• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAWASAN WISATA PESISIR

6.7. Analisis Potensi serta Efektivitas di Tingkat Kelembagaan

Untuk mewujudkan aktivitas pengembangan kawasan wisata berbasis komunitas lokal, penting untuk memahami potensi-potensi dan efektivitas yang terjadi di tingkat kelembagaan baik lokal maupun pemerintah, terkait dengan kelembagaan itu sendiri maupun pengetahuan, gagasan, pandangan serta pemahamannya terhadap kawasan wisata tersebut.

6.7.1. Kelembagaan BPD

Badan Perwakilan Desa (BPD) merupakan kelembagaan yang para anggotanya dipilih atas musyawarah desa, berfungsi sebagai kelembagaan yang mewakili aspirasi masyarakat yang mengontrol kebijakan jalannya pemerintahan desa. Data tentang kepengurusan BPD dapat dilihat sebagaimana Lampiran 4. Analisis tentang potensi dan efektivitas Kelembagaan BPD dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 18 Analisis Potensi dan Efektivitas Kelembagaan BPD

No. Aspek Potensi Efektivitas

1. Profil Kelem-

bagaan BPD

Dinilai cukup ”vokal” dan ”berani” dalam

mengungkapkan pendapat-pendapatnya atas nama kepentingan masyarakat.

Disinyalir bahwa semua persoalan bisa “dikompromikan”, diambangkan dan tidak ada tindak lanjut atau penyelesaian yang jelas 2. Keberadaan dan aktivitas Kawasan Pada prinsipnya mendukung gagasan pengembangan kawasan wisata

Dukungan yang diberikan tidak efektif, karena :

ƒTujuan : dipandang lebih cenderung pada aspek ekonomi sehingga

mengabaikan ketaatan terhadap norma dan nilai-nilai masyarakat, khawatir dengan semakin berkembangnya fenomena prostitusi

ƒJabatan sebagai kepala desa, hubungan dan kedekatan dengan

pejabat di daerah menjadikan ketua kelompok memiliki kekuasaan untuk memanfaatkan tanah timbul yang ada tanpa status hukum atau aturan main yang jelas, juga;

ƒAktivitas yang dilaksanakan seolah menjadi milik pribadi atau

sekelompok orang, sehingga tidak ada pertanggungjawaban baik secara adminsitratif maupun finansial atau tidak transparans. Kelompok pengelola kawasan wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas

ƒTidak atau belum melibatkan kelembagaan lokal dalam

perencanaan ke depan dan kurang atau tidak responsif terhadap kebutuhan masyarakat

ƒPembagian tugas dan peranan tidak jelas sehingga tidak ada

pertanggungjawaban yang jelas kepada desa baik dari segi administrasi maupun finansial

ƒTidak ada kerja sama sehingga tidak pernah melibatkan

kelembagaan BPD dalam perencanaan dan perumusan kebijakan

ƒKelompok Pengelola Kawasan Wisata seolah menjadi bagian

terpisah dari komunitas

6.7.2. Kelembagaan LPM

LPM atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ini beranggotakan warga masyarakat desa yang memiliki ketaatan pada ajaran agama (Islam). Memiliki keberanian untuk mengungkapkan kritik, saran dan masukan secara lugas dan terbuka. Berupaya untuk menjaga citra dan nama baik desa. Lembaga ini berusaha memberikan saran dan masukan agar nama desa yang dalam sejarah dikenal karena maraknya aktivitas prostitusi tidak kembali melekat karena adanya kawsan wisata “Samudera Baru. Data kepengurusan LPM dapat dilihat sebagaimana Lampiran 5. Analisis tentang potensi dan efektivitas Kelembagaan LPM dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini :

Tabel 19 Analisis Potensi dan Efektivitas Kelembagaan LPM

No. Aspek Potensi Efektifitas

01 02 03 04

1. Profil Kelembagaan LPM

Kelembagaan ini dinilai ”vokal, berani, agamis tetapi sebagian pihak menilai ”kaku”.

