• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAWASAN WISATA PESISIR

6.1. Profil dan Potensi Kelompok Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera Baru”

6.1.4. Pola Hubungan dan Komunikas

Komunikasi merupakan pertukaran informasi yang terjadi didalam kelompok. Pola hubungan dan komunikasi didalam kelompok penting artinya bagi eksisitensi kelompok. Eksistensi kelompok ini pada akhirnya juga akan mempengaruhi keberadaan dan keberlanjutan kawasan wisata. Pola hubungan dan komunikasi didalam kelompok akan terhambat, khususnya antara anggota dengan ketua kelompok apabila terdapat perasaan-perasaan ”takut, tidak berani atau segan” yang berlebihan terhadap ketua kelompok.

Pola hubungan dan komunikasi yang terjadi antara anggota, ketua dan para pedagang di kawasan wisata berjalan harmonis. Pola hubungan dan komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi langsung dan lebih didasarkan pada hubungan kekerabatan dan pertemanan. Anggota kelompok tidak merasakan adanya tekanan atau segan dalam menyatakan pendapat, usulan atau keinginan meskipun pada akhirnya keputusan tetap berada di tangan ketua dan kurang

mempertimbangkan masukan, pendapat dan usulan dari anggota. Pertemuan didalam kelompok dilaksanakan setiap dua minggu sekali.

Pola hubungan dan komunikasi dengan UPTD PKP telah dirintis dalam bentuk permohonan izin lisan bagi pemanfaatan tanah timbul untuk dijadikan kawasan wisata; diskusi dan konsultasi dalam upaya-upaya penanganan abrasi air laut yang telah mengakibatkan kawasan wisata semakin menyempit. Tetapi, pola hubungan dan komunikasi ini tidak berlangsung secara periodik.

Pola hubungan dan komunikasi dengan Dinas Penerangan, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang dan kelembagaan-kelembagaan lokal (BPD, LPM, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat) baik dalam bentuk masukan, saran, usulan dan pendapat belum pernah dilakukan.

6.1.5. Kerjasama

Kesinambungan suatu kelompok serta aktivitasnya dapat terancam apabila terdapat hambatan-hambatan, gangguan, keterbatasan kemampuan atau ancaman baik yang bersumber dari internal kelompok maupun eksternal kelompok. Untuk itu penting dikembangkan adanya kerjasama dengan pihak- pihak terkait.

Inisiatif untuk bekerjasama dengan pihak lain tidak selalu muncul dari pimpinan atau ketua kelompok. Kerjasama yang telah berlangsung selama ini adalah dengan pihak swasta. Upaya bekerjasama dengan pihak pemerintah, seperti UPTD PKP telah dirintis dengan baik. Kerjasama dengan Dinas Penerangan, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang pernah dilakukan dalam bentuk pengajuan anggaran bagi pengembangan kawasan, tetapi hal ini belum dapat direalisasikan. Upaya-upaya kerjasama atau upaya untuk melibatkan kelembagaan-kelembagaan lokal (BPD, LPM, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat) belum dilaksanakan.

Dasar pertimbangan hubungan kerjasama, baik dalam bentuk diskusi atau konsultasi dilakukan dengan pihak-pihak yang sekiranya membawa manfaat ekonomi atau karena hal-hal yang sifatnya mendesak, seperti halnya kerjasama dengan UPTD PKP dalam menanggulangi ancaman abrasi melalui penanaman

mngrove; tidak atau belum diupayakan dialog atau diskusi dengan kelembagaan- kelembagaan lokal yang diperkirakan merasa khawatir dan tidak berkenan dengan keberadaan kawasan tersebut.

6.1.6. Pengetahuan

Keraf A. Sonny (2001) mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya; mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu juga mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibakukan secara sistematis dan metodis.

Dalam hal ini, pengetahuan merupakan pemikiran, gagasan, ide, konsep, pemahaman dan kemampuan yang dimiliki oleh anggota kelompok dalam mengembangkan ”kawasan wisata secara tepat atau sesuai dengan konteks lokal”, yakni secara sosio ekonomi dan ekologis serta keagrariaan mampu : memberdayakan komunitas lokal, mempertegas tata aturan pemanfaatan tanah atau kawasan, menjaga keindahan alam pesisir sebagai atraksi wisata yang ditawarkan serta meminimalisir dampak-dampak negatif yang ditimbulkan sehingga upaya pengembangan kawasan wisata dapat berkesinambungan. Anggota kelompok dan para pedagang di lokasi wisata memahami sepenuhnya bahwa suatu kawasan wisata dapat berkesinambungan apabila mampu memberikan manfaat ekonomi bagi mereka. Tumbuh ide, gagasan dan pemikiran serta kesadaran-kesadaran bahwa manfaat ekonomi akan lestari jika didukung oleh adanya kepastian hukum tanah timbul yang selama ini digunakan dan terpeliharanya luas daratan dari ancaman abrasi air laut serta adanya keseimbangan atau keharmonisan dengan nilai-nilai dan norma-norma serta harapan-harapan dan aspirasi komunitas (keseimbangan aspek sosial, ekologis dan keagrariaan), tetapi gagasan dan pemikiran tersebut belum diimbangi oleh upaya-upaya yang optimal. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Tata Husein selaku ketua pengelola kawasan :

“Wawasan dan pemahaman tentang pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata selama ini diperoleh atas dasar pemikiran-pemikiran sendiri. Kita di sini merasa membutuhkan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya kawasan ini dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada...”

Tabel tentang profil Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” dapat dilihat sebagamana Tabel 14 berikut ini :

Tabel 14 Profil Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru”

NO ASPEK PROFIL

1. Tujuan ƒTidak dituangkan secara tertulis atau bersifat implisit

ƒDitetapkan oleh pencetus gagasan, dalam hal ini yaitu ketua kelompok

ƒTerfokus pada upaya peningkatan pendapatan

2. Kepemimpinan ƒTidak ditetapkan melalui suatu proses pemilihan tertentu atau berlangsung alamiah.

ƒLebih didasarkan pada pertimbangan : ketua kelompok adalah pemilik ide utama, sebagai penyandang dana sekaligus menjabat sebagai kepala desa yang masih aktif

ƒProses penyebaran pengaruh melalui komunikasi langsung dan bersifat informal, yaitu berdasarkan pada hubungan kekerabatan dan pertemanan

3. Pembagian tugas dan peranan

ƒTidak dituangkan secara tertulis atau bersifat implisit serta belum dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.

ƒProses pembagian tugas dan peranan didasarkan pada keputusan atau instruksi lisan ketua kelompok

4. Pola hubungan dan komunikasi

ƒTerjalin pola hubungan dan komunikasi antara anggota, ketua dan para pedagang di kawasan wisata secara : harmonis, langsung, dilaksanakan pertemuan kelompok dua minggu sekali

ƒTerjalin pola hubungan dan komunikasi dengan Kepala UPTD PKP, meskipun berifat informal dan tidak atau belum diagendakan secara periodik

5. Kerjasama ƒAnggota kelompok memiliki kesempatan untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain

ƒDasar pertimbangan hubungan kerja sama, baik dalam bentuk diskusi, konsultasi cenderung dilakukan dengan pihak-pihak yang sekiranya membawa manfaat ekonomi atau karena hal-hal yg sifatnya mendesak

6. Pengetahuan ƒWawasan, pemahaman tentang pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata diperoleh atas dasar pemikiran-pemikiran sendiri

6.2. Analisis Situasi terhadap Kelompok Pengelola Kawasan Wisata