• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILITAS SISTEM KEUANGAN 1. Ketahanan Sektor Korporasi

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 78-82)

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.4. STABILITAS SISTEM KEUANGAN 1. Ketahanan Sektor Korporasi

Sejalan peningkatan kinerja ekonomi Provinsi Bali pada periode triwulan I 2016, penyaluran kredit korporasi juga menunjukkan peningkatan di triwulan I 2016 dibanding triwulan sebelumnya (berdasarkan lokasi proyek), yaitu tumbuh dari 11,63% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 12,29% (yoy) di triwulan I 2016. Peningkatan kinerja sektor korporasi, terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan kredit pedagangan besar dan eceran yang memiliki pangsa terbesar (40,35%) dari total penyaluran Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Bali

78 43 82 193 100 37 24 51 301 0 100 200 300 400 BULELENG JEMBRANA TABANAN BADUNG GIANYAR KLUNGKUNG BANGLI KARANGASEM DENPASAR Grafik 3. 19

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

Jumlah ATM per 1.000 Penduduk Dewasa

0.30 0.29 0.34 2.28 0.72 0.30 0.17 0.24 2.01 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 KAB. BULELENG KAB. JEMBRANA KAB. TABANAN KAB. BADUNG KAB. GIANYAR KAB. KLUNGKUNG KAB. BANGLI KAB. KARANGASEM KOTA DENPASAR Grafik 3. 20

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

Penyebaran ATM di Provinsi Bali 140 58 117 1018 270 40 28 72 1293 0 500 1000 1500 KAB. BULELENG KAB. JEMBRANA KAB. TABANAN KAB. BADUNG KAB. GIANYAR KAB. KLUNGKUNG KAB. BANGLI KAB. KARANGASEM KOTA DENPASAR Grafik 3. 21

Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit didorong oleh terjadinya peningkatan pertumbuhan modal kerja yang memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit korporasi. Kredit modal kerja tumbuh dari 7,40% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 10,26% (yoy) di triwulan I 2016. Sementara pada periode yang sama, kredit investasi justru mengalami perlambatan yaitu tumbuh menjadi 14,68% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2015 yang sebesar 16,31% (yoy). Meningkatnya

kinerja kredit modal kerja mengkonfirmasi Posisi NPL Kredit Korporasi Sektor Provinsi Bali

- 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 INDUSTRI PENGOLAHAN KONSTRUKSI PERDAGANGAN AKMAMIN REAL ESTATE % 2016 I 2015 IV 2015 III 2015 II 2015 I Grafik 3. 24

kredit korporasi, yaitu dari 16,11% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 17,60% (yoy) pada triwulan I 2016, sehingga mendorong peningkatan kinerja kredit sektor korporasi pada triwulan I 2016.

Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama Provinsi Bali

0 10 20 30 40 50 60 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 GROWTH (YOY) NOMINAL KREDIT (RP MILIAR) Grafik 3. 22

Proporsi Kredit Sektoral Korporasi Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan LGA Konstruksi Perdagangan Akomodasi Makan Minum Transportasi Keuangan

Grafik 3. 23

peningkatan kinerja dunia usaha Provinsi Bali pada periode triwulan I 2016.

Meskipun terjadi peningkatan penyaluran kredit korporasi, kualitas kredit korporasi menunjukkan penurunan, tercermin dari rasio Non Peforming Loan (NPL) yang menunjukkan peningkatan pada periode triwulan I 2016 dengan nilai NPL sebesar 3,90%, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 3,22%. Sebagian besar sektor usaha utama, menunjukkan peningkatan NPL diantaranya sektor usaha penyediaan akomodasi makan minum (dari 4,64% menjadi 6,48%), sektor usaha perdagangan besar dan eceran (dari 2,90% menjadi 3,56%) dan sektor usaha industri pengolahan (dari 2,50% menjadi 2,66%). Sementara itu, pada periode yang sama sektor usaha utama lainnya menunjukkan perbaikan kualitas NPL yaitu sektor konstruksi NPL turun dari 5,37% menjadi 3,76% dan sektor real estate, persewaan dan jasa perusahaan yang juga menunjukkan penurunan NPL yaitu dari 2,15% menjadi 2,05%. Meskipun mengalami peningkatan yang signifikan, namun nilai NPL kredit korporasi secara keseluruhan masih terjaga di bawah batas toleransi 5%. Oleh karena itu, stabilitas sistem keuangan yang bersumber dari korporasi masih dikategorikan aman, namun khusus untuk sektor dengan nilai NPL diatas 5% tetap harus mendapatkan perhatian.

