KAWASAN WISATA PESISIR ”SAMUDERA BARU” BERBASIS KOMUNITAS LOKAL
7.3. Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Penguatan Kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata Pesisir
Sebelum dilaksanakan penyusunan program kegiatan untuk memecahkan permasalahan pada kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera Baru”, maka terlebih dahulu terdapat proses perencanaan secara partisipatif yang melibatkan anggota kelompok pengelola wisata dan stakeholders, yang meliputi : para pedagang di lokasi wisata, kelembagaan lokal, yaitu BPD, LPM, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, pengusaha dan kelembagaan pemerintah, yaitu Camat dan Kasie. PMD dan Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes serta Kabid. Pariwisata pada Dinas Penerangan, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Karawang. Perencanaan tersebut dilaksanakan melalui diskusi kelompok yang terbagi ke dalam beberapa tahapan, yaitu :
1. Diskusi kelompok dilaksanakan pada tingkat Kelompok Pengelola Kawasan Wisata (Management) ”Samudera Baru” dengan tujuan untuk memahami permasalahan dan kebutuhan pada aras individu dan kelompok pengelola. 2. Diskusi kelompok dilaksanakan pada tingkat kelompok pedagang yang ada di
lokasi wisata dengan tujuan untuk memahami profil kelembagaan pengelola kawasan wisata, permasalahan-permasalahan yang muncul dan sejauhmana ketaatan para pedagang terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat oleh Kelompok Pengelola Wisata ”Samudera Baru”.
3. Diskusi kelompok dilaksanakan pada tingkat kelembagaan pemerintah lokal, yaitu BPD dan LPM dengan tujuan untuk memahami profil Kelompok Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera Baru” dan permasalahan- permasalahan yang muncul serta harapan-harapan terhadap kelompok tersebut.
4. Diskusi kelompok dilaksanakan pada tingkat kelembagaan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan pengusaha dengan tujuan untuk memahami profil kelembagaan pengelola wisata dan permasalahan-permasalahan yang muncul serta harapan-harapan terhadap kelembagaan atau Kelompok Pengelola Kawasan Wisata tersebut.
5. Diskusi kelompok dilaksanakan pada tingkat kelembagaan pemerintah terkait, yaitu Camat, Kasie. PMD, Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang dengan tujuan untuk memahami profil kelembagaan pengelola
wisata, permasalahan-permasalahan yang muncul serta sejauhmana dukungan dan harapan-harapan terhadap kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata tersebut.
6. Diskusi kelompok dilaksanakan dengan melibatkan semua unsur terkait, yaitu Kelompok Pengelola Wisata ”Samudera Baru”, perwakilan para pedagang yang ada di lokasi wisata, pengurus dan dua orang anggota BPD dan pengurus dan dua orang LPM, tingkat kelembagaan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan pengusaha serta Camat, Kasie. PMD, Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang dengan tujuan untuk mengidentifikasi permasalahan serta menyusun program guna memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut.
Diagram atau proses diskusi kelompok tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Secara sederhana, gambar di atas menunjukkan bahwa proses perencanaan program secara partisipatif pada pengembangan kawasan wisata Diskusi dengan
Anggota dan Pengurus Kelembagaan BPD dan LPM
Diskusi dengan Kelembagaan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Pengusaha
Camat, Sie. PMD, Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata Kabupaten Karawang
Diskusi melibatkan semua pihak terkait pada Diskusi Kelompok I II III dan IV
Diskusi dengan Kelompok
Pengelola Kawasan Wisata
(Management) dan para Pedagang di Kawasan Wisata
Diskusi Kelompok II
Gambar 6 Diagram Proses Perencanaan Program secara Partisipatif pada Pengembangan Kawasan Wisata Berbasis Komunitas Lokal
Diskusi Kelompok I Diskusi Kelompok III Diskusi Kelompok IV Diskusi Kelompok V
pesisir berbasis komunitas lokal dilaksanakan melalui lima tahapan diskusi. Tahap pertama, diskusi kelompok dilaksanakan dengan melibatkan anggota, pengurus dan ketua Kelompok Pengelola Kawasan Wisata (Management)
”Samudera Baru” serta para pedagang yang ada di lokasi wisata. Pada tahap kedua, diskusi kelompok dilaksanakan dengan melibatkan anggota dan pengurus pada tingkat kelembagaan pemerintah lokal, yaitu BPD dan LPM. Pada tahap ketiga, diskusi kelompok dilaksanakan dengan melibatkan kelembagaan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan pengusaha. Pada tahap keempat, diskusi kelompok dilaksanakan dengan melibatkan kelembagaan pemerintah terkait, yaitu Camat, Kasie. PMD, Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang. Pada tahap kelima, diskusi kelompok dilaksanakan dengan semua unsur terkait, melibatkan para peserta pada diskusi kelompok tahap ke satu, kedua, ketiga dan keempat atau dikenal dengan Focus Group Discussion (FGD) Stakeholders.
