• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Terhadap Gerakan Amar Makruf Nahi Mungkar di Indonesia

Dalam dokumen AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN (Halaman 168-178)

KARAKTERISTIK PENGEMBAN AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR

C. Analisis Terhadap Gerakan Amar Makruf Nahi Mungkar di Indonesia

Pada masa sekarang ini, pengemban amar makruf nahi mungkar tidak hanya berupa sekelompok orang yang berjuang sendiri-sendiri dan tidak terorganisir dengan baik seperti yang dilakukan oleh kelompok ulama pada umumnya, melainkan juga berupa kelompok-kelompok orang yang telah melebur dalam berbagai macam lembaga atau organisasi masyarakat, baik organisasi yang menggunakan label Islam ataupun tidak. Dalam hal ini, karakteristik-karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar -seperti yang telah dijelaskan di atas- harus diterjemahkan ke dalam bahasa visi dan misi lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi tersebut, untuk kemudian disosialisasikan kepada seluruh orang yang tergabung di dalamnya sehingga dapat menjadi acuan bagi mereka dalam

menegakkan amar makruf nahi mungkar. Dalam pelaksanaan amar makruf nahi mungkar ini, setiap anggota diwajibkan untuk memperhatikan visi dan misi lembaga atau organisasi mereka yang telah mengandung karakteristik-karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar tersebut.

Dengan cara seperti itu, diharapkan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi yang memiliki perhatian khusus terhadap amar makruf nahi mungkar benar-benar dapat mengemban tugasnya dengan baik sesuai dengan tuntutan syariat Islam serta tidak akan melakukan tindakan-tindakan gegabah yang justru akan merusak citra mereka sebagai pengemban amar makruf nahi mungkar dan juga citra agama Islam sendiri di mata umat lain atau bahkan di mata masyarakat internasional. Bila hal ini terwujud, maka –insya Allah- akan tercipta sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi ajaran-ajaran Islam, yang pada akhirnya akan menjadi masyarakat Islam yang hidup sejahtera dan penuh kedamaian, persis seperti negeri Saba` yang telah mendapat pujian dari Allah Swt. karena negeri itu mendapatkan limpahan karunia-Nya serta ampunan dari-Nya tetapi hal itu terjadi sebelum mereka berpaling dari ajaran-ajaran Allah Swt..72

Dalam tataran masyarakat Indonesia, ada sejumlah lembaga atau organisasi yang memiliki perhatian khusus terhadap upaya penegakkan amar makruf nahi mungkar di Indonesia, seperti FPI (Front Pembela Islam, Jama'ah Tabligh, Hizbut Tahrir, Majlis Mujahidin Indonesia dan lain sebagainya. Meskipun secara umum organisasi-organisasi tersebut memiliki kesamaan salah satu misinya, yaitu menegakkan amar makruf nahi mungkar, akan tetapi dalam bagian analisis ini, penulis hanya akan menganalisa -tentunya karena keterbatasan waktu dan ruang- organisasi

FPI saja, karena FPI merupakan sebuah organisasi yang mengemban tugas amar makruf nahi mungkar, yang sangat terkenal di Indonesia karena aksi- aksinya yang dianggap kontroversial sejak tahun 1998. Terutama yang dilakukan oleh laskar paramiliternya yakni Laskar Pembela Islam. Rangkaian aksi penutupan klub malam, tempat-tempat pelacuran dan tempat-tempat yang diklaim sebagai tempat-tempat maksiat, ancaman terhadap warga negara tertentu, sweeping terhadap warga negara tertentu, konflik dengan organisasi berbasis agama lain, merupakan wajah FPI yang paling sering diperlihatkan di media massa.73

FPI dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1998 atau 24 Rabiuts Tsani 1419 H di halaman Pondok Pesantren al-Um, Kampung Utan, Ciputat, di selatan Jakarta oleh sejumlah habaib, ulama, mubaligh dan aktivis Muslim serta disaksikan ratusan santri yang berasal dari daerah Jabotabek. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjadi wadah kerja sama antara ulama dan umat dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar di setiap aspek kehidupan. Adapun latar belakang pendirian FPI sebagaimana diklaim oleh organisasi tersebut antara lain:

1. Adanya penderitaan panjang umat Islam di Indonesia karena lemahnya kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.

2. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di seluruh sektor kehidupan.

3. Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan

73Lihat Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia,

martabat Islam serta umat Islam.74

Dalam menjalankan misinya menegakkan amar makruf nahi mungkar, FPI telah melakukan sejumlah aksi yang dimaksudkan untuk memberantas kemungkaran dan menegakkan syariat Islam di bumi Indonesia. Di awal-awal tahun 2006, FPI begitu bersemangat dalam menentang penerbitan majalah Playboy Indonesia. Aksi nekat Ponti Corolus, Erwin Arnada dan kawan-kawan dengan menerbitkan majalah

Playboy Indonesia dianggap Front Pembela Islam (FPI) dan ormas-ormas lainnya menantang kaum Muslimin. Maklum, di tengah debat sengit soal RUU APP, majalah Playboy Indonesia bernyali besar untuk hadir di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Terbitnya majalah cabul ini juga menampar wajah umat Islam Indonesia di kancah internasional, khususnya dunia Islam. Majalah gaya hidup pria yang berasal dari Amerika Serikat ini, tak lebih dari sekedar menjajakan pornografi, dengan tampilan tubuh-tubuh telanjang. Lebih jauh, masuknya

Playboy merupakan penjajahan budaya yang tidak bisa dibiarkan. FPI menilai apa yang telah dilakukan Playboy sudah brutal. Karena itu, FPI menyatakan perang terhadap ikon majalah cabul tersebut.75

Sejak berdiri, FPI tidak jarang melakukan aksi-aksi yang mengandung unsur kekerasan, pengrusakan ataupun intimidasi (ancaman). Sebagai contoh, pada tanggal 27 Agustus 2001, ratusan massa yang tergabung dalam Front Pembela Islam (FPI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR RI. Mereka menuntut MPR/DPR RI untuk

74 Lihat Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia,

http://id.wikipedia.org, Front Pembela Islam, h. 1.

mengembalikan Pancasila sesuai dengan Piagam Jakarta. Lalu pada tanggal 09 Oktober, FPI membuat keributan dalam aksi demonstrasi di depan Kedutaan Amerika Serikat dengan merobohkan barikade kawat berduri dan aparat keamanan menembakkan gas air mata serta meriam air. Pada tanggal 15 Maret 2002, sekitar 300 masa FPI merusak sebuah tempat hiburan, Mekar Jaya Billiard, di Jl. Prof Dr. Satrio No.241, Karet, Jakarta. Kemudian pada tanggal 03 Oktober 2004, FPI menyerbu pekarangan Sekolah Sang Timur sambil mengacung-acungkan senjata dan memerintahkan para suster agar menutup gereja dan sekolah Sang Timur. Front Pembela Islam (FPI) menuduh orang-orang Katolik menyebarkan agama Katolik karena mereka mempergunakan ruang olahraga sekolah sebagai gereja sementara dan hal itu telah berjalan selama sepuluh tahun. Selain itu, masih banyak lagi tindakan-tindakan anarkis lainnya yang telah dilakukan FPI.76

