• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

3. Mampu meminimalisir maraknya kehidupan “warung remang-remang” atau fenomena prostitusi

2.6. Analisis Relevansi Pekerjaan Sosial, Kelembagaan dan Pembangunan Berkelanjutan

Pekerjaan Sosial menurut Charles Zastrow (1982) merupakan aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka serta menciptakan kondisi- kondisi masyarakat yang kondusif bagi keberfungsian sosial mereka, sebagaimana diungkapkan bahwa : “Social work is the professional activity of helping individuals, groups or communities to enhance or restore their capacity for social functoning and to create societal conditions favorable to their goals”.

Pernyataan serupa diungkapkan oleh Skidmore dan Tackeray (1982) yang menyatakan bahwa Pekerjaan Sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian individu, baik secara individual maupun kelompok yang kegiatannya difokuskan pada relasi sosial mereka, khususnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya : “Social work seeks to enhance the social functioning of individuals, singly and in groups, by activities focused upon their social relationship which constitute the interaction between man and his environtment”.

Dubois dan Miley (2005) menyatakan bahwa tujuan dan sasaran Pekerjaan Sosial mengarahkan Pekerja Sosial untuk memperkuat kompetensi kelayan, mengkaitkan mereka dengan sumber-sumber, menolong perkembangan perubahan bagi organisasi maupun kelembagaan sosial agar lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat, sebagaimana diungkapkan yaitu : “The goals and objectives lead social workers to enhance clients’ sense of competence, link them with resources and foster changes that make organization and social institutions more responsive to citizens’ need”.

Secara rinci, maksud dari Pekerjaan Sosial yaitu :

1. Memperkuat keberfungsian sosial bagi individu, keluarga, kelompok, organisasi maupun komunitas

2. Mengkaitkan sistem kelayan dengan sumber-sumber yang dibutuhkan 3. Memperbaiki pelaksanaan jaringan pemberian pelayanan sosial 4. Meningkatkan keadilan sosial melalui pengembangan kebijakan sosial Hal ini sebagaimana diungkapkan Dubois dan Miley (2005) :

ϕ Enhance social functioning of individuals, families, group, organizations and communities

ϕ Link client systems with needed resources

ϕ Improve the operation of the social service delivery network

ϕ Promote social justice through development of social policy

Dengan demikian, pengertian Pekerjaan Sosial mengandung dua unsur pokok, yaitu :

1. Pekerjaan Sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial orang, baik sebagai individu, kelompok mupun masyarakat.

2. Fokus utamanya adalah pada hubungan sosial, khususnya tentang interaksi manusia dengan lingkungan sosialnya.

Guzman (1983) menyatakan bahwa keberfungsian sosial berkaitan dengan interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya. Keberfungsian sosial mengarah pada cara yang dipergunakan orang dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, memecahkan permasalahan maupun memenuhi kebutuhannya. Orang yang bermasalah adalah orang yang kurang mampu untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya secara memadai. Konsepsi pertolongan Pekerjaan Sosial ditujukan agar orang mampu menolong dirinya sendiri dan lingkungannya.

Upaya untuk meningkatkan keberfungsian sosial dalam Pekerjaan Sosial dilaksanakan melalui suatu metode praktek Pekerjaan Sosial sebagaimana diungkapakan oleh Dubois dan Miley (2005), yaitu :

1. Casework, yaitu metode praktek Pekerjaan Sosial dengan individu. Metode ini tidak hanya memberikan pertolongan melalui pendekatan langsung pada individu yang bersangkutan, melainkan juga terhadap sistem keluarga sebagai suatu upaya untuk membangun interaksi yang dinamis antara orang dengan lingkungannya.

2. Group Work, yaitu suatu metode prakek dalam Pekerjaan Sosial dengan memanfaatkan kelompok sebagai suatu proses pertolongan untuk mendukung perkembangan dan perubahan yang diharapkan. Group work merupakan suatu strategi pemberdayaan untuk mengadakan perubahan terhadap individu, yang pada penerapannya dilaksanakan melalui kolaborasi dengan organisasi maupun kelompok-kelompok dalam suatu komunitas.

3. Community Organization, yaitu metode praktek dalam Pekerjaan Sosial yang bersifat makro, meliputi kegiatan pengorganisasian masyarakat, pengembangan organisasi dan pembaharuan sosial. Gagasan pemecahan masalah dalam metode ini membutuhkan keterlibatan para pemimpin atau tokoh masyarakat, termasuk pihak pemerintah, para pengusaha baik dari perusahaan negara maupun swasta, organisasi-organisasi kedaerahan dan keagamaan, para profesional, para pengguna jasa kepentingan atau pelayanan umum serta badan-badan pendanaan lainnya.

