• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selalu Memuji Allah

Dalam dokumen AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN (Halaman 156-160)

KARAKTERISTIK PENGEMBAN AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR

B. Karakteristik Khusus 1 Menjaga Nilai-nilai Akhlak

3. Selalu Memuji Allah

Karakteristik khusus ketiga dari pengemban amar makruf nahi mungkar adalah selalu memuji Allah. Karakteristik ini disimpulkan dari lafazh al-hâmidûn (yang memuji), yang juga terdapat pada Q.S. al-Taubah

(9): 112. Menurut Wahbah al-Zuhaili, maknanya adalah selalu memuji Allah dalam setiap kondisi,52 baik ketika sedang senang ataupun susah. Makna ini senada dengan pengertian hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. selalu memuji Allah Swt. dalam kondisi apapun, baik ketika melihat sesuatu yang beliau senangi ataupun sesuatu yang tidak disenangi. Dalam hadis tersebut, disebutkan bahwa ketika beliau melihat sesuatu yang disukai, beliau mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna", sedangkan ketika melihat sesuatu yang tidak disukai, beliau mengucapkan: "Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan."53 Hadis ini mengajarkan kepada setiap

Muslim bahwa apapun yang dihadapi olehnya, baik yang disukainya ataupun tidak, merupakan perbuatan Allah yang harus tetap dipuji dan tidak boleh dicela, karena Dia adalah Dzat Yang Maha Sempurna dan Maha Mengetahui segala sesuatu sehingga Dia tidak mungkin berbuat zhalim kepada siapapun.

52Wahbah al-Zuhaili, al-Tafsîr al-Munîr, juz. 11, h. 52.

53 Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Ibn Mâjah. Dia meriwayatkannya melalui

jalur Hisyâm ibn Khâlid al-Azraq Abû Marwân, dari al-Walîd ibn Muslim, dari Zuhair ibn Muhammad, dari Manshûr ibn Abdurrahmân, dari ibunya, Shafiyyah binti Syaibah, dari Âisyah Ra.. Dia menyebutkan hadis ini dalam kitab al-Âdâb, hadis no. 3793.

Kata al-hâmidûn merupakan bentuk jamak dari al-hâmid, ism fâ`il dari kata al-hamd (pujian). Yang dimaksud dengan al-hamd (pujian) adalah mensifati Dzat yang dipuji (Allah Swt.) dengan sifat-sifat yang menunjukkan kesempurnaan, dengan disertai perasaan cinta dan ta'zhîm

(pengagungan) kepada-Nya. Kesempurnaan yang dimaksud adalah kesempurnaan pada Dzat-Nya (al-kamâl adz-dzâti) dan kesempurnaan pada perbuatan-Nya. Allah Swt. Maha Sempurna, baik pada Dzat maupun sifat-sifat-Nya. Tidak ada satu kekuranganpun pada Dzat dan sifat-sifat Allah itu. Demikian pula pada perbuatan-Nya, karena perbuatan Allah itu berkisar antara sikap adil dan sikap berbuat baik. Dia tidak mungkin akan berbuat zhalim kepada mereka. Ada kemungkinan Dia akan memperlakukan hamba-hamba-Nya dengan adil dan ada kemungkinan pula Dia akan berbuat baik kepada mereka. Terhadap orang yang berbuat keburukan, Dia akan memperlakukannya dengan adil. Dalam sebuah ayat, Allah Swt. menegaskan bahwa Dia akan membalas kejahatan dengan kejahatan pula, atau dengan kata lain, balasan untuk suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa.54

Demikian pula sebaliknya, terhadap orang yang berbuat kebaikan, Allah Swt. akan memperlakukannya dengan cara memberikan kebaikan kepadanya. Dalam salah satu ayat, Dia menjelaskan bahwa barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya.55 Dari sini, dapat disimpulkan bahwa Allah Swt. tidak berbuat zhalim sedikitpun dan kepada siapapun. Balasan yang Dia berikan kepada setiap orang, disesuaikan dengan amal yang telah dilakukannya. Menurut Qâsim ibn Shâlih al-Fahd dalam buku "10 Durûs Fî Tadabburi Ma'ânî

54 Q.S.

al-Syûrâ (42): 40.

