• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BALI

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 100-106)

KEUANGAN PEMERINTAH

4.2. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BALI

Sejalan dengan perkembangan asumsi makroekonomi regional, khususnya pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan tumbuh lebih baik pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015, nilai APBD Provinsi Bali terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016, pagu anggaran pendapatan daerah mencapai Rp 5,62 triliun, meningkat sebesar 14,62% bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 4,90 triliun. Sementara itu anggaran belanja daerah di tahun 2016 juga menunjukkan peningkatan sebesar 6,96%, dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp 5,56 triliun (2015) menjadi Rp 5,95 triliun (2016).

Perkembangan Pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Bali 2011-2016

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali

23.82 14.66 23.86

6.96 Nominal APBD (Rp Juta) Growth yoy (%)

Grafik 4. 1

4.2.1. Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Bali

Nilai pagu anggaran pendapatan Daerah Provinsi Bali pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp 5,62 triliun atau meningkat sebesar 14,66% dibandingkan pagu anggaran tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 4,90 triliun. Peningkatan pagu anggaran pendapatan pada tahun 2016 terutama didorong oleh peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) yang meningkat sebesar 13,08% di tahun 2016 dengan nilai sebesar Rp 3,38 triliun dibandingkan tahun 2015 yang

Tabel 4. 1 Perkembangan Pagu Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Bali 2015-2016

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali

sebesar Rp 2,99 triliun. Selain karena peningkatan PAD, peningkatan pendapatan daerah juga didorong oleh peningkatan dana transfer sebesar 71,66% pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015. Sementara pendapatan lain-lain yang sah justru mengalami penurunan sebesar 62,25% pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015.

Peningkatan pendapatan asli daerah yang signifikan pada tahun 2016 didorong oleh meningkatnya pendapatan pajak daerah yang ditargetkan sebesar 14,37% pada tahun 2016 atau dengan target nominal sebesar Rp 3,05 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang sebesar Rp 2,67 triliun. Kondisi ini didukung oleh perkiraan pertumbuhan ekonomi Bali yang lebih baik pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 dan tendensi peningkatan kinerja dunia usaha sejalan dengan peningkatan kinerja ekonomi serta potensi peningkatan jumlah kunjungan wisman. Kondisi ini juga seiring dengan kebijakan pembebasan visa 174 negara oleh Pemerintah di tahun 2016, yang akan mendorong peningkatan aktivitas beberapa

lapangan usaha meliputi lapangan usaha transportasi dan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan-minum serta lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Kondisi ini diperkirakan akan mendorong peningkatan setoran pajak dari pelaku usaha. Sementara itu, penurunan pendapatan lain-lain yang sah pada tahun 2016 disebabkan oleh terjadinya penurunan untuk pendapatan hibah dan penurunan dana penyesuaian dan otonomi khusus yang menurun signifikan pada tahun 2016 dibanding tahun 2015. 4.2.2. Anggaran Belanja APBD Provinsi Bali Nilai pagu anggaran Belanja Daerah Provinsi Bali pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp 5,95 triliun, mengalami peningkatan sebesar 6,96%, dibandingkan dengan pagu anggaran tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 5,56 triliun. Peningkatan pagu anggaran belanja di tahun 2016 terutama didorong oleh peningkatan belanja langsung dan belanja tidak langsung. Untuk belanja tidak langsung, peningkatan pagu anggaran tertinggi terjadi pada anggaran belanja hibah yang menunjukkan peningkatan signifikan di tahun berjalan

dengan peningkatan pagu sebesar 46,57% (yoy). Peningkatan belanja tidak langsung juga didorong oleh peningkatan pagu anggaran belanja belanja pegawai (share terbesar kedua pada belanja tidak langsung), menunjukkan peningkatan pagu anggaran yang tercatat sebesar Rp 941 miliar atau meningkat sebesar 17,02 % (yoy) dibandingkan tahun 2015. Peningkatan belanja bantuan keuangan kepada Prov/ Kab/Kota/Desa sebesar 7,70% (yoy), yaitu dari Rp 699,61 miliar (2015) menjadi Rp 753,48 miliar (2016), juga ikut mendorong peningkatan pagu anggaran belanja tidak langsung pada Sementara itu, pagu anggaran belanja bantuan sosial menurun sebesar -57,88% (yoy) pada tahun 2016 dibandingkan tahun sebelumnya, dengan nilai pagu anggaran sebesar Rp 179 miliar.

