• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Amar Makruf Nahi Mungkar

Dalam dokumen AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN (Halaman 47-51)

WAWASAN AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN

A. Pengertian Amar Makruf Nahi Mungkar

Istilah amar makruf nahi mungkar merupakan sebuah istilah yang terdiri dari dua frase kata, dimana masing-masing frase mengandung pengertian yang berbeda. Frase pertama adalah amar makruf, sedangkan frase kedua adalah nahi mungkar. Kata amar atau al-amr berasal dari kata kerja amara ya`muru yang berarti thalaba (meminta)1, sedangkan kata makruf atau al-ma'rûf merupakan ism maf’ûl dari kata kerja ’arafa ya’rifu

yang berarti mengetahui (to know), mengenal atau mengakui (to recognize), dan melihat dengan tajam atau mengenali perbedaan (to discern).2 Kata makruf ini kemudian diartikan sebagai sesuatu yang diketahui, yang dikenal atau yang diakui.3 Kata ini terkadang juga digunakan untuk menunjukkan arti “wajah”, karena setiap manusia dapat dikenali dengan wajahnya.4

Secara terminologis, kata makruf adalah sebuah kata benda yang pengertiannya mencakup setiap hal yang diakui oleh masyarakat baik berupa ketaatan kepada Allah, upaya mendekatkan diri kepada-Nya, maupun

1Ahmad ibn Muhammad al-Muqrî al-Fayyûmi, al-Mishbâh al-Munîr, (Kairo: al-

Mathba’ah al-Misyriyyah, 1928), h. 29.

2Majd al-Dîn al-Fairûzabâdi,

al-Qamûs al-Muhîth, (Beirut: Dâr al-Jail, t.th.), juz 3, h. 178.

3Lihat Ahmad ibn Muhammad al-Muqrî al-Fayyûmi, al-Mishbâh al-Munîr, h.

553.

berbuat baik kepada sesama manusia.5 Al-Marâghi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan makruf adalah segala sesuatu yang tidak diingkari oleh syariat dan tidak diingkari oleh orang-orang yang mempunyai harga diri, juga bukan termasuk pengkhianatan atau ketamakan.6 Sementara menurut Mawlânâ Abul Kalâm Azad, makruf adalah sesuatu yang bisa diterima oleh semua orang, sedangkan mungkar adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh semua orang.7

Senada dengan itu, Abuddin Nata menjelaskan bahwa yang termasuk katagori makruf adalah segala sesuatu dalam bentuk ucapan, perbuatan, pemikiran dan sebagainya yang dipandang baik menurut syariat (agama) dan akal pikiran, atau yang dianggap baik menurut akal namun sejalan atau tidak bertentangan dengan syari'at. Dengan demikian, kebebasan akal dalam menentukan dan menilai suatu kebaikan dibatasi oleh ketentuan agama. Oleh karena boleh jadi ada sesuatu yang menurut akal baik tapi menurut syari'at buruk. Ketika terjadi keadaan yang menurut akal baik tapi menurut syari'at ini buruk, maka pendapat akal harus dicegah. Sebagai contoh, dapat dikemukakan misalnya hidup bareng sebelum menikah (samenleven) atau kumpul kebo yang didasarkan atas dasar suka sama suka menurut akal adalah baik, sedangkan menurut agama tidak baik. Orang-orang Barat yang hanya berpatokan pada akal saja, misalnya, membolehkan adanya kumpul kebo tersebut.8

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan makruf adalah segala sesuatu yang diakui oleh suatu masyarakat tertentu tetapi tidak bertentangan dengan syariat atau al-Qur`an dan hadis.

5Ibn Manzhûr, Lisân al-‘Arab, (Dâr al-Ma’ârif, t.th.), jilid 4, h. 2900. 6ِAhmad Musthâfâ al-Marâghi,

Tafsîr al-Marâghi, (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th), jilid 2, h. 215.

7Mawlânâ Abul Kalâm Azad, The Opening Chapter of The Qur`ân (Sûrah al-Fâtihah),

(Malaysia: Islamic Book Trust, 2004), cet. ke-2, h. 175.

