Zakat perusahaan Zakat karyawan
ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
39
zakat dan pajak (2,5% x laba sebelum zakat dan pajak) BMI 653,620,388,000 16,340,509,700 BNISy 179,616,000,000 4,490,400,000 BSM 906,498,894,169 22,662,472,354 BRIS 183,942,000,000 4,598,550,000 MegaSy 204,858,856,000 5,121,471,400 BCASy 16,760,901,061 419,022,527 BJBSy 40,570,354,000 1,014,258,850 PaninSy 29,161,500,000 729,037,500 SyBukopin 27,244,911,129 681,122,778 VicSy 4,928,000,000 123,200,000
Total Potensi Zakat Perusahaan BUS 56,180,045,109
Sumber : Data diolah penulis
Dari tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 potensi zakat perusahaan pada BUS di Indonesia dengan menggunakan metode perhitungan 2,5% dari laba sebelum zakat dan pajak adalah sebesar Rp 56.180.045.109,00. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi daripada angka zakat perusahaan yang telah terkumpul pada tahun 2013 tersebut hanya sebesar Rp 32.321.000,00. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode 2,5% masih ada sebesar Rp 23.859.045.109,00 dana zakat perusahaan oleh BUS di Indonesia yang belum tergali.
Selain itu juga terlihat bahwa Bank Mega Syariah mengaplikasikan metode perhitungan zakat yang sama dengan BSM. Tampak pada tabel di atas bahwa angka zakat perusahaan Bank Mega Syariah jika dihitung dengan metode 2,5% adalah sebesar Rp. 5.121.471.400 sama dengan angka yang disajikan pada LSPDZ BUS tersebut. Akan tetapi hal berbeda terjadi pada BNI Syariah. Dari tabel diatas tampak bahwa jika dihitung dengan metode 2,5%, zakat perusahaan BNI Syariah adalah sebesar Rp. 4.490.400.000,00. Angka tersebut berbeda dengan nominal yang disajikan oleh Bank BNI Syariah pada LSPDZ tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 4.538.000.000,00. Selanjutnya dari CALK tidak dapat diketahui metode apa yang diterapkan oleh BNI Syariah untuk menghitung dana zakat perusahaannya.
b. Metode Aset Bersih (Net Asset)
Rumus perhitungan zakat perusahaan dengan metode Net Asset ditunjukkan pada rumus (1) pada bagian sebelumnya penelitian ini.
Berikut rincian dari masing masing komponen yang diaplikasikan pada laporan posisi keuangan BUS di Indonesia :
1. Kas dan setara kas : Kas, Giro dan penempatan pada Bank Indonesia, Giro pada bank lain, Penempatan pada Bank Lain
2. Piutang bersih : Piutang murabahah, istishna, ijarah
3. Aktiva yang diperdagangkan : investasi pada surat berharga/efek-efek
Untuk aktiva yang diperdagangkan dinilai berdasarkan fair value bukan berdasarkan
historical cost.
4. Pembiayaan : Pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah 5. Utang lancar : Liabilitas segera, bagi hasil yang belum dibagikan
6. Modal investasi tak terikat : dana syirkah temporer. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima oleh bank dengan hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana. Alasan dijadikannya dana syirkah temporer sebagai komponen modal investasi
ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
40
tak terbatas disini adalah karena ini bisa menjadi modal pada bank namun dapat diambil kapan saja oleh pemilik dana.
7. Penyertaan minoritas adalah saham yang tidak dikuasai holding company (perusahaan induk) atau subsidiary company (perusahaan anak). Komponen Ini tidak ditemukan penulis dalam laporan keuangan BUS karena yang ada hanya penyertaan mayoritas. 8. Endownment adalah suatu dana bagi operasi perusahaan, dimana modal pokok dana
tersebut harus tetap utuh sedangkan keuntungan yang diperoleh dapat digunakan bagi berbagai pengeluaran. (Ardiyos, 2008). Endownment biasanya ada pada laporan keuangan organisasi non-profit.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan ada beberapa komponen yang tidak dapat diaplikasikan pada laporan keuangan BUS. Berikut tabel yang menunjukan kesimpulan komponen – komponen dari rumus yang dapat diaplikasikan dalam laporan keuangan BUS yang menjadi sampel penelitian ini.
Tabel 5
Daftar asset kena zakat dan pengurang asset kena zakat
Aset kena zakat Pengurang aset kena zakat
Kas
Giro pada BI Giro pada bank lain Giro pada ….