Peningkatan belanja daerah pada tahun 2016, juga didorong oleh peningkatan pagu anggaran belanja tidak langsung. Peningkatan ini terutama didorong oleh adanya peningkatan pagu anggaran untuk komponen belanja modal yang tumbuh sebesar

Tabel 4. 2 Perkembangan Pagu Anggaran Belanja APBD Provinsi Bali 2015-2016

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali

26,60% (yoy) atau tumbuh dari Rp 635,83 miliar (2015) menjadi Rp 804,95 miliar (2016). Peningkatan ini sejalan dengan upaya Pemerintah Daerah untuk meningkatkan konektivitas antar daerah di Bali melalui pembangunan dan pemeliharaan serta peningkatan kapasitas jalan dan jembatan. Selain itu, peningkatan pagu anggaran belanja modal juga pada tahun 2016 ditujukan untuk perbaikan sarana irigasi di beberapa wilayah untuk mendorong peningkatan produksi dan ketahanan pangan, selain itu peingkatan pagu belanja modal juga ditujukan untuk pembangunan dan peningkatan kapasitas sistem penyediaan ari minum (SPAM) di beberapa wilayah. Peningkatan pagu belanja modal juga didorong oleh upaya Pemerintah Daerah untuk menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit Provinsi Bali dan Rumah Sakit Mata Indera. Peningkatan belanja langsung, juga didorong oleh peningkatan pagu belanja pegawai yang pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp Rp 102 miliar atau meningkat sebesar 12,63% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari sisi kemandirian fiskal, kemampuan Pemerintah Provinsi Bali dalam membiayai Belanja Daerahnya semakin menunjukkan perbaikan, sebagaimana tercermin pada rasio pagu anggaran PAD terhadap total pagu anggaran belanja daerah yang terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016, rasio pagu anggaran PAD terhadap total pagu anggaran belanja daerah mencapai 56,81%, lebih tinggi dibanding tahun 2015 yang sebesar 53,73%.

4.2.3. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Bali Pada triwulan I-2016, realisasi pendapatan mencapai Rp 1,089 triliun atau dengan persentase sebesar 19,38% dari pagu anggaran. Nilai realisasi ini, lebih

Persentase Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2012 – 2016 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali

0 5 10 15 20 25 30 35 TW 1-2012 TW 1-2013 TW 1-2014 TW 1-2015 TW 1-2016 (%) Grafik 4. 2

Tabel 4. 3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2012 – 2016

Sumber : Biro Keuangan Pemda Provinsi Bali

rendah bila dibandingkan dengan realisasi triwulan I-2015 yang mencapai 23,58% atau dengan nilai nominal sebesar Rp 1,156 triliun. Realisasi pendapatan pada triwulan I-2016 juga merupakan realisasi terendah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir untuk periode triwulan yang sama, dengan rata-rata persentase realisasi selalu diatas 23%. Penurunan realisasi pendapatan pada periode triwulan I-2016, disebabkan oleh penurunan realisasi pada 3 komponen utama pendapatan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu realisasi pendapatan asli daerah, realisasi pendapatan transfer dan realisasi lain-lain pendapatan yang sah.

