• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ragam Frase Ayat-ayat Amar Makruf Nahi Mungkar

Dalam dokumen AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN (Halaman 88-95)

WAWASAN AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN

C. Ayat-ayat Amar Makruf Nahi Mungkar dalam al-Qur`an 1 Derivasi Ayat-ayat Amar Makruf Nahi Mungkar

2. Ragam Frase Ayat-ayat Amar Makruf Nahi Mungkar

Dari pemaparan ayat-ayat amar makruf nahi mungkar, sebagaimana tersebut di atas, dapat diketahui bahwa ayat-ayat tersebut menggunakan frase yang berbeda-beda. Sebagian di antaranya menyebutkan kedua frase, yaitu amar makruf dan nahi mungkar secara bersamaan; Sebagian yang lain hanya menyebutkan frase amar makruf atau frase nahi mungkar saja; Sementara sebagiannya lagi menggunakan frase lain selain kedua frase tersebut. Penjelasan mengenai hal itu adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan Frase Amar Makruf dan Nahi Mungkar Secara Bersamaan:

Penggunaan redaksi seperti ini terdapat pada delapan tempat, yaitu: Q.S. Âli 'Imrân (3): 104, 110 dan 114; Q.S. al-A'râf (7): 157; Q.S. al- Taubah (9): 71 dan 112; Q.S. al-Hajj (22): 41; dan Q.S. Luqmân (31): 17.

Bila diperhatikan, keseluruhan ayat tersebut berkaitan dengan sosok yang sempurna, baik sosok umat (sekelompok orang) maupun pribadi tertentu. Q.S. Âli 'Imrân (3): 104 menjelaskan tentang sosok umat yang beruntung, yaitu umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Meskipun ada perbedaan pendapat di kalangan para mufassir mengenai pengertian "umat" pada ayat ini, apakah maksudnya adalah umat Islam secara keseluruhan ataukah hanya sekelompok orang saja, akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak hanya berilmu saja tetapi juga mengamalkan ilmu mereka dengan cara mengajak kepada kebaikan dan

menegakkan amar makruf nahi mungkar.99

Pengertian serupa juga terdapat pada Q.S. Âli 'Imrân (3): 110. Hanya saja pada ayat ke-110, sudah jelas bahwa yang dimaksud dengan umat adalah umat Islam secara keseluruhan. Pada ayat tersebut ditegaskan bahwa umat Islam merupakan umat terbaik yang dikeluarkan kepada manusia guna menegakkan amar makruf nahi mungkar.

Sementara Q.S. Âli 'Imrân (3): 114 menjelaskan tentang sosok ahli kitab yang beriman. Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan perintah Allah, membaca al-Qur`an di tengah malam, memperbanyak tahajjud, beriman kepada Allah dan hari akhir, serta menegakkan amar makruf nahi mungkar. Mereka tidaklah sama dengan ahli kitab lainnya.100

Q.S. al-A'râf (7): 157 menggambarkan tentang sosok tauladan bagi umat manusia, yaitu baginda Rasulullah Saw.. Pada ayat ini, Allah menjelaskan tentang sifat-sifat Rasulullah, yaitu: seorang nabi yang ummi

(buta huruf), nama dan sifatnya termaktub dalam kitab Taurat dan Injil, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, menghalalkan yang baik, mengharamkan yang buruk, serta membuang beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada diri Bani Isra`il. Beliaulah sosok yang sempurna yang patut diikuti.

Q.S. al-Taubah (9): 71 dan 112 serta Q.S. al-Hajj (22): 41 menggambarkan tentang sosok orang-orang yang beriman. Q.S. al-Taubah

(9): 71 menjelaskan bahwa orang-orang mukmin saling bersaudara dimana mereka saling bahu-membahu dalam menegakkan amar makruf nahi

99

Lihat 'Abd al-Karîm al-Khathîb, al-Tafsîr al-Qur`âni li al-Qur`ân, kitab ke-2, h. 542.

mungkar, mendirikan shalat, membayar zakat, serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sosok orang-orang yang beriman juga dijelaskan pada Q.S. al- Taubah (9): 112, tetapi pada ayat tersebut disebutkan sebagian sifat mereka yaitu: mereka adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar, dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Sifat-sifat yang hampir serupa juga disebutkan pada Q.S. al-Hajj (22): 41, tetapi sifat-sifat tersebut dikaitkan dengan kedudukan mereka di muka bumi ini. Di sana ditegaskan bahwa jika Allah meneguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.

Adapun Q.S. Luqmân (31): 17 memuat sejumlah perintah yang harus dilakukan oleh seseorang agar dia dapat menjadi seorang mukmin yang sempurna. Perintah-perintah pada ayat ini merupakan bagian dari rangkaian pesan yang disampaikan oleh Luqman kepada puteranya, dengan harapan sang putera dapat menjadi seorang mukmin yang ideal, yang menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Pada ayat ini, Luqman memerintahkan puteranya untuk mendirikan shalat yang merupakan tiang agama, menegakkan amar makruf nahi mungkar, serta bersabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah.

b. Menggunakan Frase Amar Makruf Saja:

Penggunaan redaksi seperti ini terdapat pada dua tempat, yaitu pada Q.S. al-Nisâ` (4): 114 dan Q.S. al-A'râf (7): 199. Meskipun kedua ayat itu disebutkan dalam konteks yang berbeda, karena ayat pertama berbicara

tentang kebaikan secara umum sementara ayat kedua berbicara tentang penyampaian risalah Islam, akan tetapi keduanya sama-sama memaparkan strategi tertentu yang harus digunakan oleh seorang Muslim dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Ayat ke-114 dari Q.S. al-Nisâ`

memberikan pesan kepada kaum Muslimin agar dalam menjalani kehidupan bermasyarakatnya, mereka harus saling terbuka dan sedapat mungkin tidak saling merahasiakan sesuatu. Ini merupakan strategi yang sangat jitu dalam rangka menjaga keutuhan dan kesatuan masyarakat. Sebab, kerahasiaan mengandung makna ketidakpercayaan, sementara keterbukaan dan keterusterangan menunjukkan keberanian pembicara, yaitu keberanian atas dasar kebenaran dan ketulusan.101 Walau demikian, ketentuan ini tidak bersifat mutlak, karena terkadang kerahasiaan dan upaya melakukan sejumlah hal secara sembunyi-sembunyi justru akan mendatangkan hasil yang lebih baik. Hal itu seperti ketika seseorang menyuruh orang lain untuk bersedekah, berbuat yang makruf dan mengadakan perdamaian di antara manusia.

Adapun Q.S. al-A'râf (7): 199 memperkenalkan strategi atau metode yang harus diperhatikan oleh seorang dâ'i dalam menyampaikan risalah Islam kepada seluruh umat manusia. Strategi yang disebutkan pada ayat ini mencakup tiga hal, yaitu: memberikan kemudahan dan berusaha menghindari hal-hal yang menyulitkan manusia, tidak membawa manusia keada suatu perbuatan (hal) yang berada di luar kebiasaan atau tabi'at manusia, serta berpaling dari orang-orang yang bodoh dengan cara tidak mengikuti perbuatan mereka.102

101

M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh, vol. II, h. 561.

c. Menggunakan Frase Nahi Mungkar Saja:

Redaksi ini hanya terdapat pada satu ayat saja, yaitu pada Q.S. al- Mâ`idah (5): 79. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, ayat ini menjelaskan tentang faktor yang menyebabkan Bani Isra`il dikutuk oleh Allah Swt., yaitu karena mereka satu sama lain tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Ketika ada salah seorang di antara mereka melakukan kemungkaran, maka mereka akan mendiamkan saja. Bahkan, terkadang mereka justru membelanya. Dengan demikian, maka ayat ini merupakan peringatan bagi kaum Muslimin agar mereka tidak melakukan apa yang telah dilakukan oleh Bani Isra`il itu. Peringatan ini sangatlah logis, karena tersebarnya kemungkaran merupakan faktor yang dapat menghancurkan masyarakat. Munculnya kerusakan di muka bumi adalah disebabkan karena ulah manusia yang tidak mengikuti aturan-aturan Tuhan, seperti yang ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur`an.103

Untuk menghindari hal itu, maka nahi mungkar pun harus ditegakkan, karena ia dapat mencegah masyarakat dari perbuatan keji yang dapat menyebabkan kerusakan tersebut.104

d. Menggunakan Frase Lain Selain Amar Makruf:

Redaksi seperti ini terdapat pada empat tempat, yaitu pada Q.S. al- Baqarah (2): 44, Q.S. al-Nahl (16): 76, Q.S. Maryam (19): 55 dan Q.S.

Thâhâ (20): 132. Pada Q.S. al-Baqarah (2): 44 digunakan frase al-amr bi al- birr (menyuruh orang lain mengerjakan kebajikan). Kata al-birr

103

Lihat Q.S. al-Rûm (30): 41.

mengandung pengertian yang umum dan tidak hanya terbatas pada satu jenis kebajikan saja. Q.S. al-Nahl (16): 76 menyebutkan satu perbuatan yang termasuk ke dalam kerangka amar makruf, yaitu al-amr bi al-'adl

(menyuruh berbuat keadilan). Sementara Q.S. Maryam (19): 55 menyebutkan jenis lain dari amar makruf yaitu menyuruh keluarga untuk mengerjakan shalat dan zakat. Adapun Q.S. Thâhâ (20): 132 mengandung perintah untuk menyuruh keluarga mengerjakan shalat dan bersabar dalam mengerjakannya. Pada kedua ayat terakhir ini, di samping amar makruf yang disebutkan di dalamnya mengandung cakupan yang lebih khusus, ia juga memiliki sasaran yang lebih khusus yaitu keluarga yang merupakan institusi terkecil dalam masyarakat.

e. Menggunakan Frase Lain Selain Nahi Mungkar:

Redaksi seperti ini terdapat pada dua tempat, yaitu pada Q.S. al- Mâ`idah (5): 63 dan Q.S. al-A'râf (7): 165. Kedua ayat ini sama-sama menjelaskan tentang kondisi Bani Isra`il yang telah mendapat adzab dari Allah Swt. karena mereka tidak mau menegakkan amar makruf nahi mungkar di antara mereka. Q.S. al-Mâ`idah (5): 63 merupakan sindiran bagi pendeta-pendeta Bani Isra`il karena mereka tidak mencegah orang-orang yang berlomba-lomba melakukan dosa. Perbuatan dosa yang disebutkan pada ayat ini adalah perkataan bohong dan memakan yang haram. Sementara Q.S. al-A'râf menjelaskan kondisi Bani Isra`il secara keseluruhan dalam kaitannya dengan amar makruf nahi mungkar di antara mereka, yaitu bahwa di antara mereka ada orang-orang yang mau mencegah kemungkaran; mereka itulah orang-orang yang diselamatkan Allah dari adzab-Nya. Di antara mereka ada pula orang-orang yang tidak mencegah kemungkaran;

mereka itulah orang-orang yang mendapat adzab dari Allah bersama-sama dengan orang-orang yang melakukan kemungkaran.

BAB III

Dalam dokumen AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN (Halaman 88-95)