Hasil diskusi kelompok dapat dilihat sebagaimana uraian berikut : Diskusi Kelompok I
Peserta : Kelompok Pengelola Kawasan Wisata (Management) ”Samudera Baru” dan Para Pedagang di Kawasan Wisata
Hasil Diskusi Kelompok dengan Pengelola Kawasan Wisata (Management) ”Samudera Baru”
Hasil Diskusi Kelompok dengan para Pedagang di Kawasan Wisata
Masalah : Masalah :
1. Keterbatasan modal atau anggaran bagi pengembangan kawasan
1. Keterbatasan pengetahuan dalam upaya pengembangan kawasan wisata secara berkelanjutan
2. Bangunan seringkali harus mundur karena
abrasi air laut 2.
Keterbatasan dalam menjalin kerjasama untuk menaggulangi abrasi air laut
3. Sungkan untuk melakukan teguran, memberikan saran apalagi marah
3. Sarana MCK dan pengelolaan sampah tidak memadai
4. Keterbatasan pengetahuan dan rendahnya kesadaran anggota kelompok dalam melakukan kegiatan kebersihan, pemeliharaan keindahan dan kelestarian kawasan. Upaya memelihara kebersihan selalu harus dimulai dari pimpinan atau ketua kelompok
4. Bangunan seringkali harus mundur karena abrasi air laut. Dalam kurun waktu satu tahun para pedagan telah memundurkan bangunan- nya kurang lebih sejauh dua meter
5. Kejelasan terhadap status tanah kawasan wisata 5 Kawasan wisata semakin menyempit 6. Lokasi kawasan semakin menyempit
Lanjutan Diskusi Kelompok I Hasil Diskusi Kelompokdengan Pengelola
Kawasan Wisata (Management) ) ”Samudera Baru”
Hasil Diskusi Kelompok dengan para Pedagang di Kawasan Wisata Kebutuhan/Kegiatan/Program : Kebutuhan/Kegiatan/Program :
1. Bekerjasama dengan pemilik modal 1. Bekerjasama dengan Dinas PKP dalam upaya penanggulangan abrasi air laut 2. Pelatihan Kepemimpinan
3. Pelatihan Manajemen Organisasi
4. Bekerjasama dengan Dinas PKP dan Dinas Pariwisata
Sumber : Diskusi Kelompok Tahun 2006
Berdasarkan proses diskusi tersebut, Kelompok Pengelola Kawasan Wisata
(Management) ”Samudera Baru” menyimpulkan bahwa : 1. Permasalahan-permasalahan yang dirasakan adalah :
- sulitnya upaya pengembangan kawasan karena terbatasnya anggaran dan modal bagi pengembangan kawasan sehubungan dengan rencana ketua kelompok yang akan membangun penginapan di kawasan tersebut.
- keterbatasan pengetahuan dalam upaya pengembangan kawasan wisata secara berkelanjutan, serta;
- rendahnya kesadaran anggota kelompok dalam melakukan kegiatan kebersihan, pemeliharaan keindahan dan kelestarian lingkungan di kawasan wisata.