Peningkatan pertumbuhan kredit pada periode triwulan laporan diperkirakan didorong oleh penurunan suku bunga kredit korporasi untuk jenis penggunaan modal kerja dari 12,75% di triwulan IV 2015 menjadi 12,53% di triwulan I 2016. Sejalan dengan itu, perkembangan suku bunga kredit investasi juga menunjukkan penurunan di periode yang sama yaitu dari 12,68% di triwulan IV 2015 menjadi 12,46% pada triwulan I 2016. Perbaikan kinerja dunia usaha yang tergambar dari hasil SKDU Bank Indonesia triwulan I 2016 sebesar -13,03% SBT, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -21,88% SBT, juga merupakan faktor yang mendorong peningkatan pertumbuhan kredit korporasi di triwulan laporan. Semakin membaiknya kinerja dunia usaha juga didorong oleh penurunan harga BBM, LPG dan TTL pada periode triwulan laporan serta nilai tukar rupiah yang cenderung stabil. Selain itu, faktor keamanan yang kondusif dan peningkatan jumlah kunjungan wisman dan wisdom seiring dengan adanya beberapa faktor musiman yaitu perayaan hari keagamaan seperti imlek, nyepi, kuningan dan galungan juga ikut mendorong pertumbuhan kredit korporasi sejalan dengan peningkatan kinerja industri pariwisata di triwulan laporan.

3.4.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Perkembangan kinerja kredit sektor rumah tangga (RT) pada triwulan I 2016 menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 10,89% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 10,16% (yoy) pada triwulan I 2016. Perlambatan ini, terutama didorong oleh perlambatan kredit pemilikan rumah-KPR yang memiliki share terbesar dalam penyaluran kredit rumah tangga (pangsa 42%) yang tumbuh dari 5,96% di triwulan IV 2015 menjadi 4,79% pada triwulan I 2016. Perlambatan juga terjadi pada jenis kredit kendaraan bermotor, yang mengalami kontraksi pada triwulan laporan, dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh positif, yaitu dari 1,37% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi kontraksi sebesar -4,31% (yoy) pada triwulan I 2016. Meskipun demikian, jenis kredit rumah tangga lainnya yaitu kredit multiguna, kredit pemilikan rumah toko/ rumah kantor dan kredit pemilikan apartemen tetap menunjukkan peningkatan pertumbuhan di triwulan laporan. Perkembangan kredit multiguna (share terbesar kedua 39,40%) terus tumbuh signifikan pada triwulan laporan sebesar 19,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang sebesar 19,30%. Peningkatan pertumbuhan kredit multiguna, sejalan dengan peningkatan kinerja pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga yang juga menunjukkan peningkatan kinerja di periode triwulan laporan. Perlambatan kredit KPR terutama disebabkan oleh perlambatan KPR tipe di atas 70 yang turun secara signifikan dari 10,59% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 6,74% (yoy) di triwulan I 2016. Perlambatan KPR tipe di atas 70 terutama disebabkan oleh peningkatan harga rumah yang signifikan untuk tipe besar, yang terkonfirmasi oleh hasil Survei Properti Residensial (SHPR) Primer Bank Indonesia di triwulan laporan yaitu dengan peningkatan nilai Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) untuk tipe besar pada triwulan laporan yaitu 156,83 di triwulan IV 2015 menjadi 158,38 pada triwulan I 2016 sehingga menahan laju penjualan rumah tipe besar. Perlambatan kredit pada KPR tipe besar (di atas 70), juga disebabkan oleh masih tingginya tingkat suku bunga perbankan di periode triwulan laporan yang berada dalam kisaran 11,82% pa. Sementara berdasarkan hasil SHPR primer pada periode triwulan laporan, sejumlah 73% responden mengkonfirmasi pembelian rumah dengan menggunakan pembiayaan KPR, sehingga tingkat suku bunga sangat sensitif mempengaruhi pembelian rumah untuk tipe besar di periode triwulan laporan. Sementara itu, KPR tipe

