• Tidak ada hasil yang ditemukan

Andriani 1 , Aneta Rakhmawati 2 , Muhammad Yasir Fahmi 3

Dalam dokumen ISSN (Cetak) ISSN (Online ) (Halaman 42-48)

Politeknik Negeri Banjarmasin 1,2,3

andriani@akuntansipoliban.ac.id1, Netara513@gmail.com2

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi zakat perusahaan di Indonesia. Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan data sekunder dari laporan tahunan periode tahun 2013 Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia.

Tiga metode digunakan dalam penelitian ini untuk mensimulasikan perhitungan zakat perusahaan. Dua metode diadopsi dari AAOIFI, yaitu metode net asset dan metode net invested fund. Metode lainnya menggunakan perhitungan zakat yang lazim digunakan di Indonesia, yaitu metode 2,5% dari pendapatan sebelum zakat dan pajak.

Hasil penelitian menunjukan sangat terbatasnya instrument regulasi mengenai zakat perusahaan di Indonesia. Dari 10 BUS yang menjadi sampel pada penelitian ini hanya tiga bank yang melaporkan zakat perusahaannya pada laporan tahunannya. Dari ketiga metode yang digunakan, metode net asset menunjukan angka zakat perusahaan yang terbesar, diikuti oleh metode net invested fund dan metode 2,5 %.

Kata kunci : zakat perusahaan, bank umum syariah, metode net asset, metode net invested

fund, metode 2,5 %, laporan tahunan 2013.

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the potency of corporate zakah in Islamic Banks. Using secondary data from the 2013 annual reports of Islamic banking in Indonesia, this research is classified as qualitative research. Three methods are used to calculate zakah corporate.

Two methods are adopted from the AAOIFI (Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institution), namely Net Asset Method, and Net Invested Fund. Another method is taken from common method in zakah calculation in Indonesia that is 2,5% of income before zakah and tax (the 2,5% method).

The result of this research shows lack regulation of corporate zakah for Islamic financial institution in Indonesia. From 10 sample of islamic banks, only 3 banks reported their corporate zakah in its annual reports. Among the three methods, the net assets method result in the biggest amount of corporate zakah, followed by the net invested fund and the 2,5% method respectively (KPID, 2015).

Keywords : corporate zakah, Islamic bank, Net Asset Method, Net Invested Fund, 2,5% method, Annual report 2013 (KPID, 2015).

PENDAHULUAN

Tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia masih menjadi isu utama dalam permasalahan yang dihadapi Negara ini. Di lain pihak, beberapa kelompok masyarakat justru berada pada kondisi ekonomi yang berlebihan. Tingkat kesenjangan sosial yang sangat mencolok ini menjadi satu hal penting yang perlu segera diatasi di Indonesia. Sebuah penelitian menyatakan bahwa zakat dapat menjadi instrumen yang cukup efektif untuk mengatasi kemiskinan jika

ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

33

dikelola dengan professional (Irfan Syauqi Beik, 2010). Pendistribusian kekayaan akan lebih merata melalui penerapan zakat dalam aspek kehidupan. Bahkan dalam sebuah penelitian ditunjukan bahwa potensi zakat di Indonesia pada tahun 2010 dapat mencapai hingga 217 trilliun rupiah, atau setara dengan 3,4% GDP Indonesia (Firdaus, et al., 2012).

Zakat tidak hanya ditujukan kepada individu, dalam dunia muamallah juga dikenal adanya zakat. Istilah zakat perusahaan jadi berkembang sebagai akibat dari semakin kompleksnya perkembangan dunia ekonomi dan bisnis. Perlunya perusahaan berzakat dilandasi dalil (nash) yang bersifat umum dalam Al- Quran Surat Al-Baqarah ayat 267 dan At-Taubah ayat 103 yang mewajibkan semua harta yang dimiliki untuk dikeluarkan zakatnya. Zakat perusahaan juga didalilkan kepada beberapa hadits sahih Rasulullah.

Untuk memudahkan praktik zakat pada perusahaan di Indonesia, maka Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengambil peran dengan menetapkan standar yang termuat dalam PSAK 109 tentang akuntansi zakat dan infak/sedekah di Indonesia, hanya saja PSAK 109 terbatas pada entitas yang kegiatan utamanya menerima dan menyalurkan zakat seperti Badan/Lembaga Amil Zakat (IAI, 2014). Standar lain yaitu PSAK 101 bersifat lebih general dan mengcover tentang penyajian laporan keuangan seluruh entitas syariah di Indonesia. Akan tetapi PSAK 101 hanya mengatur pada aspek pelaporan dan tidak mengatur pada aspek pengakuan dan pengukuran zakat (IAI, 2014).