Pada periode triwulan I-2016, sebagian besar komponen pendapatan menunjukkan realisasi yang lebih rendah dibandingkan pola historisnya. Adapun komponen yang menunjukkan realisasi tertinggi adalah realisasi dana alokasi umum (DAU), yaitu sebesar 33,33% dan dengan share yang cukup signifikan pada pendapatan daerah (nominal sebesar Rp 283 miliar), sehingga berkonstribusi besar terhadap realisasi pendapatan daerah pada triwulan I-2016. Sementara itu, komponen pendapatan dengan realisasi terendah adalah realisasi retribusi daerah yaitu sebesar 14,99%, meskipun demikian share komponen ini relatif terhadap pendapatan daerah bila dibandingkan dengan komponen pendapatan lainnya. Sementara itu, PAD mengalami realisasi yang rendah bila dibandingkan dengan pola historisnya dengan realisasi sebesar 15,61%, terendah dalam 5 (lima) tahun terakhir yang selalu berada di atas 20%. Penurunan volume penjualan kendaraan bermotor pada triwulan I-2016 yang mengalami kontraksi sebesar -11,59%, lebih rendah dibandingkan triwulan I-2015 yang sebesar kontraksi -6,09%, merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya realisasi PAD. Selain faktor tersebut, penurunan harga BBM pada triwulan I-2016 juga ikut mendorong penurunan PAD pada periode triwulan tersebut.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa rendahnya realisasi pendapatan daerah pada triwulan I-2016 terutama disebabkan oleh rendahnya realisasi PAD. Secara keseluruhan, seluruh komponen PAD yaitu pendapatan pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah memiliki realisasi dibawah periode yang sama tahun 2015. Sebagaimana yang diketahui, bahwa pajak provinsi umumnya terkait dengan konsumsi rumah tangga dan kegiatan pelaku usaha seperti pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak hotel dan restoran dan sebagainya. Meskipun konsumsi rumah

tangga dan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan minum menunjukkan peningkatan kinerja pada periode triwulan I-2016 dibanding triwulan sebelumnya, namun tidak dapat mendorong peningkatan realisasi peningkatan PAD realisasi PAD pada periode triwulan I-2016. Rasio realisasi PAD terhadap total realisasi pendapatan sebesar 48,44%, lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama tahun 2015 yang mencapai 58,83% dan lebih rendah bila dibandingkan dengan target anggaran dalam APBD yang sebesar 60,13%. Meskipun demikian, sejalan dengan potensi membaiknya kondisi dunia usaha khususnya industri pariwisata seiring dengan kebijakan bebas visa yang diperkirakan akan mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisman, penurunan tingkat suku bunga perbankan untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) dan perusahaan pembiayaan serta potensi meningkatkanya kegiatan MICE domestik dan meningkatnya kunjungan domestik antara lain liburan sekolah diperkirakan akan mendorong peningkatan PAD pada triwulan ke depan.

Pada sisi yang lain, pendapatan transfer dari pemerintah pusat memiliki realisasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 26,19% dan dengan share sebesar 47% terhadap total pendapatan, sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian realisasi anggaran pada triwulan I-2016. Selain pencapaian realisasi yang tinggi, pendapatan transfer juga mengalami peningkatan dari sisi realisasi nominal dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu meningkat sebsar 59%. Peningkatan ini terutama didorong oleh peningkatan realisasi dana alokasi umum yang sangat signifikan dari Rp 13 miliar pada triwulan 1-2015 menjadi Rp 183 miliar di triwulan 1-2016. Dana perimbangan terkait erat dengan realisasi pendapatan pajak pemerintah pusat.

4.1.4. Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali

Persentase Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2012 – 2016

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Bali

Grafik 4. 3

Tabel 4. 4 Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2012 – 2016

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali

Pola realisasi belanja APBD pada tahun 2016 ini tidak berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dimana pada triwulan I, realisasi belanja APBD cenderung masih terbatas khususnya untuk belanja barang dan jasa serta belanja modal. Sementara itu, realisasi belanja pegawai juga telah memiliki pola historis yang berulang, dimana aktivitas kegiatan kedinasan dan rapat serta acara yang terkait dengan MICE, biasanya akan mulai meningkat pada periode triwulan II. Pada periode triwulan I 2016, realisasi belanja tidak langsung tercatat sebesar 7,90%, sedangkan belanja langsung tercatat sebesar 7,20%. Realisasi kedua komponen belanja APBD tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar Realisasi belanja APBD Provinsi Bali di triwulan I-2016

