KAWASAN WISATA PESISIR ”SAMUDERA BARU” BERBASIS KOMUNITAS LOKAL
7.1. Identifikasi Potensi Penguatan Kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata Pesisir Berbasis Komunitas Lokal
Dalam rangka penyusunan program kegiatan pada pengembangan kawasan wisata pesisir berbasis komunitas lokal melalui pendekatan kelembagaan, maka analisis potensi serta efektivitas kelembagaan yang dapat mendukung, seperti telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya menjadi bahan masukan bagi penyusunan rencana kegiatan secara partisipatif.
Potensi serta efektivitas kelembagaan yang dapat mendukung pengembangan kawasan wisata berbasis komunitas lokal diidentifikasi berdasarkan pendekatan terhadap profil Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Pesisir ”Samudera Baru”, dikaji atau ditelaah melalui aspek-aspek tujuan, kepemimpinan, pembagian tugas dan peranan, pola hubungan dan komunikasi, kerjasama dan pengetahuan yang dimiliki. Aspek-aspek tersebut dianalisis dan diidentifikasi berdasarkan indikasi, pihak-pihak yang terlibat, mekanisme yang dilaksanakan dan efektivitas yang terjadi.
Indikasi potensi merupakan bentuk ide, gagasan atau perilaku yang menunjukkan atau menggambarkan suatu potensi ditinjau dari aspek-aspek tujuan, kepemimpinan, pembagian tugas dan peranan, pola hubungan dan komunikasi, kerjasama dan pengetahuan yang dimiliki.
Pihak-pihak yang terlibat, yaitu orang, kelompok, kelembagaan baik lokal maupun pemerintah yang mendukung atau terlibat dalam pemanfaatan potensi yang ada. Mekanisme merupakan sistem pelaksanaan yang terjadi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam memanfaatkan potensi yang ada.
Efektivitas menyangkut sejauhmana potensi yang ada dilaksanakan dalam suatu mekanisme tertentu dengan melibatkan pihak-pihak terkait guna mendukung terwujudnya pengembangan kawasan wisata secara berkelanjutan. Tabel tentang identifikasi potensi Kelompok Pengelola Wisata ”Samudera Baru” dapat dilihat sebagaimana Tabel 22.
Tabel 22 Identifikasi Potensi Kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru”
No. Aspek dan Profil Kelompok Potensi Indikasi Pihak yang terlibat Mekanisme Efektivitas
01 02 03 04 O5 06 07 1. Tujuan : Terfokus pada upaya-upaya untuk meningkatkan pendapatan
Mampu membuka lahan
pekerjaan baru
Mampu menyokong
pendapatan atau kehidupan ekonomi
Mampu menjadi sarana
wisata yang terjangkau oleh semua kalangan
Tumbuhnya para pedagang
menetap di lokasi wisata (20 orang pedagang efektif, 10 orang berdagang diakhir pekan atau musiman)
Terjadi ledakan pengunjung
setiap 5 hari pasca Idul Fitri
Tahun 2003 mampu membe-
rikan kontribusi bagi angga- ran pembangunan desa sebesar Rp.2.500.000,00
Kelompok Pengelola
Kawasan Wisata
(Management)
Para pedagang
Aparat Polsek Kecama-
tan Pedes
Para pedagang berjualan di lokasi
wisata menempati bangunan yang
telah disediakan oleh pihak Manage-
ment dengan cara membeli atau
menyewa per bulan
Kerja sama dengan aparat Polsek
pada umumnya dilaksanakan saat terjadi ledakan pengunjung
Mengabaikan ketaatan terhadap
nilai-nilai dan norma masyarakat
Mengabaikan upaya-upaya untuk
menjaga dan memelihara kelesta- rian lingkungan wisata, termasuk upaya mempertegas status pemanfaatan dan pengelolaan tanah kawasan, dengan kata lain ;
Mengabaikan aspek-aspek sosial,
ekologi dan status keagrariaan
2. Kepemimpinan :
Ditetapkan atas
dasar pertimbangan bahwa : ketua kelompok adalah pemilik ide utama, sebagai penyandang dana sekaligus menjabat sebagai kepala desa dan masih aktif
Mampu menumbuhkan
trust dan solidaritas
Terpeliharanya pendeka-
tan-pendekatan personal
Mampu menciptakan
keamanan dan ketertiban bagi para pedagang di lokasi wisata
Mampu tetap bertahan selama
empat tahun walaupun mengalami pasang surut penghasilan
Ketua dan atau anggota
kelompok serta para pedagang saling terbuka, membicarakan semua persoalan yang dihadapi
Ketua dan anggota kelompok
mampu mengatasi atau menyelesaikan pertengkaran, perkelahian antara sesama pengunjung saat mabuk, karena memperebutkan “primadona warung”
Kelompok Pengelola
Kawasan Wisata
(Management)
Ketua dan atau anggota kelompok
setiap hari berada di kawasan wisata; berkomunikasi, berkeliling mengunjungi para pedagang
Pengelolaan kelompok cenderung
tidak profesional; kelompok dipandang sebagai milik pribadi dan seakan menjadi bagian terpisah dari komunitas
Menumbuhkan ketergantungan
anggota terhadap pemimpin atau ketua kelompok 3. Pembagian Tugas dan Peranan : Bersifat implisit, didasarkan pada keputusan atau instruksi lisan ketua kelompok
Telah dikenal adanya
pembagian tugas dan peranan, meskipun masih bersifat seder- hana dan didasarkan pada keputusan ketua
Meskipun bersifat implisit
telah tumbuh kesadaran akan pentingnya pembagian tugas dan peranan; telah ditunjuk siapa yang bertang- gungjawab sebagai penjaga tiket masuk, sekretaris, humas, keamanan, bendahara.