Keterbatasan PSAK 101 dan PSAK 109 dapat diatasi jika digunakan standar internasional yang dikeluarkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic

Financial Institutions (AAOIFI). AAOIFI mengatur hal tersebut melalui Financial Accounting Standard (FAS) No.9 (mengatur perlakuan akuntansi) dan Sharia Standard

No.35 (mengatur praktik hukum syariah untuk zakat). Di dalam standar tersebut secara detail diatur mengenai aspek penentuan basis perhitungan zakat, pengukuran nilai dari benda-benda yang dikenakan zakat serta kelengkapan pengungkapan pada laporan keuangan. Terdapat dua metode dalam melakukan perhitungan zakat perusahaan pada lembaga keuangan syariah yaitu metode asset bersih (Net Asset Method) dan metode investasi aset bersih (Net Invested

Fund Method) (AAOIFI, 2012).

Akan tetapi walaupun AAOIFI telah mengeluarkan pedoman bagi entitas syariah di seluruh dunia, sebuah penelitian menunjukan bahwa masih banyak terdapat perbedaan dalam pengaplikasian zakat pada entitas Bank Islam dan perlu sebuah formula seragam untuk menjadi dasar hukum penerapan zakat entitas tersebut (Ismail, et al., 2013). Sebagai contoh jika Indonesia memiliki PSAK 101 dan 109, Malaysian Accounting Standard Board (MASB) telah menerbitkan Technical Release i-1 (TRi-1) “Accounting For Zakat on Business” (Adnan & Bakar, 2009).

Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang bertujuan tidak hanya profit oriented tetapi juga social oriented sebagaimana terdapat dalam UU No.21 tahun 2008 tentang bank syariah dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul maal yakni menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah (ZIS), hibah, dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat, infaq, shadaqah. Dengan fungsinya tersebut Bank Umum Syariah (BUS) merupakan subjek zakat yang cukup potensial di Indonesia.

Berdasarkan pada fenomena tersebut maka penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana penerapan zakat perusahaan pada BUS di Indonesia. Secara rinci rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1)Bagaimana kepatuhan BUS di Indonesia terhadap PSAK 101 khusunya mengenai pelaporan dana zakatnya?, 2) Bagaimana penerapan zakat perusahaan oleh BUS di Indonesia? Dan 3) Berapa besarnya potensi zakat perusahaan Bank Umum Syariah di Indonesia jika dihitung dengan metode perhitungan zakat perusahaan menurut standar AAOIFI?

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui tingkat kepatuhan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia terhadap PSAK 101, mengenai penyajian Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat.

ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

34

2. Mengetahui Sumber dana zakat pada BUS di Indonesia.

3. Mengetahui metode perhitungan dana zakat perusahaan yang telah diterapkan oleh BUS di Indonesia

4. Membuat simulasi perhitungan dana zakat oleh BUS di Indonesia pada tahun 2013 dengan menerapkan metode yang diterapkan oleh Accounting and Auditing Organization For Islamic Financial Institution (AAOIFI) dan membandingkan hasil dari setiap metode.

5. Menganalisis hasil simulasi perhitungan pada poin 4 untuk menjelaskan mengenai potensi zakat perusahaan pada BUS di Indonesia.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Hasil penelitian dapat menjadi bahan evaluasi untuk menetapkan kebijakan mengenai zakat perusahaan di Indonesia, baik perusahaan secara umum ataupun bagi institusi keuangan syariah saja. 2) Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alat evaluasi untuk mengoptimalkan dana zakat perusahaan yang dapat dikumpulkan di Indonesia

Zakat dari segi istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak dalam jumlah tertentu, sementara kekayaan pada dasarnya adalah sesuatu yang berwujud dan oleh karena itu kepadanya dikenakan zakat (Qardhawi, 2008). Dalam terminologi al-Quran dan Sunnah, zakat adalah bagian dari harta yang wajib dibelanjakan di jalan Allah (M. Imran Ashraf Usmani, 2000).