tercatat sebesar 7,70%, lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2015 yang mencapai 6,29%. Meskipun menunjukkan peningkatan, namun realisasi belanja ini masih menunjukkan pola yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya, dengan persentase realisasi yang akan menunjukkan peningkatan yang signifikan pada triwulan III & IV, seiring dengan telah terealisasinya beberapa proyek pengadaan infrastruktur dan belanja modal. Sementara untuk realisasi triwulan I, umumnya cenderung relatif kecil seiring dengan masih dilakukannya pemenuhan administrasi dan pelelangangn untuk pengadaan infrastruktur, barang dan jasa.

7,29% dan 3,72%. Meskipun pada triwulan ini, pola realisasi belanja APBD relatif sama dengan tahun-tahun sebelumnya, namun pada triwulan I 2016 pola realisasi belanja cenderung relatif lebih merata diantara masing-masing komponen belanja APBD dibandingkan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya. Diharapkan ke depannya pola realisasi belanja pemerintah yang lebih merata dapat dilakukan khususnya di tahun 2016, seiring dengan akselerasi percepatan belanja barang dan jasa serta belanja modal yang realisasinya pada triwulan I 2016 jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2015. Kondisi ini seiring dengan kebijakan program lelang yang lebih awal dilakukan untuk tahun anggaran 2016 yang telah mulai dilaksanakan pada akhir tahun 2015, sehingga realisasi proyek khususnya infrastruktur dapat dimulai lebih awal. Secara umum, belanja APBD didorong oleh tingginya realisasi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Pada komponen realisasi belanja tidak langsung, realisasi tertinggi terjadi pada komponen belanja hibah dengan nilai realisasi mencapai 15,73%, meskipun lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 17,02%, namun secara nominal menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 35,48% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan nilai nominal mencapai Rp 192 miliar atau sebesar 42% dari total realisasi belanja APBD di triwulan I 2016. Peningkatan realisasi belanja hibah didorong oleh adanya aktivitas perayaan keagamaan pada triwulan I 2016 berupa nyepi, kuningan dan galungan.

Belanja modal APBD Provinsi Bali pada periode triwulan I 2016 memiliki realisasi yang tinggi tercatat sebesar 6,79% atau dengan nominal Rp 55 miliar. Realisasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan pola historisnya dalam kurun waktu 2 tahun terakhir yang persentase realisasinya selalu berada di bawah 1%. Realisasi

nominal belanja modal tersebut mencapai 12% dari realisasi total belanja APBD pada periode triwulan berjalan. Peningkatan realisasi belanja modal tersebut, mendorong peningkatan akselerasi pertumbuhan PMTB pada triwulan I 2016 yang tumbuh sebesar 9,54% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan triwulan IV 2015 yang sebesar 6,69% (yoy) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 7,43% (yoy). Selain itu, peningkatan realisasi belanja modal juga mendorong peningkatan kinerja konstruksi dari sisi penawaran, yang pada triwulan I 2016 tumbuh sebesar 7,62% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,01% (yoy) dan periode yang sama triwulan sebelumnya yang sebesar 2,67% (yoy). Pada tahun 2016, terdapat beberapa proyek infrastruktur yang telah dianggarkan dalam APBD Provinsi Bali yang meliputi peningkatan kapasitas, pelebaran, pembangunan serta pemeliharaan jalan Provinsi di beberapa Kabupaten/Kota, perbaikan dan peningkatan kapasitas saluran irigasi untuk meningkatkan ketahanan pangan, pembangunan dan peningkatan kapasitas salauran penyediaaan air minum serta pembangunan rumah sakit provinsi dan rumah sakit mata Indera.

4.3. APBD KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 100-106)