Orang-orang berpartsipasi dalam masyarakat, mengadakan perubahan “dari masyarakat dan untuk masyarakat”, mereka meyakini bahwa masalah utama terletak pada aksi atau aktivitas yang diselenggarakan oleh masyarakat itu sendiri.

Pelaksanaan metode praktek Community Organization semakin diperlukan seiring dengan terjadinya pergeseran paradigma dalam Pekerjaan Sosial sebagaimana diungkapkan Muhidin dalan Huraerah (2003) bahwa :

“Krisis moneter sejak tahun 1998 telah menyebabkan terjadi perubahan paradigma dalam Pekerjaan Sosial, yaitu bahwa pendekatan-pendekatan klinis yang sifatnya berskala kecil tidak mampu menyelesaikan masalah- masalah sosial yang sifatnya luas. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan lebih menekankan pada peningkatan potensi-potensi dan partisipasi masyarakat secara luas”.

Untuk itu, upaya dalam membantu orang, baik secara inidividu maupun kolektif agar mampu menolong dirinya sendiri dan lingkungannya dilaksanakan melalui strategi pengembangan masyarakat.

Kegiatan pengembangan masyarakat diartikan sebagai suatu gerakan yang dirancang untuk mewujudkan kondisi kehidupan yang lebih baik bagi keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif dan jika memungkinkan berdasarkan inisiatif masyarakat. Hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah. Pengembangan masyarakat harus dilakukan melalui gerakan koperatif dan harus berhubungan dengan bentuk pemerintahan lokal terdekat. Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan Brokensha dan Hodge (1969) sebagaimana dikutip Adi (2003) :

“Community development is a movement designed to promote better living for the whole community with the active participation, and, if possible, on the initiative of the community... it includes the whole range of the development activities in the district whether these are

undertaken by government or unofficial bodies...[Community development] must make use of the cooperative movement and must be put into effect in the closest association with local government bodies”.

Aktivitas pengembangan masyarakat pada intinya ditujukan agar pembangunan yang dilaksanakan didasarkan pada manusia sebagai subjek pembangunan dengan memperhatikan aspek-aspek lokalitas. Dengan demikian, pembangunan memiliki basis atau akar yang kuat pada komunitas lokal sehingga mendukung terwujudnya aktivitas pembangunan secara berkelanjutan.

Upaya kegiatan pengembangan masyarakat yang dapat mendukung terwujudnya aktivitas pembangunan secara berkelanjutan diantaranya dilaksanakan melalui suatu pendekatan strategis, yaitu penguatan kelembagaan. Penguatan Kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” sebagai upaya bagi pengembangan kawasan wisata ini mencakup adanya sejumlah peranan-peranan sosial dan tata aturan serta nilai-nilai dalam pelaksanaan aktivitas wisata sehingga mendorong terwujudnya kawasan wisata secara berkelanjutan.

Penguatan Kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata Wisata “Samudera Baru” merupakan salah satu upaya pemberdayaan komunitas lokal. Dharmawan (2002) mendefinisikan makna pemberdayaan sebagai proses untuk memperoleh energi yang cukup, yang memungkinkan orang untuk mengembangkan kemampuannya dan memperoleh posisi tawar yang kuat dalam mengambil keputusan serta kemudahan untuk memperoleh akses bagi kehidupan yang lebih baik, sebagaimana kutipan berikut ini : ”a process of having enough energy enabling people to expand their capabilities, to have greater burgaining power, to make their own decisions and to more easily access to a source of better living”.

Merriam Webster sebagaimana dikutip Negarayati (2004) mengungkapkan bahwa pemberdayaan mengandung dua pengertian, yaitu :

1. Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program-program pembangunan agar kondisi kehidupan masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan, dan 2. Memberi kewenangan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas

kepada masyarakat agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungannya secara mandiri.

Menurut Ife dalam Suharto (2005), pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Dengan demikian, pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yaitu kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan orang atau komunitas dalam menentukan:

1. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup; kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.

2. Pendefinisian kebutuhan; kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

3. Ide atau gagasan; kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan. 4. Lembaga-lembaga; kemampuan menjangkau, menggunakan dan

mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.

5. Sumber-sumber; kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan.

6. Aktivitas ekonomi; kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi dan pertukaran barang dan jasa.

Pemberdayaan merupakan sebuah proses sekaligus tujuan. Sebagai suatu proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai suatu tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh suatu perubahan soial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial, seperti kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai matapencaharian, berpartisipasi dalam kegitan sosial serta mandiri dalam melaksanakan tugas- tugas kehidupannya.