Dalam hal ini, FPI memposisikan dirinya sebagai pengemban amar makruf nahi mungkar. Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang masalah, pengemban amar makruf nahi mungkar adalah sekelompok orang yang memiliki perhatian khusus terhadap tugas amar makruf nahi mungkar. Keberadaan kelompok orang seperti ini merupakan satu keharusan dalam masyarakat Islam, karena meskipun pada hakekatnya amar makruf nahi mungkar wajib hukumnya bagi setiap Muslim, sesuai dengan kemampuan masing-masing, akan tetapi seperti yang dikatakan oleh Ibn Katsîr ketika menafsirkan firman Allah pada Q.S. Âli 'Imrân (3): 104, harus ada sekelompok orang dari umat ini yang mau menekuni

bidang amar makruf nahi mungkar.77

Sebagai pengemban amar makruf nahi mungkar, FPI telah memperlihatkan salah satu karakteristik khusus pengemban amar makruf nahi mungkar yaitu memiliki semangat juang, sebuah karakteristik yang disimpulkan dari lafazh al-sâ`ihûn yang terdapat pada Q.S. al-Taubah (9): 112. Menurut hemat penulis, anggota-anggota FPI memiliki semangat juang yang tinggi, dan hal ini tercermin pada banyaknya aksi-aksi amar makruf nahi mungkar yang mereka lakukan sejak awal pendiriannya hingga sekarang78. Mereka cepat memberikan respon bila ada sesuatu yang dianggap mereka sebagai kemungkaran. Mereka tidak mau menunggu sampai kemungkaran itu merajalela ke seluruh lapisan masyarakat. Semangat juang anggota-anggota FPI juga ditunjukkan dengan melakukan berbagai aksi kemanusiaan antara lain pengiriman relawan ke daerah bencana tsunami di Aceh.79

Tetapi semangat juang yang tinggi ini tidak cukup bila tidak dibarengi dengan karakteristik khusus lainnya yaitu menjaga nilai-nilai akhlak. Menurut penulis, FPI kurang memperhatikan karakteristik menjaga nilai-nilai akhlak ini karena dalam mengemban tugas amar makruf nahi mungkar, FPI sering melakukan tindakan kekerasan atau anarkis. Menurut Habib Rizieq, Ketua FPI, tindakan-tindakan anarkis seperti itu disebabkan karena adanya "komunikasi yang tersumbat" dan

77 Ibn Kastîr, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, (Beirut: al-Maktabah al-'Ashriyyah,

2002), jilid 1, h. 342.

78 Untuk mengetahui lebih rinci tentang aksi-aksi FPI, lihat Situs Kaum Kiri

Indonesia, http://www.rumahkiri.org.

79 Lihat Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia,

"letupan psikologis" dari ketidakberdayaan hukum di Indonesia dalam memberantas kemaksiatan.80

Apapun alasannya, tindakan anarkis dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar tidak dapat dibenarkan, karena ia bertentangan dengan karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar lainnya yaitu menjaga nilai-nilai akhlak. Pengemban amar makruf nahi mungkar harus tetap menjaga nilai-nilai akhlak ketika sedang menjalankan tugas mulia tersebut. Mereka tidak boleh bersikap gegabah, emosional dan tidak mudah terprovokasi, terutama ketika aspirasi mereka tidak didengarkan atau ketika amar makruf nahi mungkar yang mereka lakukan tidak digubris. Dalam kondisi apapun, mereka harus tetap bersabar sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Luqmân (31): 17 dan harus bersikap

legowo sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. al-A'râf (7): 199, seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan tentang karakteristik khusus.

Dalam konteks masyarakat Indonesia, agar sebuah organisasi – apapun namanya- dapat tetap menjaga nilai-nilai akhlak sehingga tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis meskipun aspirasi mereka tidak didengarkan atau meskipun amar makruf nahi mungkar yang mereka lakukan tidak digubris, ada beberapa langkah alternatif yang dapat dilakukan, seperti dengan memberdayakan wakil rakyat (legislatif), bekerja sama dengan penegak hukum, menempuh jalur hukum, atau dengan langkah-langkah positif lainnya. Menurut hemat penulis, langkah- langkah tersebut jauh lebih baik daripada harus melakukan tindakan- tindakan anarkis. Sebab, di samping langkah-langkah tersebut akan menambah harum citra agama Islam di mata masyarakat Indonesia

khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya, serta citra para anggota organisasi tersebut sebagai pengemban amar makruf nahi mungkar, negara Indonesia adalah negara hukum sehingga tidak ada seorang pun atau satu organisasi pun yang dibolehkan untuk main hakim sendiri dengan menggunakan kekerasan fisik, apapun alasannya.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Amar makruf nahi mungkar merupakan sebuah tugas mulia dan satu

amaliah yang telah disepakati kewajibannya oleh para ulama, meskipun ada perbedaan pendapat di kalangan mereka apakah ia termasuk fardhu 'ain

ataukah fardhu kifâyah. Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum amar makruf nahi mungkar adalah fardhu 'ain karena huruf min pada Q.S. Âli 'Imrân (3): 104 adalah min bayâniyyah (sebagai penjelas saja), sementara sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa hukumnya adalah fardhu kifâyah karena huruf min pada ayat tersebut adalah min li al-tab'îdh

(menunjukkan arti sebagian).

Karena begitu mulia dan pentingnya amar makruf nahi mungkar dalam kehidupan bermasyarakat, maka al-Qur`an pun memberikan perhatian khusus terhadapnya. Ada sekitar 18 ayat dalam al-Qur`an yang secara tegas menyebutkan lafazh amar makruf nahi mungkar dalam berbagai derivasi dan ragam frasenya. Dari penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut diketahui bahwa amar makruf nahi mungkar menurut al-Qur`an adalah menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang dipandang baik oleh akal dan syariat serta mencegahnya dari sesuatu yang dipandang buruk oleh keduanya. Selain itu, dari pemahaman terhadap ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa amar makruf dan nahi mungkar merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena dalam amar makruf terkandung pengertian nahi mungkar, demikian pula sebaliknya.

Selanjutnya, penulis menemukan bahwa harus ada kelompok yang memfokuskan perhatiannya pada tugas amar makruf nahi mungkar. Mereka disebut dengan istilah pengemban amar makruf nahi mungkar. Penulis juga menemukan bahwa ada karakteristik-karakteristik tertentu yang perlu dimiliki oleh pengemban amar makruf nahi mungkar, yaitu: Karakteristik umum yang terdiri dari: beriman kepada Allah dan hal-hal lain yang wajib diimani serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya; Kemudian karakteristik khusus yang meliputi: menjaga nilai-nilai akhlak, bertaubat, selalu memuji Allah, memiliki semangat jihad atau semangat juang dan bersegera melakukan kebajikan. Karakteristik-karakteristik ini perlu diketahui sehingga dapat menjadi pedoman bagi orang-orang yang ingin berkecimpung secara khusus dalam bidang amar makruf nahi mungkar. Bila para pengemban amar makruf nahi mungkar benar-benar memiliki karakteristik-karakteristik seperti itu, maka amar makruf nahi mungkar yang merupakan control system dalam masyarakat dapat berjalan secara optimal dan sesuai harapan. Di sisi lain, para pengemban amar makruf nahi mungkar tersebut benar-benar akan menjadi unsur utama pembentuk khair ummah

seperti yang disebutkan dalam Q.S. Âli ‘Imrân (3): 110.

B. Saran-Saran

Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan di akhir tesis ini:

1. Tema tentang amar makruf nahi mungkar merupakan tema penting. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian lapangan yang lebih komprehensif dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengamalan amar makruf nahi mungkar dalam masyarakat, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekitar ataupun negara. Penelitian

lanjutan juga diharapkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengamalan pengemban amar makruf nahi mungkar terhadap karakteristik-karakteristik yang semestinya dimiliki mereka.

2. Mengingat penelitian-penelitian tentang amar makruf nahi mungkar masih tergolong minim, maka penulis juga menyarankan agar penelitian- penelitian tentang amar makruf nahi mungkar lebih digalakkan lagi, baik dari tinjauan tafsir, hadis maupun dakwah, terutama tentang peran amar makruf nahi mungkar dalam membentuk keluarga, masyarakat dan negara ideal.

Dalam dokumen AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN (Halaman 168-178)