8 Abuddin Nata,

Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet. ke-1, h. 178-179.

Konsep makruf ini mengindikasikan adanya kesepakatan umum (common sense) yang berlaku dalam suatu masyarakat. Karena sifatnya yang lokalistik, praksis dan temporal, maka sangat mungkin terjadi perbedaan pemahaman antara satu masyarakat Muslim dengan masyarakat Muslim lainnya mengenai makna makruf, bahkan terkadang antara satu waktu dengan waktu lainnya dalam satu masyarakat. Dengan makna semacam ini, maka kata makruf berbeda dengan kata khair yang mengandung arti kebaikan yang bersifat universal.9 Pengertian ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Muhammad Syahrûr. Ia menjelaskan bahwa konsep makruf dan mungkar merupakan sebuah konsep yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan perbedaan tempat.10

Adapun frase kedua adalah nahi mungkar. Kata nahi atau al-nahy merupakan lawan dari kata al-amr yang berasal dari kata nahâ yanhâ yang berarti mencegah11, sedangkan kata mungkar atau al-munkar berasal dari akar kata nûn kâf râ yang memiliki sejumlah arti diantaranya adalah aneh12, sulit13, buruk14, dan sesuatu yang diingkari oleh orang banyak.15

Secara terminologis, kata mungkar ini sering difahami sebagai segala sesuatu yang dipandang buruk, baik oleh syariat maupun akal yang sehat.16

9M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000), cet. ke-2,

vol. II, h. 164.

10 Muhammad Syahrûr,

al-Kitâb wa al-Qur`ân: Qirâ`ah Mu'âshirah, (Beirut: Syirkah al- Mathbû'ah li al-Tauzî' wa al-Nasyr, 2000), cet. ke-6, h. 528.

11Ibn Manzhûr, Lisân al-‘Arab, jilid 6, h. 4564. 12Makna ini dapat ditemukan dalam Q.S. Hûd (11): 70. 13Makna ini dapat dijumpai pada Q.S. al-Kahf (18): 87. 14Makna seperti ini dapat dijumpai pada Q.S.

Luqmân (31): 19.

15Majd al-Dîn al-Fairûzabâdi, al-Qamûs al-Muhîth, h. 153. 16Al-Râghib al-Ashfahâni,

Mufradât Alfâzh al-Qur`ân, (Damaskus: Dâr al-Qalam, 2002), h. 505.

Ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan mungkar adalah setiap perkataan, perbuatan dan niat yang dianggap jelek serta dilarang oleh

Syâri (Allah dan Rasul-Nya). Dari definisi-definisi tersebut, dapat diketahui bahwa ungkapan mungkar memiliki jangkauan pengertian yang lebih luas daripada ungkapan lain yang juga dipakai oleh al-Qur`an untuk menunjuk perbuatan yang buruk seperti ma’shiyah (perbuatan maksiat). Jadi, frase nahi mungkar dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya sesuatu yang dipandang buruk baik oleh syariat maupun oleh akal yang sehat.

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan amar makruf nahi mungkar adalah upaya untuk menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu yang dipandang baik oleh akal yang sehat dan tidak bertentangan dengan syariat serta upaya untuk mencegah orang lain dari sesuatu yang dipandang buruk oleh keduanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, amar makruf nahi mungkar diartikan sebagai perintah kepada orang lain untuk mengerjakan perbuatan yang baik dan larangan mengerjakan yang keji.17

Kedua frase ini, amar makruf dan nahi mungkar, telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Artinya, dalam perbuatan amar makruf terdapat pengertian mencegah yang mungkar. Sebab jika kebaikan ditegakkan, maka dengan sendirinya yang buruk pun dapat dicegah. Demikian pula sebaliknya, dalam pengertian nahi mungkar tercakup pengertian amar makruf, karena mencegah kejahatan adalah termasuk ke

17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. ke-1, h. 26.

dalam perbuatan yang baik.18 Oleh karena itu, jika hanya disebut kata amar makruf saja, maka pengertian nahi mungkar juga tercakup di dalamnya, demikian pula sebaliknya.19

Dalam dokumen AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN (Halaman 47-51)