berdasarkan kelompoknya, peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang meningkat tajam dari sebesar 4,74% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi sebesar 11,56% (yoy) pada triwulan I 2016. Hampir seluruh kelompok pengeluaran di Kota Singaraja mengalami peningkatan kecuali kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, sejalan dengan kondisi Kota Denpasar. Jika ditinjau berdasarkan pergerakannya sepanjang Januari sampai Maret 2016, maka komoditas yang mendorong laju inflasi di Singaraja didominasi oleh kelompok volatile

food.

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 53-63)