Tetapi, permasalahan utama yang dirumuskan oleh Kelompok Pengelola Kawasan ini adalah menyangkut keterbatasan pengetahuan dalam upaya pengembangan kawasan wisata secara berkelanjutan sehingga menumbuhkan isu kritis terkait dengan semakin menyempitnya tanah sebagai kawasan wisata, rendahnya kesadaran anggota kelompok dalam melakukan kegiatan kebersihan, pemeliharaan keindahan dan kelestarian lingkungan di kawasan wisata serta ketidakjelasan pemanfaatan tanah di kawasan wisata. 2. Kebutuhan yang dirasakan, yaitu dibutuhkannya kerja sama dengan pemilik
modal, instansi UPTD PKP serta diselenggarakan pelatihan tentang organisasi dan kepemimpinan.
Sedangkan para pedagang di lokasi wisata menyimpulkan bahwa :
1. Permasalahan mendesak yang dialami menyangkut keterbatasan pengetahuan dan kerjasama dalam upaya mengembangkan kawasan wisata
secara berkelanjutan. Hal ini menumbuhkan isu kritis tentang kerusakan keindahan dan pelestarian lingkungan di kawasan wisata, terkait dengan permasalahan MCK, sarana pengelolaan sampah yang tidak memadai serta tingginya abrasi air laut yang mengakibatkan bangunan tempat berdagang harus mundur dua meter dari posisi semula.
2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu diperlukannya kerjasama dengan UPTD PKP dan instansi terkait lainnya dalam upaya penanggulangan abrasi air laut
Diskusi Kelompok II
Peserta : Anggota dan Pengurus Kelembagaan BPD dan LPM
Hasil Diskusi dengan Kelembagaan BPD Hasil Diskusi Kelompok dengan Kelembagaan LPM
Masalah : Masalah :
1. Upaya peningkatan pendapatan dengan mengembangkan prostitusi telah menimbulkan kekhawatiran pada kelembagaan ini
1. Aktivitas wisata belum dapat memberdayakan warga komunitas
2. Jabatan ketua sekaligus kepala desa menjadikan kelompok memiliki kekuasaan untuk memanfaatkan tanah timbul sebagai kawasan wisata, padahal tanah kawasan wisata sepenuhnya bukan milik kelompok
2. Distribusi keuntungan hanya dinikmati oleh pribadi atau kelompok, sedangkan dampak negatifnya turut dirasakan oleh komunitas luas
3. Kelompok pengelola kawasanwisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas
3. Tidak pernah melibatkan kelembagaan LPM dalam diskusi, dialog dan perumusan rencana ke depan 4. Tidak ada pertanggungjawasan yang jelas kepada
desa, baik dari segi administrasi maupun finansial 4. Dipandang sebagai tempat atau sumber maksiat
5. Tidak pernah melibatkan kelembagaan BPD dalam perencanaan dan kebijakan
Kebutuhan/Kegiatan/Program : Kebutuhan/Kegiatan/Program :
1. Dilibatkan diskusi, dialog dalam penyusunan rencana dan kegiatan
1. Dibentuk wadah yang dapat mensahkan
kelembagaan ini untuk terlibat atau berpartisipasi 2. Ada keputusan atau tata peraturan yang jelas
terhadap sistem pengelolaan dan pemanfaatan kawasan wisata
2. Ada kontribusi/manfaat finansial bagi komunitas atau masyarakat
3. Dibentuk wadah komunikasi yang dapat
menjembatani aspirasi dan kepentingan komunitas 3. Ada upaya-upaya penertiban dari instansi terkait
Sumber : Diskusi Kelompok Tahun 2006
Berdasarkan proses diskusi tersebut, anggota dan pengurus kelembagaan BPD menyimpulkan bahwa :
1. Permasalahan yang dirasakan dan dialami sehubungan dengan keberadaan kawasan wisata yaitu menyangkut :
- adanya upaya kelompok untuk meningkatkan pendapatan telah menumbuhkan isu kritis terkait dengan berkembangnya prostitusi yang telah menimbulkan kekhawatiran mendalam dari kelembagaan ini.
