• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memiliki Semangat Jihad (Juang)

Dalam dokumen AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN (Halaman 160-164)

KARAKTERISTIK PENGEMBAN AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR

B. Karakteristik Khusus 1 Menjaga Nilai-nilai Akhlak

4. Memiliki Semangat Jihad (Juang)

Karakteristik khusus keempat dari pengemban amar makruf nahi mungkar adalah memiliki semangat jihad atau semangat juang. Karakteristik ini disimpulkan dari lafazh al-sâ`ihûn (yang melawat) yang terdapat pada Q.S. al-Taubah (9): 112. Mengenai makna al-sâ`ihûn, ada beberapa pendapat: (1) Orang-orang yang berpuasa; Sufyân al-Tsauri meriwayatkan dari 'Âshim, dari Dzarr, dari Abdullâh ibn Mas'ûd bahwa dia berkata: "Makna al-sâ`ihun adalah al-shâ`imun (orang-orang yang berpuasa)." (2) Orang-orang yang berjihad di jalan Allah; Abû Dâwud meriwayatkan hadis Abû Umâmah yang menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi: "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk melawat!" Nabi Saw. pun menjawab: "Melawatnya umatku adalah dengan berjihad di jalan Allah." (3) Para pencari ilmu, seperti yang diriwayatkan dari 'Ikrimah. (4) Orang-orang yang berhijrah, seperti yang diriwayatkan dari Abdurrahmân ibn Zaid ibn Aslam.59 Meskipun demikian, keempat arti

tersebut mengarah pada satu pengertian, yaitu memiliki semangat jihad atau semangat juang. Sebab pada hakekatnya, orang yang berpuasa sedang berjuang melawan hawa nafsu, orang-orang yang berjuang di jalan Allah

sedang berjuang melawan musuh-musuh Allah, para pencari ilmu sedang berjuang melawan kebodohan, sedangkan orang-orang yang berhijrah sedang berjuang melawan kemusyrikan dan kekufuran. Hakekat perbuatan mereka adalah sama yaitu berjuang atau berjihad melawan sesuatu yang harus mereka kalahkan, hanya saja yang menjadi obyek atau sasarannya berbeda-beda.

Secara umum, jihad merupakan sebuah usaha atau perjuangan untuk keadilan dan kebenaran. Sarjana-sarjana Muslim klasik telah membagi usaha dan perjuangan ini menjadi tiga katagori. Ibn Taimiyyah, misalnya, menganggap bahwa jihad terkadang bisa dilakukan dengan menggunakan hati, terkadang dengan menggunakan lidah, dan terkadang dengan harus dengan menggunakan tangan (kekuasaan). Jihad hati adalah perjuangan seseorang melawan kelemahan dan kejahatan batinnya sendiri. Jihad ini sering disebut dengan jihâd akbar (jihad terbesar), seperti yang telah diistilahkan oleh Nabi Saw..60

Dalam Islam, jihad dengan menggunakan kekuatan senjata dianggap sebagai salah satu hal penting dan merupakan perbuatan terbaik setelah iman kepada Allah Swt.. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw. ditanya oleh para sahabat tentang perbuatan yang paling utama atau paling baik, maka beliau pun memberikan beberapa jawaban secara berurutan yaitu: iman kepada Allah, jihad di jalan Allah dan haji yang mabrur.61

60

Ziauddin Saloral, Jihad Intelektual, (Surabaya: Risalah Gusti, 1998), cet. ke- 1, h . 21.

61 Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhâri pada kitab al-Îmân, hadis no. 25;

Muslim pada kitab al-Îmân, hadis no. 118; al-Tirmidzi pada kitab Fadhâ`il al-Jihâd 'an Rasûlillâh, hadis no. 1582; al-Nasâ`i pada kitab Manâsik al-Hajj, hadis no. 2577; dan al-

Menurut Muhammad Rajab Syatawî dalam bukunya yang berjudul

al-Da’wah al-Islâmiyah, paling tidak ada dua alasan utama mengapa jihad dengan menggunakan kekuatan senjata diperintahkan dalam Islam. Pertama, untuk membentengi diri dari musuh. Kedua, menjaga tegaknya dakwah dan menjaga keutuhan negara demi mewujudkan masyarakat Islam dan membangun negara Islam yang baik. Jihad -dengan menggunakan kekuatan senjata- ini pernah diperkenalkan oleh Rasulullah Saw. pada awal masa Islam, dan hal itu bukanlah karena beliau suka membunuh ataupun berperang, tetapi jihad itu ditempuh guna melindungi diri dan akidah setelah semua upaya membina kesepahaman dengan musuh gagal diwujudkan.62 Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. itu lebih bersifat defensive (pertahanan) daripada offensive

(penyerangan).