Aqwâl al-Shalâh", tidak diragukan lagi bahwa Dzat yang perbuatan- perbuatan-Nya berkisar antara dua hal ini -sikap adil dan berbuat baik- merupakan Dzat yang perbuatan-perbuatan-Nya terpuji, sebagaimana sifat- sifat-Nya juga terpuji.56

Kesempurnaan Allah Swt. tercermin pada alam semesta ini dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, yaitu segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya. Segala sesuatu yang ada alam semesta ini, baik berupa sistem penataan alam yang begitu rapi, keindahannya yang luar biasa, aturan-aturan (hukum-hukum) yang adil, maupun maksud-maksud yang bijaksana yang terkandung di dalamnya, menunjukkan adanya hakekat kesempurnaan. Sa'îd al-Nursi menegaskan bahwa semua itu merupakan bukti nyata atas kesempurnaan Allah Swt., Dzat Yang Maha sempurna yang telah menciptakan alam semesta ini dari tiada menjadi ada dan telah mengatur segala sesuatu dengan sistem pengaturan yang indah dan menakjubkan.57

Pengemban amar makruf nahi mungkar telah mengetahui hakekat ini. Maka, mereka pun menyikapi segala sesuatu yang mereka hadapi, baik berupa hal-hal yang buruk ataupun hal-hal yang baik, dengan sikap-sikap yang mencerminkan pujian mereka kepada Allah Swt., Dzat Yang Maha Sempurna. Bila ada hal buruk yang menimpa mereka, terutama ketika sedang menegakkan amar makruf nahi mungkar, mereka menyikapinya dengan cara bersabar, tidak emosi dan tidak pula frustasi. Sebab, mereka meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa hal itu merupakan ujian dari

56 Qâsim ibn Shâlih al-Fahd, 10 Durûs Fî Tadabburi Ma'ânî Aqwâl al-Shalâh,

(Riyadh: Dâr Thayyibah li al-Nasyr wa al-Tauzî', 2005), cet. ke-3, h. 13-14.

57 Sa'îd al-Nursi, al-Âyâh al-Kubrâ, (Kairo: Syirkah Sozler li al-Nasyr, 2000),

Allah Swt., lalu mereka meyakini bahwa di balik apa yang menimpanya itu terkandung hikmah tertentu yang hanya diketahui secara pasti oleh-Nya saja. Selain itu, mereka juga meyakini bahwa Allah Swt. tidak akan menzhalimi hamba-hamba-Nya.

Sebaliknya, bila ada hal baik yang mereka dapatkan, mereka akan menyikapinya dengan cara bersyukur kepada Allah. Mereka meyakini bahwa hal yang baik itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Kondisi mereka itu persis seperti yang dijelaskan oleh Nabi Saw. ketika menggambarkan tentang sosok orang Mukmin, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Haddâb ibn Khâlid al-Azdi dan Syaibân ibn Farrûkh dari Sulaimân ibn al-Mughîrah, dari Abdurrahmân ibn Abî Lailâ, dari Shuhaib, yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw. mengagumi sosok orang Mukmin karena dia selalu menyikapi segala sesuatu yang dihadapinya dengan sikap yang baik; Jika ada hal yang menyenangkan hatinya maka dia akan bersyukur, sebaliknya jika ada hal yang tidak menyenangkan hatinya maka dia akan bersabar.58

Demikianlah kondisi para pengemban amar makruf nahi mungkar. Mereka tetap memuji Allah dalam kondisi apapun, baik ketika senang ataupun susah, ketika tertimpa musibah ataupun memperoleh nikmat. Mereka selalu yakin bahwa apa yang dihadapi mereka ketika sedang menegakkan amar makruf nahi mungkar, baik berupa respon positif

58 Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim pada kitab

al-Zuhd wa al-Raqâ`iq, hadis no. 5318; Ahmad pada kitab Awwal Musnad al-Kûfiyyîn, hadis no. 18171 dan 18175; dan al-Dârimi pada kitab al-Raqâq, hadis no. 2658. Lafazh hadis yang diriwayatkan oleh Syaibân ibn Farrûkh adalah sebagai berikut: "Rasulullah Saw. bersabda: 'Sungguh menakjubkan kondisi orang Mukmin. Segala kondisinya merupakan kebaikan, dan hal itu hanya dimiliki oleh orang Mukmin; Jika dia mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, dia akan bersyukur hingga hal itu akan menjadi kebaikan baginya; dan jika tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan, dia akan bersabar hingga sesuatu yang tidak menyenangkan itu pun akan menjadi kebaikan baginya.'"

ataupun negatif dari orang yang diajaknya untuk melakukan kebaikan atau meninggalkan kemungkaran, pada hakekatnya adalah ujian dari Allah Swt. bagi diri mereka. Jika responnya positif, maka hal itu merupakan ujian bagi mereka apakah mereka mau bersyukur ataukah tidak. Sebaliknya, bila responnya negatif, maka hal itu merupakan ujian bagi mereka apakah mereka mau bersabar ataukah tidak.

Dalam dokumen AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN (Halaman 156-160)