Ketua dan Anggota
Kelompok Pengelola Kawasan Wisata
(Management)
Pembagian tugas dan peranan lebih
didasarkan pada keputusan dan instruksi lisan ketua kelompok
Pembagian tugas dan peranan
masih bersifat sederhana dan belum dapat berfungsi sebagai- mana mestinya
Sulit dilaksanakan kegiatan
pencatatan dan pelaporan serta pertanggungjawaban, baik administratif maupun finansial
Lanjutan Tabel 22
No. Aspek dan Profil Kelompok Potensi Indikasi Pihak yang terlibat Mekanisme Efektivitas
01 02 03 04 05 06 07
4. Pola Hubungan dan
Komunikasi : Bersifat informal, mengatasi perso- alan-persoalan diutamakan secara kekeluargaan
Pola hubungan dan
komunikasi bersifat informal menumbuh- kan kesetiakawanan dan trust
Hal-hal yang dibicarakan
menyangkut hal-hal yang sifatnya pribadi
Ada perasaan “sungkan”
untuk menyampaikan peri- ngatan, teguran atau hal-hal yang sifatnya serius atau formal
Perasaan sungkan dimiliki,
baik oleh ketua maupun anggota Kelompok Pengelola Kawasan
(Management) dan para pedagang di kawasan wisata
Masing-masing pihak menjaga diri
dari ketersinggungan satu sama lain. Apabila terjadi hal-hal yang tidak berkenan, maka :
- langkah awal adalah berdiam diri
mengurangi frekuensi komunikasi
- apabila langkah awal tidak efektif,
baru dikomunikasikan secara lisan
Sulit bersikap tegas, menegak-
kan disiplin, teguran dan sank- si serta mengabaikan pola-pola hubungan yang sifatnya formal
5. Kerjasama : Dasar pertimba- ngan hubungan kerjasama cende- rung dilakukan dengan pihak- pihak yang sekira- nya membawa manfaat ekonomi atau karena hal- hal yang sifatnya mendesak
Tumbuh gagasan untuk
mengembangkan kerja sama dengan pihak swasta dan pihak Pemerintah
Kerjasama dilakukan
dengan :
- Perusahaan Teh Botol Sosro, Rokok Gudang Garam, Indosat (Mentari) dalam bentuk pemasangan tenda, bendera.
- Tim hiburan dan penyanyi lokal
- UPTD PKP Kecamatan Pe- des dalam upaya mencip- takan keindahan dan keles- tarian kawasan wisata
Pihak (Kelompok Pengelola
Kawasan Wisata (Management)
Pihak Swasta
Pihak Pemerintah dalam
hal ini, yaitu UPTD PKP Kecamatan Pedes
Peluang atau kesempatan untuk
menjalin kerjasama dimiliki oleh semua anggota Kelompok Pengelola Kawasan Wisata
Mengabaikan upaya kerja
sama dengan kelembagaan lokal karena dinilai dapat menghambat kesinambungan kawasan dan tidak membawa manfaat ekonomi 6. Pengetahuan : Wawasan, pema- haman tentang pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata diperoleh serta atas dasar pemiki- ran-pemikiran sendiri Tumbuh inisiatif, pemikiran, gagasan untuk memelihara kelestarian dan keindahan kawasan wisata (aspek ekologis)
Sudah dilaksanakan kegiatan
pemeliharaan keindahan dan kelestarian kawasan melalui kegiatan pembibitan dan pe-
nanaman mangrove, kegiatan
bersih-bersih tetapi masih membutuhkan upaya-upaya peningkatan yang lebih optimal.
Pihak Management
Para pedagang di kawasan
wisata
Pihak Pemerintah, dalam
hal ini, yaitu UPTD PKP Kecamatan Pedes
Fokus upaya pemeliharaan
keindahan dan kelestarian kawasan wisata lebih aktif dilakukan oleh Kelompok Pengelola Kawasan
(Management).
Pemikiran, gagasan memeli-
hara kelestarian dan keinda- han kawasan wisata belum dilaksanakan secara optimal dan konsisten, baik oleh pihak
Management, para pedagang di lokasi wisata maupun oleh Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes
7.2. Identifikasi Permasalahan Penguatan Kelembagaan Pengelola