• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KONEKTIVITAS DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 111-118)

BALI

Infrastruktur dalam rangka meningkatkan konektivitas antar wilayah di Provinsi Bali

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting untuk mempercepat proses pembangunan di suatu wilayah, tidak terkecuali di Provinsi Bali. Pertumbuhan ekonomi Bali tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastrukturnya. Pembangunan di bidang infrastruktur akan menjadi pondasi dari pertumbuhan ekonomi Bali di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur selalu menjadi isu stategis atau sasaran yang ingin dicapai oleh stakeholders terkait (pemerintah daerah) dalam setiap program tahunan yang dicanangkan. Salah satu pembangunan infrastruktur yang vital dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan adalah pembangunan jalan untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah di Provinsi Bali.

Sebagaimana telah diketahui dari pelaksanaan Focus

Group Discussion (FGD) dengan stakeholders terkait

(contoh: Dinas Pembangunan Umum Provinsi Bali), salah satu isu utama dalam pertumbuhan ekonomi Bali adalah tidak meratanya pembangunan antara wilayah Bali selatan (Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Gianyar) dengan wilayah Bali non selatan (Kabupaten Buleleng, Karangasem, Bangli, Klungkung, Jembrana, dan Tabanan). Pertumbuhan ekonomi Bali sebagian besar masih terpusat di wilayah Bali selatan, mengingat kondisi infrastruktur di wilayah Bali selatan lebih memadai dibanding non selatan. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan

BOKS F

infrastruktur Bandar Udara Internasional di Kabupaten Badung, sehingga Kabupaten Badung dan wilayah sekitarnya akan menjadi target utama lokasi investasi dari investor. Berdasarkan hasil FGD dengan Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Provinsi Bali, investor umumnya selalu mempertimbangkan infrastruktur sebagai hal yang krusial dalam penetapan keputusan investasi. Ketersediaan infrastruktur yang mendukung akan mendorong peningkatan investasi pada suatu daerah yang akan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut, dan sebaliknya. Oleh karena itu, belum optimalnya konektivitas dari Bali Selatan dan non Selatan. Sebagai contoh : Kabupaten Badung dan Kabupaten Buleleng, akan berdampak pula terhadap rendahnya penyebaran investasi dari Bali selatan ke non selatan. Peningkatan konektivitas antara wilayah Bali selatan (pusat aktivitas ekonomi) dengan Bali non selatan akan mampu mendorong pemerataan aktivitas ekonomi, yang pada akhirnya akan mendorong pemerataan kesejahteraan masyarakat Bali.

Dalam kaitannya dengan peningkatan konektivitas antara Bali selatan dan non selatan, Direktorat Jenderal Bina Marga, c.q. Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) VIII berencana untuk meningkatkan jaringan jalan utara – selatan di Provinsi Bali. Melalui studi yang dilakukan oleh BPJN VIII, Ketimpangan pembangunan pariwisata di daerah Bali selatan dengan daerah Bali utara yang diakibatkan oleh terbatasnya akses dan lamanya waktu tempuh yang diperlukan oleh para wisatawan untuk mengakses

objek-objek wisata di daerah Bali utara harus dicarikan solusi dan penanganan sehingga terjadi pemerataan pembangunan antara Bali utara dan Bali selatan. Solusi dan penanganan tersebut akan diwujudkan dalam pembangunan shortcut Mengwitani – Singaraja, Bali. Gambaran umum dari rencana pembangunan

shortcut tersebut, seperti terangkum pada Tabel 1 di

atas.

Pengembangan jalan poros Bali utara – Bali selatan tersebut perlu disinergikan dengan rencana pembangunan jalur kereta api, jalan tol dan akses bandara di Bali utara. Pengembangan jalan poros Sumber: Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) VIII (diolah)

Tabel 1. Perkiraan Jarak dan Waktu Tempuh Mengwitani – Singaraja setelah Pembuatan Shortcut

tersebut juga mendesak mengingat kondisi lalu lintas eksisting yang dalam waktu singkat diperkirakan akan semakin parah. Pembangunan shortcut tersebut akan menjadi salah satu solusi dari permasalahan konektivitas Bali selatan dan Bali utara. Selain rencana pengembangan shortcut Mengwitani – Singaraja tersebut, pemerintah Provinsi Bali juga telah merealisasikan pengembangan infrastruktur jalan dan jembatan di setiap Kota/Kabupaten di Provinsi Bali. Rincian kegiatan dan nilai realisasi dari pengembangan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Realisasi dan Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan di Provinsi Bali

Sumber: Dinas Pembangunan Umum Pemerintah Provinsi Bali – Bidang Bina Marga (diolah)

Total dana APBD untuk Dinas PU Provinsi Bali c.q. Bidang Bina Marga di tahun 2016 adalah sebesar Rp299.846.514.120,- lebih tinggi dari total dana APBD yang direalisasikan pada tahun 2015 yang sebesar Rp 214.402.963.450,-. Hal ini seiring dengan usaha pemerintah untuk mewujudkan mantapnya kondisi infrastruktur yang merupakan salah satu sasaran strategis tahun 2014-2018.