- jabatan ketua kelompok sekaligus kepala desa menjadikan kelompok memiliki kekuasaan yang luas dalam memanfaatkan tanah timbul sebagai kawasan wisata. Hal ini menumbuhkan isu kritis terkait dengan ketidakjelasan status dan pemanfaatan tanah, tidak ada pertanggungjawaban yang jelas kepada desa baik dari segi administrasi maupun finansial serta tidak pernah melibatkan kelembagaan BPD dalam perencanaan dan kebijakan.
2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dilibatkan dalam diskusi, dialog dan penyusunan rencana kegiatan; dirumuskan atau disusun keputusan atau tata peraturan yang jelas terhadap sistem pengelolaan dan pemanfaatan kawasan serta dibentuk wadah komunikasi yang dapat menjembatani aspirasi dan kepentingan komunitas.
Sedangkan anggota dan pengurus kelembagaan LPM menyimpulkan bahwa:
1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut adanya jabatan rangkap ketua kelompok sekaligus kepala desa yang dianggap telah mengakibatkan tidak adanya pertanggungjawaban kegiatan secara jelas. Hal ini telah menimbulkan isu kritis terkait dengan distribusi keuntungan yang hanya dinikmati oleh pribadi atau kelompok, sedangkan dampak negatifnya turut dirasakan oleh komunitas secara luas serta tidak pernah dilibatkannya kelembagaan LPM ini dalam diskusi, dialog,. perencanaan dan kebijakan. 2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dibentuknya suatu wadah yang dapat
mensahkan kelembagaan ini untuk terlibat atau berpartisipasi, adanya kontribusi atau manfaat finansial bagi komunitas serta dilaksanakannya upaya-upaya penertiban dari instansi terkait
Proses diskusi kelompok yang diikuti kelembagaan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan pengusaha dapat dilihat sebagaimana proses Diskusi Kelompok III berikut ini :
Diskusi Kelompok III
Peserta : Kelembagaan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Pengusaha
Sumber : Diskusi Kelompok Tahun 2006
Hasil Diskusi Kelompok dengan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan Pengusaha Masalah : Tokoh Masy Kebutuhan/Kegiatan/Program :
1. Jabatan ketua kelompok merangkap kepala desa memberikan kekuasaan yang luas untuk mengambil keputusan atau kebijakan terkait dengan
pengembangan kawasan wisata, sehingga;
1. Dibentuk wadah yang dapat mengkomunikasikan aspirasi masyarakat terhadap aktivitas kawasan 2. Ketua atau kelompok memiliki kekuasaan untuk
memanfaatkan tanah timbul sebagai kawasan wisata, padahal tanah tersebut sepenuhnya bukan milik kelompok.