Karena potensi yang dimiliki tersebut, lembaga ini kadang-kadang tidak dilibatkan dalam rapat-rapat desa

2. Keberadaan dan Aktivitas Kawasan

Pada prinsipnya setuju dan mendukung keberadaan kawasan

Dukungan yang diberikan tidak efektif, karena :

ƒTerkait dengan kepemimpinan rangkap yang dianggap menyebabkan tidak adanya pertanggungjawaban secara administratif maupun finansial, sehingga keuntungan atau manfaat ekonomi hanya dinikmati oleh pribadi atau management

ƒ Tidak ada kerjasama dengan kelembagaan LPM sehingga pihak management tidak atau belum memberikan peluang bagi kelembagaan ini untuk berpartisipasi, baik dalam diskusi maupun dialog

ƒ Dinilai tidak membawa manfaat dan kemaslahatan bagi warga

ƒ Munculnya fenomena mabuk-mabukan dan prostitusi dipandang bahwa Kelompok Pengelola Kawasan Wisata lebih berorientasi pada tujuan ekonomi sehingga menghalalkan segala cara termasuk penyimpangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma agama sehingga dipandang sebagai tempat atau sumber maksiat

6.7.3. Kelembagaan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda dan Pengusaha

Tokoh merupakan sosok orang yang dijadikan panutan oleh masyarakat karena dianggap memiliki suatu kelebihan dibandingkan dengan anggota masyarakat yang lain. Kelebihan ini diantaranya karena kemampuannya memikat hati orang lain, kemampuannya untuk membina hubungan yang serasi dengan orang lain atau keahlian tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain. “Penokohan” ini merupakan wujud dari kepemimpinan yang sifatnya informal sebagaimana diungkapkan oleh Siagian P. Sondang (1979).

Data tentang tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan pengusaha dapat dilihat sebagaimana Lampiran 6. Analisis potensi dan efektivitas

kelembagaan tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan pengusaha lokal dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini :

Tabel 20 Analisis Potensi dan Efektivitas Kelembagaan Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Masyarakat dan Pengusaha

No. Kelembagaan Aspek Potensi Efektivitas

01 02 03 04 05

1. Tokoh Masyarakat Profil kelembagaan

Tokoh Masyarakat

Tokoh ini dinilai cukup ”vokal” dan ”berani”

Karena kekuatan yang dimili- kinya, lembaga ini seringkali diabaikan dalam rapat-rapat desa

Keberadaan dan Aktivitas Kawasan

Pada prinsipnya setuju dan mendukung keberadaan kawasan jika dapat memberikan manfaat bagi orang banyak

Dukungan tidak diwujudkan secara nyata, karena;

ƒKetua Kelompok Pengelola Kawasan Wisata merangkap sebagai kepala desa telah memberikan kekuasaan yang luas untuk memutuskan dan mengambil kebijakan tanpa kerja sama, diskusi serta dialog dengan kelembagaan lokal. Hal ini menyebabkan :

ƒKelompok Pengelola Wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas, dapat memanfaatkan tanah timbul tanpa aturan main yang jelas, berkembangnya fenomena prostitusi

2. Tokoh Agama Profil

kelembagaan Tokoh Agama

Tokoh ini dinilai cukup ”vokal” dan ”berani” serta ”agamis”

Karena kekuatan yang dimilikinya, lembaga ini seringkali diabaikan dalam rapat-rapat desa

Keberadaan dan Aktivitas Kawasan

Pada prinsipnya setuju dan mendukung keberadaan kawasan jika dapat membawa kemaslahatan bagi orang banyak

Dukungan tidak diwujudkan secara nyata, karena;

ƒTerkait dengan tujuan kelompok yang mengabaikan ketaatan terhadap nilai-nilai agama sehingga memelihara aktivitas prostitusi

ƒKepemimpinan yang kurang respons terhadap keluhan tokoh agama serta tidak ada pertanggungjawaban yang jelas kepada desa, baik dari segi administrasi maupun finansial