Keberadaan perusahaan sebagai wadah kegiatan usaha yang kemudian berkembang menjadi badan hukum atau (syakhsiyyah ‘Itibariyah dipandang sebagai orang atau recht

person) dikarenakan diantara individu itu kemudian mucul transaksi, pinjam meminjam,

berhubungan dengan pihak luar dan juga menjalin kerjasama, dan segala kewajiban serta hasil akhirpun dinikmati bersama, maka demikian juga dalam hal kewajiban kepada Allah berupa zakat. (Hafidhuddin, 2003).Pendapat ini sesuai dengan hasil muktamar Zakat Internasional I di Kuwait pada tanggal 3 April 1984 yang menegaskan bahwa perusahaan bertindak sebagai subjek hukum normal dan wajib membayar zakat hartanya sesuai dengan jenis dan kondisi harta tersebut. Jika perusahaan tidak membayarkan zakat kekayaannya, maka pemilik saham wajib membayarkan zakatnya masing-masing (Muzammil, 2003). Ada banyak rumusan untuk menentukan dan menghitung asset perusahaan wajib zakat. Harta kekayaan dapat dikenakan kewajiban untuk membayar zakat hanya jika telah mencapai jumlah tertentu. (Mufraini, 2006).

Di Indonesia terdapat aturan perundang-undangan terkait zakat yaitu UU No. 23 tahun 2011, UU No. 17 tahun 2000, d a n UU No. 21 tahun 2008. Sementara standar akuntansi berkaitan dengan zakat adalah PSAK 101 dan PSAK 109 (IAI, 2014), FAS No.9 (AAOIFI) (AAOIFI, 2008).

Tidak kurang dari tiga metode perhitungan zakat perusahaan telah diaplikasikan oleh beberapa lembaga pengelola zakat dan empat metode ditawarkan oleh beberapa ahli fikih muamalah (Riyanti, 2007), namun lembaga yang telah kredibel yaitu AAOIFI memberikan dua alternative perhitungan zakat masing-masing 1)Metode aktiva bersih dan 2) Metode investasi asset bersih telah diterapkan sebagai dasar untuk menghitung zakat perusahaan di Arab Saudi. Dalam dua metode tersebut, AAOIFI menggunakan kadar zakat sebesar 2,5775% jika digunakan dasar tahun Masehi dan kadar zakat 2,5% jika menggunakan dasar tahun hijriah. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

a) Metode Aktiva Bersih (Net Asset Method)

[( Kas + piutang bersih + aktiva yang diperdagangkan (persediaan/surat berharga/real estate) + pembiayaan (mudharabah, musyarakah, dan lain-lain)) – (Utang lancar + modal investasi tak terbatas + penyertaan minoritas + penyertaan pemerintah + endownment + penyertaan lembaga sosial + lembaga nonprofit)]

ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

35

…………..(1)

b) Metode investasi asset bersih (Net Invested fund/net equity)

………….(2)

Tabel di bawah ini menunjukan dasar penilaian dalam perhitungan zakat perusahaan oleh AAOIFI (AAOIFI, 2008).

Tabel 1.

Dasar penilaian atas akun-akun laporan keuangan sebagai dasar zakat dengan metode net

assets dan net invested fund

Metode aktiva bersih (net assets) Dasar Penilaian

Aktiva :

Kas dan setara kas Piutang bersih

Pembiayaan mudharabah Pembiayaan musyarakah Salam

Istishna

Nilai kas atau setara kas Nilai kas atau setara kas Nilai kas atau setara kas Nilai kas atau setara kas Nilai kas atau setara kas Nilai kas atau setara kas Aktiva yang diperdagangkan :

Persediaan Surat berharga Real estate Lain-lain

Nilai kas atau setara kas Nilai kas atau setara kas Nilai kas atau setara kas Nilai kas atau setara kas Utang :

Utang lancar Wesel bayar Utang lain-lain

Modal investasi tak terbatas

Penyertaan dari pemerintah, endownment, lembaga sosial, organisasi non profit

Penyertaan minoritas Nilai buku Nilai buku Nilai buku Nilai buku Nilai buku Nilai buku

Metode Invested Funds/Net Equity Dasar penilaian

Aktiva yang diperdagangkan : Gedung yang disewakan Lain-lain

Aktiva tetap bersih

Cadangan yang tidak dikurangkan dari aktiva Utang lancar dan wesel bayar

Modal pemilik : Tambahan modal Cadangan Laba ditahan Laba bersih Nilai buku Nilai buku Nilai buku Nilai buku Nilai buku Nilai buku Nilai buku Nilai buku Nilai buku METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian dan Sumber data

[(Modal disetor (tambahan modal) + cadangan + cadangan yang tidak dikurangi aktiva + laba ditahan + laba bersih + utang jangka panjang) - (Aktiva tetap + investasi yang tidak diperdagangkan + kerugian)]

ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

36

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang tidak bermaksud untuk menguji hipotesis melainkan bertujuan untuk menggambarkan, mengungkapkan, dan menjelaskan situasi tertentu secara benar (Newman, 2006).

Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai pengaplikasian metode zakat perusahaan dengan menggunakan data sekunder dari BUS di Indonesia. Variabel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahun 2013 BUS di Indonesia dengan menggunakan data yang relevan untuk menghitung zakat perusahaannya.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) daftar BUS yang ada di Indonesia pada tahun 2013 sejumlah 11 BUS. Hanya saja karena salah satu dari BUS tersebut yaitu Bank MayBank Syariah tidak mempublikasikan laporan keuangannya pada tahun 2013, maka jumlah sampel dalam penelitian berkurang hanya sejumlah 10 BUS. Total 10 BUS yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Daftar BUS Yang Menjadi Sampel Penelitian

No Nama

B U S

Kode BUS 1 Bank Muamalat Indonesia BMI

2 Bank BNI Syariah BNISy

3 Bank Syariah Mandiri BSM

4 Bank BRISyariah BRIS

5 Bank Mega Syariah MegaSy

6 Bank BCA Syariah BCASy

7 Bank Jabar Banten Syariah BJBSy

8 Bank Panin Syariah PaninSy

9 Bank Syariah Bukopin BukopinSy 10 Bank Victoria Syariah VicSy

Sumber: www.bi.go.id

2. Tahapan penelitian dan teknik analisis data

Berikut adalah tahapan kegiatan dan teknik yang digunakan pada penelitian ini :

a. Mengumpulkan data laporan keuangan tahun 2013 dari BUS di Indonesia melalui website masing-masing dan dari website Bank Indonesia.

b. Mengidentifikasi bagaimana penyajian informasi zakat perusahaan masing-masing BUS. c. Mengklasifikasikan data-data yang diperlukan untuk mengaplikasikan metode

perhitungan zakat perusahaan masing-masing BUS di Indonesia menggunakan metode AAOIFI.

d. Membuat simulasi perhitungan zakat perusahaan pada BUS di Indonesia dengan menggunakan metode dari AAOIFI dan juga dengan menggunakan rumus 2,5% dari Laba, yang selanjutnya disebut sebagai metode 2,5% pada penelitian ini

e. Membuat kesimpulan dari hasil simulasi pengaplikasian metode AAOIFI dan metode 2,5% sehingga dapat diketahui potensi zakat pada BUS di Indonesia dengan menggunakan metode tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat oleh BUS di Indonesia dan Sumber Dana Zakat oleh BUS di Indonesia

Sesuai dengan PSAK 101, Komponen-komponen yang ditunjukkan dalam penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat (LSPDZ) adalah sumber dana zakat, penggunaan dana zakat, kenaikan atau penurunan dana zakat, saldo awal dan saldo akhir dana zakat. Namun penelitian ini hanya memfokuskan pada sumber dana zakat untuk mengetahui bagaimana perhitungan dana zakat dari setiap Bank Umum Syariah. Sumber dana zakat dalam LSPDZ menurut PSAK 101 ada dua yaitu zakat dari dalam entitas syariah (zakat dari bank) dan zakat

ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

37

dari pihak luar entitas syariah (zakat dari pihak luar bank). Berikut tabel yang menunjukkan penyajian LSPDZ pada Bank Umum Syariah di Indonesia berdasarkan Annual

Report tahun 2013 dan sumber dana zakat tersebut

Tabel 3

Penyajian LSPDZ &Sumber Dana Zakat Pada BUS di Indonesia Pada tahun 2013 (dalam jutaan rupiah)

Sumber:data diolah penulis dari Annual Report 2013

Dari tabel diatas terlihat bahwa tiga dari sepuluh BUS di Indonesia tidak meyajikan LSPDZ dalam laporan keuangannya di tahun 2013. Kondisi ini menunjukan bahwa kepatuhan BUS di Indonesia terhadap PSAK 101 mengenai penyajian LSPDZ dalam laporan keuangan masih cukup rendah. Dua kemungkinan yang menjadi alasan fenomena tersebut adalah BUS memang tidak melakukan praktik zakat atau BUS melakukan praktik zakat dengan memfungsikan lembaga atau unit di luar BUS.

Setelah melalui penelitian lebih lanjut diketahui bahwa kemungkinan utama dari alasan ketiadaan LSPDZ tersebut adalah karena Bank Muamalat, BJB Syariah dan Bank Syariah Bukopin tidak menjalankan fungsi penyaluran dana zakat, infaq dan shadaqah serta dana Qardhul Hasan secara langsung. Tiga BUS ini membentuk organisasi khusus untuk mengelola dana ZIS dan Qardhul Hasannya. Sebagai akibatnya, pelaporan dana ZIS dan Qardhul Hasan tidak disajikan dalam laporan keuangan ketiga BUS tersebut tetapi dilaporkan secara terpisah oleh unit pengelola zakat yang mereka bentuk.