2. Terdapat tata pengaturan mengenai hak dan kewajiban bagi pihak yang memanfaatan tanah timbul atau tanah kawasan wisata
3. Khawatir dengan berkembangnya fenomena prostitusi 4. Kelompok pengelola kawasan wisata seolah menjadi
bagian terpisah dari komunitas
5. Tidak pernah melibatkan kelembagaan ini dalam diskusi, dialog, perumusan rencana dan kegiatan
Masalah Tokoh Agama : Kebutuhan/Kegiatan/Program :
1. Kelompok dipandang lebih mementingkan tujuan peningkatan pendapatan sehingga berkembang fenomena prostitusi
1. Distribusi keuntungan harus dinikmati dan dirasakan oleh komunitas secara luas
2. Dipandang sebagai tempat atau sumber maksiat 2. Melibatkan tokoh agama dalam diskusi, dialog dan perencanaan dan perumusan kegiatan ke depan
3. Tanah kawasan wisata bukan milik kelompok
3. Kelompok Pengelola Kawasan Wisata harus menyesuaikan diri dengan aturan-aturan agama, norma-norma dan nilai-nilai masyarakat
4. Kawasan wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas
5. Tidak ada pertanggungjawasan yang jelas kepada desa, baik dari segi administrasi maupun finansial 6. Tidak pernah melibatkan kelembagaan ini dalam
diskusi, dialog, penentuan perencanaan dan kebijakan
Masalah Tokoh Pemuda : Kebutuhan/Kegiatan/Program :
1. Tidak pernah melibatkan kelembagaan ini dalam perencanaan dan kebijakan
1. Dibentuk wadah yang dapat melegalkan kelembagaan lokal untuk berpartisipasi 2. Tidak ada kontribusi ataupun manfaat yang bisa
dinikmati oleh komunitas secara luas
2. Ada keputusan atau tata peraturan yang jelas terhadap sistem pengelolaan dan pemanfaatan kawasan tersebut
3. Tanah di kawasan wisata merupakan tanah milik umum yang tidak bisa dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang
3. Ada upaya-upaya penertiban dari instansi terkait
Masalah Pengusaha : Kebutuhan/Kegiatan/Program :
1. Sulit dilakukan investasi modal bagi pengembangan kawasan sebab luas kawasan terbatas, ditambah semakin menyempit karena ancaman abrasi air laut
1. Harus dilakukan upaya-upaya untuk mempertahan- kan atau bahkan memperluas area daratan 2. Legalitas dan ketidakjelasan struktur menyulitkan
upaya kerjasama
2. Memperjelas status dan struktur organisasi pengelola kawasan wisata
Berdasarkan proses diskusi tersebut, disimpulkan bahwa : Bagi Tokoh Masyarakat:
1. Permasalahan yang dialami menyangkut adanya jabatan ketua kelompok merangkap kepala desa yang dinilai telah memberikan kekuasaan luas untuk mengambil keputusan terkait dengan pengembangan kawasan wisata dan tidak adanya kerjasama yang melibatkan kelembagaan ini dalam diskusi, dialog, perencanaan dan kebijakan kegiatan. Kondisi ini menumbuhkan isu kritis terkait dengan tumbuhnya kekhawatiran terhadap berkembangnya fenomena prostitusi, ketidakjelasan status dan pemanfaatan tanah, Kelompok Pengelola Wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas serta tidak pernah melibatkan tokoh masyarakat dalam diskusi, dialog, perumusan rencana dan kegiatan ke depan.
2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dibentuk suatu wadah yang dapat mengkomunikasikan aspirasi masyarakat menyangkut keberadaan kawasan wisata dan disusunnya tata pengaturan tentang hak dan kewajiban bagi pihak yang memanfaatan tanah di kawasan tersebut.
Bagi Tokoh Agama:
1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut upaya peningkatan pendapatan yang dilaksanakan oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata dipandang telah mengabaikan aspek-aspek nilai, norma dan aturan agama. Hal ini menimbulkan isu kritis terkait dengan kekhawatiran terhadap berkembangnya fenomena prostitusi, kawasan wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas dan tidak adanya pertanggungjawaban yang jelas kepada desa, baik dari segi administrasi maupun finansial serta tidak pernah melibatkan kelembagaan tokoh agama dalam diskusi, dialog, perumusan rencana dan kebijakan ke depan.
2. Kebutuhan yang dirasakan meliputi : adanya distribusi keuntungan bagi komunitas, melibatkan tokoh agama dalam diskusi, dialog, penentuan perencanaan dan kebijakan serta dilaksanakan upaya-upaya penertiban oleh instansi terkait.
Bagi Tokoh Pemuda:
1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut tidak adanya kerjasama antara Kelompok Pengelola Kawasan Wisata dengan kelembagaan lokal yang ada sehingga tidak pernah melibatkan kelembagaan lokal dalam perencanaan dan perumusan kebijakan. Hal ini menimbulkan isu kritis terkait dengan pandangan bahwa tanah di kawasan wisata merupakan tanah timbul milik umum yang tidak bisa dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang sehingga kontribusi ataupun manfaat yang diperoleh tidak bisa dinikmati oleh sekelompok orang tertentu, melainkan harus memberikan manfaat atau kontribusi bagi komunitas secara luas.