Infrastruktur dalam rangka mendukung ketahanan pangan di Provinsi Bali

Selain infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah, infrastruktur untuk mendukung ketahanan pangan juga merupakan infrastruktur vital di Provinsi Bali. Dengan karakteristik pertumbuhan ekonominya yang didominasi oleh industri pariwisata, peningkatan demand akan produk hasil pertanian didorong oleh rata-rata jumlah kunjungan wisatawan yang mencapai 10 juta orang (wisman dan wisnus) setiap tahunnya. Selain itu, alih fungsi lahan yang cukup tinggi dari lahan pertanian menjadi beberapa

kawasan hotel menjadi penyebab menyusutnya lahan pertanian di Bali. Rata-rata alih fungsi lahan sawah dari 2009 – 2013 tercatat mencapai 350 ha/tahun. Target luasan tanam di Bali tahun 2015 sebesar 150.000 ha juga tidak tercapai dan hanya terealisasi 135.000 ha, sehingga menyebabkan target produksi padi sebesar 901.000 ton tidak tercapai dan hanya terealisasi 850.000 ton. Dengan kondisi tersebut, Bali membutuhkan pasokan pangan dari provinsi lain. Bali mengimpor komoditas beras, gula pasir, tepung terigu, minyak goreng dan kedelai impor dari Jawa Timur. Sedangkan untuk komoditas bawang merah diimpor dari NTB.

Sumber Daya Air (SDA) merupakan salah satu faktor vital untuk meningkatkan ketahanan pangan di Provinsi Bali. Berdasarkan hasil FGD dengan

stakeholder terkait (Balai Wilayah Sungai Bali-Penida)

isu-isu strategis dari pengelolaan SDA di Bali meliputi: 1. Tidak meratanya Potensi Sumber Daya Air pada

tiap Daerah Aliran Sungai (DAS)

kualitas air di kawasan sumber air (Danau, Mata air dan Badan Sungai)

3. Belum optimalnya upaya pemanfaatan potensi Sumber Daya Air dan adanya konflik kepentingan antar pemanfaat air

4. Ancaman banjir, kekeringan dan abrasi pantai pada kawasan pesisir, dan

5. Perlu peningkatan peran lembaga dan pemangku kepentingan dalam sinergisitas pengelolaan Sumber Daya Air

Dalam mendukung upaya ketahanan pangan Provinsi Bali, pemerintah telah merealisasikan pembangunan bendungan Titab di Kabupaten Buleleng. Dengan nilai pembangunan sebesar Rp400,78 miliar (APBN), pembangunan bendungan Titab akan memberikan

Sumber: Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (diolah)

Tabel 3. Rencana Pembangunan Waduk/Bendungan di Provinsi Bali

manfaat antara lain: 1) Menambah Menambah intensitas tanam 169% menjadi 275% seluas 1794,82 Ha, dan memberikan pasokan air baku 350 liter/detik, dengan keandalan 250 liter/detik, 2) Menambah pasokan listrik sebesar 1,5 MW, dan 3) Dapat dikembangkan menjadi kawasan tujuan wisata. Selain bendungan Titab, pemerintah juga berencana membangun infrastruktur berupa waduk/bendungan lainnya untuk meningkatkan kapasitas irigasi. Pembangunan waduk-waduk tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian di Provinsi Bali sehingga supply komoditas-komoditas pangan strategis dari dalam pulau Bali sendiri dapat meningkat. Berikut rencana pembangunan infrastruktur waduk di Provinsi Bali :

Sumber: Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (diolah)

Tabel 4. Manfaat Pembangunan Waduk/Bendungan di Provinsi Bali

Pembangunan 8 (delapan) waduk/bendungan tersebut diperkirakan akan menjadi salah satu faktor pendorong utama untuk mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi Bali, mengingat manfaat utama dari pembangunan waduk/bendungan tersebut adalah

pasokan air baku untuk mendukung pertanian di Bali. Rincian perkiraan manfaat apabila pembangunan 8 (delapan) waduk/bendungan tersebut telah direalisasikan dapat dilihat pada tabel berikut:

KETENAGAKERJAAN

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 111-118)