ƒTidak adanya dialog dan kerjasama dengan tokoh agama

Lanjutan Tabel 20

No. Kelembagaan Aspek Potensi Efektivitas

01 02 03 04 05

3. Tokoh Pemuda Keberadaan dan Aktivitas Kawasan

Salut dan pada prinsipnya mendukung aktivitas pengembangan kawasan wisata

Berbeda dengan kelembagaan lokal yang lain, tokoh ini memandang dampak sosial yang ditimbulkan, seperti fenomena prostitusi sebagai “hal biasa”. Sikap salut dan

mendukung juga disertai dengan sikap menyayangkan, karena :

ƒTidak adanya kerjasama kelompok dengan kelembagaan lokal yang ada di desa dan tidak adanya kontribusi ataupun manfaat yang bisa dinikmati oleh komunitas secara luas serta lebih berorientasi bagi keuntungan pribadi atau kelompok

4. Pengusaha Profil

Kelembagaan Pengusaha

Potensial bagi pe- ngembangan kerja sama atau jejaring karena memiliki kekuatan modal finansial bagi investasi dan promosi pengembangan kawasan

ƒUpaya pengembangan kerjasama atau jejaring belum dapat diwujud- kan karena adanya pandangan rasionalitas, fisibilitas dan profit oriented, terkait dengan luas kawasan yang terbatas, ditambah semakin menyempit karena ancaman abrasi air laut serta;

ƒTidak adanya legalitas dan kejelasan struktur menyulitkan upaya kerja sama. Untuk itu, perlu dibangun kerja sama dengan pihak-pihak yang mendukung upaya-upaya untuk mempertahankan luas kawasan dan upaya untuk memperjelas status dan struktur organisasi pengelola kawasan

6.7.4. Kelembagaan Pemerintah

Kelembagaan pemerintah yang dimaksud adalah pihak-pihak yang sesungguhnya memiliki legalitas formal terhadap upaya pengembangan, penataan dan penertiban kawasan wisata. Analisis potensi kekuatan dan permasalahan tentang kelembagaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 21 Analisis Potensi dan Efektivitas Kelembagaan Pemerintah terkait

No Nama Jabatan Potensi Efektivitas

01 02 03 04 05 1. 2. Ade Sudiana Sukarta Camat Kecamatan Pedes Kasie. PMD Kantor Kecamatan Pedes

ƒMemiliki akses untuk memberikan dukungan bagi pengembangan kawasan secara tepat.

ƒMampu memfasilitasi komunitas untuk berdialog membahas alternatif solusi permasalahan yang dialami komunitas

ƒTerkait dengan belum terjalinnya kerjasama dengan kelembagaan pemerintah yang ada sehingga belum ada upaya-upaya nyata sebagai wujud pemberian dukungan.

ƒMerasakan khawatir terhadap isu prostitusi, tetapi bersikap menunggu dan mengembalikan semua keputusan atau kebijakan pada dialog komunitas, karena ;

ƒBeranggapan tidak ada pengaduan atau keluhan resmi bahwa kawasan tersebut telah menimbulkan gangguan bagi masyarakat 3. Suharyadi Kabid. Pariwisata Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang

ƒMemiliki akses promosi dan kontribusi informasi bagi pengembangan Kelompok Pengelola Wisata agar mengem- bangkan aktivitasnya secara tepat guna men- dukung keberlanjutan kawasan

ƒBelum ada upaya-upaya nyata bagi pengembangan kawasan wisata secara tepat. Hal ini terkait dengan ;

ƒKetiadaan legalitas/tata aturan hukum menyangkut kepastian struktur, aktivitas, status tanah, manajemen, aturan penarikan retribusi yg selama ini dilakukan oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata

4. Sutisna S Kepala UPTD Perikanan Kelautan dan

Peternakan (PKP)

ƒMendukung dan membe- rikan izin lisan bagi pe- ngembangan kawasan wisata.

ƒMenyambut kerjasama dalam upaya pemeliha- raan lingkungan atau keindahan kawasan dan pelestarian sumber daya pesisir.

ƒTelah dilaksanakan kerja sama dengan pihak management sebagai upaya pemeliharaan dan pelestarian kawasan, dalam bentuk pembibitan dan

penanaman mangrove serta pengajuan permohonan “penuraban” kepada pemerintah