2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dibentuknya suatu wadah yang dapat melegalkan kelembagaan ini untuk terlibat atau berpartisipasi, disusun keputusan atau tata peraturan yang jelas terhadap sistem pengelolaan kawasan tersebut serta adanya upaya-upaya penertiban dari instansi terkait Bagi Pengusaha:
1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut kesulitan dilakukannya investasi modal bagi pengembangan kawasan wisata disebabkan oleh luas kawasan yang terbatas dan semakin menyempit karena ancaman abrasi air laut serta ketiadaan legalitas dan ketidakjelasan struktur menyulitkan upaya kerja sama.
2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dilakukannya upaya-upaya untuk mempertahankan atau bahkan memperluas area daratan serta memperjelas status dan struktur organisasi pengelola kawasan wisata.
Diskusi Kelompok IV
Peserta : Camat Kecamatan Pedes. Sie. PMD Kantor Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata, Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya, Ka. UPTD PKP Kecamatan Pedes
Hasil Diskusi dengan Camat, Kasie. PMD dan Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes
Masalah bagi Camat dan Kasie. PMD Kecamatan Pedes : Kebutuhan/Kegiatan/Program :
1. Khawatir dengan marak dan berkembangnya fenomena prostitusi
1. Dilaksanakan upaya penertiban kawasan dari kemaksiatan dengan melibatkan komunitas setempat
2. Kawasan belum mampu memberikan manfaat bagi komunitas secara luas
2. Melibatkan komunitas dalam suatu wadah yang
diakui oleh Kelompok Pengelola (Management)
Kawasan Wisata
Masalah bagi UPTD PKP Kecamatan Pedes : Kebutuhan/Kegiatan/Program :
1. Pengembangan kawasan wisata pesisir harus tetap menjaga keindahan dan kelestarian SDA pesisir
1. Dibangun kerjasama untuk mengatasi permasala- han-permasalahan pelestarian lingkungan pesisir
Lanjutan Diskusi Kelompok IV
Sumber : Diskusi Kelompok Tahun 2006
Berdasarkan proses diskusi dengan kelembagaan pemerintah, disimpulkan bahwa :
Bagi Camat dan Kasie. PMD Kecamatan Pedes :
1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut aktivitas pengembangan kawasan wisata yang belum mampu memberikan manfaat bagi komunitas secara luas serta kekhawatiran dengan marak dan berkembangnya fenomena prostitusi. 2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dilaksanakan upaya penertiban kawasan dari
kemaksiatan dengan melibatkan komunitas setempat serta melibatkan komunitas dalam suatu wadah yang diakui oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata.
Bagi UPTD PKP Kecamatan Pedes :
1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut keterbatasan pengetahuan dan lemahnya kesadaran, baik dari Kelompok Pengelola Kawasan Wisata itu sendiri maupun dari para pedagang di kawasan wisata dalam upaya menjaga dan memelihara kelestarian Sumber Daya Alam (SDA) pesisir. Pengembangan kawasan wisata pesisir harus dilaksanakan dengan tetap menjaga keindahan dan kelestarian SDA pesisir.
2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dibangun kerjasama dengan Kelompok Pengelola Kawasan Wisata untuk mengatasi permasalahan-permasalahan keindahan dan kelestarian lingkungan pesisir
Bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang :
1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut penarikan retribusi yang belum mengikuti sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Perda No. 24 Tahun
Hasil Diskusi dengan Kabid. Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang
Masalah bagi Dinas Pariwisata : Kebutuhan/Kegiatan/Program :
1. Penarikan retribusi belum mengikuti sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam Perda No. 24 Tahun 2004 1. Diselenggarakan musyawarah/dialog untuk memperjelas dan mempertegas pelaksanaan Perda
2.