Mengenai hal ini, Fazhur Rahmân pernah menegaskan bahwa al- Qur`an menghendaki agar kaum Muslimin menegakkan tata politik di atas dunia untuk menciptakan tata sosial-moral yang egalitarian dan adil. Tata sosial-moral ini tentu akan menghilangkan "penyelewengan di atas dunia" (fasâd fi al-ardh). Untuk tujuan itulah, al-Qur`an menyerukan jihad.63

Nasâ`i pada kitab al-Jihâd, hadis no. 3079. Redaksi hadis tersebut adalah sebagai berikut: "Ahmad ibn Yûnus dan Mûsâ ibn Ismâ'il menceritakan kepada kami, Ibrâhim ibn Sa'ad menceritakan kepada kami, Ibn Syihâb menceritakan kepada kami dari Sa'id ibn al- Musayyab, dari Abû Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. ditanya: "Perbuatan apa yang paling utama?" Beliau pun menjawab: "Iman kepada Allah dan Rasul-Nya." Sang penanya bertanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah." Sang penanya bertanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Haji yang mabrur."

62Muhammad Rajab Syatawî, al-Da’wah al-Islâmiyah, (Kairo: Dâr al-Thibâ'ah

al-Muhammadiyyah, 1990), cet. ke-1, h. 177.

63 Fazhur Rahmân, Major Themes of The Qur`an, (alih bahasa: Anas

Pada masa sekarang ini, semangat jihad harus diarahkan dengan benar. Sebab secara umum, jihad melawan musuh dengan menggunakan kekuatan senjata hampir dapat dikatakan sudah tidak ada, kecuali hanya di beberapa daerah tertentu saja. Menurut Thal'at Muhammad Afîfi dalam bukunya yang berjudul Shafhât Musyriqât Min Hayât al-Shahâbiyât, ada jihad yang lebih penting dan lebih relevan untuk diterapkan pada zaman modern sekarang ini, yaitu jihad dalam bentuk ghazwul fikri (perang pemikiran), ghazwul i'lâmi (perang informasi) serta perang melawan fitnah-fitnah lain yang bahayanya lebih besar daripada perang senjata ataupun pembunuhan.64

Pengemban amar makruf nahi mungkar harus memiliki semangat jihad yang tinggi, karena tugas mereka merupakan tugas yang menuntut adanya kesungguhan dan keteguhan hati. Apalagi pada masa sekarang ini, masa yang penuh dengan tantangan dan hambatan. Dengan memiliki semangat jihad tinggi, mereka pun akan tetap tegar dan tidak mudah patah semangat dalam menghadapi berbagai macam tantangan dan hambatan. Ini disebabkan karena semangat jihad ini berkaitan erat dengan sifat sabar, sifat yang sangat dibutuhkan oleh pengemban amar makruf nahi mungkar. Bila seorang pengemban amar makruf nahi mungkar memiliki semangat jihad tinggi, maka hampir dapat dipastikan dia akan memiliki tingkat kesabaran yang tinggi pula. Dia tidak akan mudah putus asa dan mengeluh meskipun apa yang sedang dihadapinya terasa sangat berat baginya. Sebaliknya, bila seorang pengemban amar makruf nahi mungkar memiliki semangat jihad rendah, maka hampir dapat dipastikan pula bahwa dia akan memiliki tingkat kesabaran yang rendah pula sehingga dia akan mudah

64Thal'at Muhammad Afîfi, Shafhât Musyriqât Min Hayât al-Shahâbiyât, (Mesir:

putus asa ketika menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan hatinya ketika sedang melaksanakan tugas amar makruf nahi mungkar.

Dengan semangat jihad yang tinggi, disertai dengan kesabaran yang tinggi pula, pengemban amar makruf nahi mungkar akan terus berusaha untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar, walau apapun yang terjadi, sehingga mereka benar-benar dapat menegakkan hukum- hukum Allah dan mewujudkan i'lâ`u Kalimâtillâh di muka bumi.

Dalam dokumen AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN (Halaman 160-164)