untuk kendaraan dan suku cadang justru mengalami penurunan omset penjualan yang signifikan rata-rata diatas 50% sepanjang triwulan I 2016. Kondisi ini juga didorong oleh aktivitas musiman berupa perayaan hari raya keagamaan berupa imlek, nyepi, galungan dan kuningan sepanjang triwulan I 2016. Peningkatan pertumbuhan kredit multiguna di periode triwulan laporan diperkirakan didorong oleh peningkatan adanya faktor musiman yaitu perayaan hari keagamaan dan stabilnya tingkat harga barang di periode triwulan laporan yang terindikasi oleh tingkat inflasi tahunan yang mencapai 3,59% (yoy). Sementara itu, kredit pemilikan apartemen-KPA meskipun masih mengalami kontraksi, namun menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi di triwulan laporan yaitu dari kontraksi -6,99% (yoy) triwulan IV 2015 menjadi -6,10% (yoy) pada triwulan I 2016. Penurunan pertumbuhan kredit KPA terutama disebabkan oleh penurunan KPA tipe di atas 70 dari kontraksi -10,96% (yoy) menjadi kontraksi -19,17% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit pada KPA di periode triwulan laporan terindikasi disebabkan oleh terjadinya peningkatan suku bunga untuk seluruh jenis tipe KPA, sehingga menahan laju penjualan apartemen. KPA untuk tipe kecil naik dari 13,38% pa menjadi 14,28% pa, sementara itu KPA tipe Pertumbuhan Pembiayaan Sektor Rumah

Tangga Perjenis Penggunaan

-20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 % ,yoy G-MULTIGUNA G-KKB G-RUKAN G-KPA G-KPR Grafik 3. 25

Pertumbuhan KPR per Tipe

-10 -5 0 5 10 15 20 25 30 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 %, yo y Rp tri liun

Tipe 21 Tipe 22 s.d. 70 Tipe Diatas 70 G_Tipe Diatas 70 G_Tipe 22 s.d. 70 G_Tipe 21

Grafik 3. 26

21 dan KPR tipe 22-70 menunjukkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi di periode triwulan laporan, dibandingkan triwulan sebelumnya didorong oleh masih tingginya kebutuhan hunian untuk masyarakat untuk tipe kecil dan menengah.

Kontraksi penyaluran KKB dipengaruhi oleh penurunan pertumbuhan penyaluran KKB untuk hampir semua jenis kendaraan yang meliputi KKB mobil, KKB sepeda motor dan KKB truk dan kendaraan bermotor roda enam atau lebih. KKB mobil mengalami penurunan yang signifikan pada periode triwulan laporan yaitu dari 2,78% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi kontraksi -3,08% (yoy) pada triwulan I 2016. Sementara itu, KKB sepeda motor mengalami kontraksi yang semakin dalam di triwulan laporan yaitu dari kontraksi -19,69% (yoy) menjadi -22,84% (yoy) pada triwulan I 2016. Kondisi ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Bali, dimana indeks pengeluaran masyarakat untuk pembelian barang tahan lama turun dari 88,5 di Desember 2015 menjadi 88 pada Maret 2016. Hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia di periode triwulan laporan juga mengkonfirmasi bahwa pengeluaran masyarakat di periode triwulan I 2016, lebih ditujukan untuk pembelian bahan makanan dan peralatan rumah tangga. Sementara

menengah naik dari 12,34% pa menjadi 12,52% sedangkan KPA tipe besar naik dari 11,57% pa menjadi 11,92% pa.

Posisi Kredit Sektor Rumah Tangga per Jenis Penggunaan 0 2 4 6 8 10 12 14 I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 Rp t ril iu n

KPR KKB KREDIT MULTIGUNA KP-RUKAN KPA

Grafik 3. 27

NPL Sektor Rumah Tangga per Jenis Penggunaan 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 % % NPL_KPR NPL_RUKAN NPL_KKB NPL_MULTIGUNA NPL_KPA (skala kanan)

Grafik 3. 28

Sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit rumah tangga, rasio NPL menunjukan peningkatan yang signifikan dari 0,64% di triwulan IV 2015 menjadi 0,87% pada triwulan I 2016. Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan NPL untuk KPA yang meningkat signifikan dari 6,70% di triwulan IV 2015 menjadi 12,16% pada triwulan I 2016. Kondisi perlu mendapatkan perhatian, meskipun KPA memiliki share yang rendah sebesar 0,78% terhadap total kredit RT, namun kondisi tetap perlu diwaspadai. Sementara itu, jenis kredit RT lainnya yaitu KPR, kredit pemilikan

rukan dan kredit multiguna meskipun menunjukkan peningkatan namun tingkat NPL masih relatif kecil, berada dalam kisaran di bawah 1% (kecuali KPR tercatat sebesar 1,07%). Kondisi tersebut sejalan dengan NPL KKB yang menunjukkan peningkatan namun juga persentasenya masih di bawah 1%. Secara keseluruhan, kondisi ketahanan sektor rumah tangga masih relatif aman dan ke depan diharapkan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Bali yang akan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2016, kualitas kredit rumah tangga juga akan lebih baik.

3.5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 78-82)