Ketidakjelasan status dan struktur menghambat upaya- upaya bagi instansi terkait untuk melakukan pendampingan dan kerjasama
2. Memperjelas status dan struktur keorganisasian (dalam bentuk CV, Perdes)
2004 dan ketidakjelasan status serta struktur kelompok pengelola kawasan wisata menghambat upaya-upaya bagi instansi terkait untuk melakukan pendampingan dan kerjasama.
2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu diselenggarakan musyawarah atau dialog guna memperjelas dan mempertegas pelaksanaan Perda No. 24 Tahun 2004 serta memperjelas status dan struktur keorganisasian.
Diskusi Kelompok V (Rumusan Akhir)
Peserta : Camat Kecamatan Pedes. Kasie. PMD Kantor Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata, Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya, Ka. UPTD PKP Kecamatan Pedes
: Ketua dan Sekretaris Kelompok Pengelola Kawasan Wisata, BPD, LPM : Satu orang Pengusaha, 2 orang perwakilan dari tokoh agama, tokoh
masyarakat dan tokoh pemuda
Sumber : Diskusi Kelompok Tahun 2006
Data tentang kesimpulan proses perencanaan program secara partsipatif dapat dilihat sebagaimana Tabel 24.
Hasil Diskusi :
1. Pada diskusi kelompok yang melibatkan semua unsur terkait masing-masing kelompok
menyampaikan aspirasinya sesuai dengan hasil diskusi pada masing-masing kelompok sebelumnya.
2. Masing-masing kelompok memberikan tanggapan dan solusi untuk memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi
3. Identifikasi permasalahan dan kebutuhanserta program untuk memecahkan permasalah
Tabel 24 Data tentang Proses Perencanaan Program secara Partisipatif (FGD)
No Peserta Permasalahan yang Dialami/ Dirasakan Isu Kritis Kebutuhan/ Kegiatan/ Program
Kesimpulan
Permasalahan Isu Kritis Kebutuhan
01 02 03 04 05 06 07 08 1. Kelompok Pengelola Kawasan Wisata (Management) ”Samudera Baru” Keterbatasan anggaran
dalam upaya pengem- bangan kawasan
Keterbatasan penge-
tahuan dalam upaya pengembangan ka- wasan wisata secara berkelanjutan
Rendahnya kesadaran
anggota kelompok dan para pedagang di lokasi wisata dalam menjaga keindahan kawasan
Modal atau anggaran
bagi pengembangan kawasan
Bangunan seringkali
harus mundur karena abrasi air laut
Sungkan untuk me-
lakukan teguran, memberikan saran apalagi marah Upaya melakukan kegiatan kebersihan, pemeliharaan keinda- han dan kelestarian lingkungan selalu harus dimulai dari pimpinan atau ketua kelompok
Kejelasan status
pemanfaatn tanah di kawasan wisata
Lokasi kawasan wisa-
ta yang semakin menyempit
Bekerjasama dengan
pemilik modal
Pelatihan Manajemen dan
Organisasi
Bekerjasama dengan Dinas
PKP dan Dinas Pariwisata
Keterbatasan penge-
tahuan dalam upaya pengembangan kawa- san wisata secara berkelanjutan
Semakin sempitnya ta-
nah daratan karena abrasi air laut
Lemahnya kesadaran
anggota kelompok dan para pedagang di lokasi wisata untuk menjaga kebersihan dan keinda- han kawasan
Kejelasan terhadap
status tanah kawasan wisata Pelatihan Kepemimpinan Pelatihan Manajemen dan Organisasi Bekerjasama dengan Dinas PKP dan Dinas Pariwisata 2. Para Pedagang di Kawasan Wisata Keterbatasan penge-
tahuan dalam upaya pengembangan kawa- san wisata secara berkelanjutan Keterbatasan dalam mengembangkan kerjasama untuk menanggulangi abrasi Bangunan seringkali
harus mundur karena abrasi air laut
Kawasan wisata
semakin menyempit
Sarana MCK dan
pengelolaan sampah tidak memadai
Bekerjasama dengan Dinas
PKP dalam upaya penang- gulangan abrasi air laut