Dengan demikian, konsep pemberdayaan merupakan suatu bentuk upaya dalam meningkatkan keberfungsian sosial. Keberfungsian sosial yang diharapkan dalam kajian ini, yaitu :

1. Bagi anggota Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru “, yaitu mampu berperan dan melaksanakan tugas-tugasnya agar :

a. Tujuan pengembangan kawasan wisata tidak hanya berorientasi pada faktor ekonomi sehingga mengabaikan ketaatan terhadap norma-norma dan nilai-nilai masyarakat serta menimbulkan adanya kekurangtanggapan terhadap keindahan dan kelestraian lingkungan atau kawasan wisata. Dengan kata lain, mengabaikan faktor-faktor sosial ekologis sebagai penopang keberlanjutan kawasan tersebut.

b. Pemimpin atau ketua kelompok pengembangan kawasan wisata memiliki pemahaman bahwa kelompok tidak dipandang sebagai milik pribadi, manfaat atau keuntungan ekonomi hanya tidak dinikmati secara pribadi atau oleh kelompok semata-mata.

c. Dilaksanakan pembagian tugas dan peranan dalam kelompok secara jelas dan tegas serta anggota kelompok dapat berfungsi sebagaimana mestinya, dilaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan sehingga ketidaktransparanan (intransparency) manajemen kelompok dapat dihindari.

d. Pola hubungan dan komunilkasi dalam kelompok yang sifatnya informal dan formal terjadi secara seimbang dan proporsional. Pola hubungan dan komunilkasi dalam kelompok tidak hanya didasarkan pada pola hubungan kekerabatan dan pertemanan sehingga sulit menerapkan sistem sanksi secara jelas.

e. Dasar pertimbangan hubungan kerjasama, baik dalam bentuk diskusi, maupun konsultasi tidak hanya dilakukan dengan pihak-pihak yang sekiranya membawa manfaat ekonomi atau disebabkan oleh hal-hal yang sifatnya mendesak serta tidak mengabaikan kerjasama dengan kelembagaan lokal yang ada.

f. Memiliki pengetahuan dan pemahaman secara benar dalam tata cara menjaga dan memelihara keindahan serta kelestarian lingkungan di kawasan wisata sebagai penopang keberlanjutan kawasan.

2. Bagi stakeholders, dalam hal ini meliputi Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan (UPTD PKP) Kecamatan Pedes; tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan aparat pemerintah Desa Sungaibuntu, termasuk BPD (Badan Perwakilan/Permusyawaratan Desa), LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat); Aparat Pemerintah Kecamatan Pedes, meliputi Camat, Kasi. Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD);

Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang :

Mampu meningkatkan pola hubungan dan gerakan koperatif dengan Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” sehingga dapat berperan dan berfungsi sebagai kontrol sosial dalam upaya meminimalisir dampak-dampak negatif yang ditimbulkan, seperti adanya fenomena prostitusi terselubung, munculnya potensi konflik keagrariaan, ketidaktransparanan dan kekurangtanggapan Kelompok Pengelola Kawasan Wisata terhadap aspirasi dan harapan komunitas.

Analisis relevansi Pekerjaan Sosial, Kelembagaan dan Pembangunan Berkelanjutan dapat dilihat dari gambar di bawah ini :

Gambar 2 Relevansi Pekerjaan Sosial, Kelembagaan dan Pembangunan Berkelanjutan

Secara sederhana gambar di atas menunjukkan bahwa Pekerjaan Sosial bertujuan untukmeningkatkan keberfungsian sosial orang, baik sebagai individu, kelompok maupun masyarakat. Meningkatnya kemampuan keberfungsian sosial orang, baik secara individu, kelompok maupun masyarakat diharapkan akan mampu mendukung kegiatan pembangunan secara berkelanjutan.

Pekerjaan Sosial memiliki salah satu metode praktek yang dinamakan Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat atau dikenal dengan

Community Organization and Community Development. Strategi pengembangan masyarakat dalam hal ini dilaksanakan melalui pendekatan penguatan kelembagaan.

Pekerjaan

Sosial Keberfungsian Sosial

Penguatan Kelembagaan Sebagai Upaya Pemberdayaan

Pengembangan Masyarakat

Pembangunan Berkelanjutan

Melalui pendekatan penguatan kelembagaan diharapkan orang yang terikat dalam suatu wadah kelembagaan dapat meningkatkan keberfungsian sosialnya sehingga mampu mendukung kegiatan pembangunan secara berkelanjutan.