Selain itu informasi dari tabel di atas menunjukan bahwa hanya tiga BUS yang menerapkan zakat perusahaan di Indonesia yaitu BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Jumlah zakat BUS di Indonesia tahun 2013 adalah sebesar Rp.51.890.000.000 dan berikut adalah diagram yang menunjukan total zakat BUS di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan sumber dana zakatnya:

Nama BUS LSPD

Z Sumber dana zakat

Total

Metode Perhitungan

Zakat psh Zakat dari bank

Zakat dari luar

bank

Zakat Zakat Zakat

Psh karyawan nasabah/ umum BMI ẋ N/A BNISy √ 4.538 5.108 9.646 N/A BRIS √ 5.541 81 5.622 2,5 % dari laba sebelum zakat dan pajak BSM √ 22.662 7.954 439 31.055 N/A MegaSy √ 5.121 5.121 N/A BCASy √ 25 N/A BJBSy x N/A PaninSy √ 322 322 N/A SyBukopin x N/A VicSy √ 99 99 N/A Jumlah 32.321 13.817 5.752 51.890

ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

38

Gambar 1

Zakat BUS di Indonesia Berdasarkan Sumber Dana tahun 2013

Dari diagram di atas dapat terlihat bahwa pada tahun 2013 sumber dana zakat BUS yang terbesar di Indonesia berasal dari zakat perusahaan yaitu sebesar 62% dari total keseluruhan zakat BUS tersebut. Selebihnya dana zakat BUS tersebut berasal dari zakat karyawan dan zakat nasabah, masing-masing sebesar 27% dan 11%.

Fakta tingginya sumber dana zakat dari entitas BUS di Indonesia menunjukan bahwa zakat perusahaan memberikan sumbangan terbesar atas dana zakat BUS di Indonesia pada tahun 2013. Padahal pada tahun 2013 tersebut hanya tiga dari sembilan BUS di Indonesia atau 33,3% saja yang membayarkan zakat entitasnya. Masih ada 77,7% BUS yang belum melaksanakan zakat entitasnya, kondisi ini menunjukan bahwa potensi dana zakat perusahaan yang masih belum terkumpul dari BUS di Indonesia masih sangat besar.

2. Metode Perhitungan Dana Zakat oleh BUS di Indonesia

Dari ketiga BUS yang telah menerapkan zakat perusahaan, hanya Bank Syariah Mandiri yang menjelaskan metode perhitungan zakat perusahaannya. Tabel 3 di atas menunjukan ketersediaan metode perhitungan dana zakat oleh BUS di Indonesia pada Tahun 2013. Metode 2,5% dari pendapatan sebelum pajak yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri diperoleh dari Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Bank tersebutyang ditapkan melalui melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BSM pada 29 Mei 2013.

Ketiadaan metode perhitungan dalam menentukan nominal zakat perusahaan oleh BUS di Indonesia mungkin terjadi karena tidak ada aturan yang secara formal menetapkan ketentuan tersebut. PSAK 101 tidak meminta BUS baik secara mandatory maupun voluntarily untuk menyajikan metode perhitungan zakat perusahaannya. Lebih lanjut PSAK 101 juga tidak mengatur mengenai standar metode perhitungan zakat perusahaan yang dapat diterapkan oleh BUS di Indonesia.

3. Simulasi Atas Metode 2,5 % Dari Laba Sebelum Zakat dan Pajak, metode asset bersih dan metode investasi asset bersih Terhadap BUS di Indonesia

a. Metode 2,5 % Dari Laba Sebelum Zakat dan Pajak

Analisis atas metode 2,5% yang diterapkan oleh BSM menyimpulkan bahwa tarif tersebut ditetapkan dengan mengikuti tarif zakat perdagangan yang selama ini telah lazim diterapkan oleh kaum muslimin dengan basis perhitungannya adalah laba sebelum zakat dan pajak. Sebagai perbandingan penulis akan mengaplikasikan metode perhitungan zakat perusahaan yang digunakan oleh BSM kepada BUS yang menjadi objek penelitian untuk mengetahui seberapa besar potensi zakat perusahaan. Berikut tabel perhitungan zakat perusahaan dengan menggunakan metode 2,5% berdasarkan laporan keuangan tahunan 2013:

Tabel 4

Potensi Zakat Perusahaan dengan metode 2,5% dari laba sebelum zakat dan pajak pada tahun 2013 (dalam rupiah)

Nama BUS Laba sebelum Tarif zakat

62% 27%

11%

Dalam dokumen ISSN (Cetak) ISSN (Online ) (Halaman 42-48)