Penempatan BI dan Bank Lain Piutang murabahah
Istishna Ijarah
investasi pada surat berharga/efek-efek/saham
Pembiayaan mudharabah Pembiayaan musyarakah
Liabilitas segera
Bagi hasil yang belum dibagikan Dana syirkah temporer
Sumber: data diolah penulis
Namun selain akun-akun diatas, ada penambahan akun baik pada asset kena zakat maupun pada pengurang asset kena zakat (Nurcahyo, 2013). Akun tersebut tampak pada tabel berikut :
Tabel 6
Daftar asset kena zakat dan pengurang asset kena zakat (tambahan)
Aset kena zakat Pengurang asset kena zakat
Pinjaman Qardh
Tagihan akseptasi (pada Bank Muamalat Indonesia)
Aset diperoleh untuk ijarah Aset lain lain
Simpanan wadiah Simpanan dari bank lain Hutang pajak
Pembiayaan diterima Kewajiban lain -lain
Sumber : Erik Nurcahyo (2013)
Berikut penjelasan mengenai alasan akun akun diatas masuk ke dalam komponen asset kena zakat dan pengurang asset kena zakat (Erik Nurcahyo Atmahadi, 2013):
1. Pinjaman Qardh
Pinjaman qard diakui sebesar jumlah dana yang dipinjamkan pada saat terjadinya. Dalam CALK pada BSM dijelaskan bahwa pinjaman qardh adalah penyaluran dana dengan akad qardh dan dikategorikan sebagai asset produktif. Sedangkan pada CALK bank Muamalat, pinjaman qardh yang dimaksud adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan Bank yang mewajibkan peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu.
ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
41
Berdasarkan dua pengertian di atas, pinjaman qardh dapat dimasukan dalam asset kena zakat.
2. Tagihan akseptasi
Dalam CALK dijelaskan tagihan akseptasi adalah tagihan kepada bank lain yang timbul sebagai akibat surat kredit berdokumen L/C berjangka.
3. Aset diperoleh untuk ijarah
Dalam CALK aset ini merupakan asset yang dijadikan objek sewa (ijarah) dan diakui sebesar harta perolehan , asset ini juga merupakan asset produktif sehingga berpotensi untuk berkembang karena itu asset diperoleh untuk ijarah masuk dalam asset kena zakat. 4. Aset lain lain
Dalam CALK asset lain lain pada BUS sebagian bersifat asset lancar seperti SKBDN, piutang pendapatan,pendapatan akan diterima rahn.
5. Simpanan wadiah
Dalam CALK, simpanan wadiah merupakan simpanan dari pihak lain dalam bentuk giro wadiah dan tabungan wadiah dapat ditarik setiap saat melalui cek atau bilyet giro, simpanan wadiah dalam bentuk giro wadiah dan tabungan wadiah merupakan liabilitas bagi bank.
6. Simpanan dari bank lain
Dalam CALK, simpanan merupakan liabilitas bank kepada bank lain dalam bentuk giro wadiah, tabungan wadiah, dan sertifikat investasi mudharabah antarbank (SIMA)
7. Hutang pajak
Pajak merupakan kewajiban bank sebagai kewajiban perusahaan kepada negara. 8. Pembiayaan diterima
Dalam CALK, pembiayaan diterima merupakan dana yang diperoleh dari entitas lain dengan kewajiban pembayaran kembali sesuai dengan persyaratan dalam akad.
9. Kewajiban lain-lain
Berdasarkan pembahasan di atas berikut merupakan rumus yang dapat diterapkan pada BUS di Indonesia :
….
……(3)
Berikut merupakan tabel total zakat yang dihitung berdasarkan metode aktiva bersih (Net Asset Method)sesuai dengan rumus (3):
Tabel 8
Total Zakat Perusahaan Berdasarkan Metode Perhitungan Net Asset Pada BUS di Indonesia Tahun 2013
Nama BUS Tarif zakat
(Metode aktiva bersih/Net Asset Method)
BMI 86,711,739,500
BNISy 34,642,553,675
BSM 114,214,463,525
[(Kas + Giro pada BI + Giro pada bank lain + Giro pada ….+ Penempatan BI dan Bank Lain + Piutang murabahah/Istishna/Ijarah+investasi pada surat berharga/efek-efek/saham + Pembiayaan mudharabah/musyarakah + Pinjaman qardh + Tagihan akseptasi (pada Bank Muamalat Indonesia) + Aset diperoleh untuk ijarah + Aset lain lain) – (Liabilitas segera + Bagi hasil yang belum dibagikan + Dana syirkah temporer + Simpanan wadiah + Simpanan dari bank lain + Hutang Pajak + Pembiayaan diterima + Kewajiban lain – lain)] x 2,5775%
ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
42
BRIS 39,156,400,550 MegaSy 22,966,040,500 BCASy N/A BJBSy 14,816,810,300 PaninSy 12,828,861,875 SyBukopin N/A VicSy N/A Total 325,336,869,925Sumber : data diolah penulis
c. Metode Investasi Aset Bersih (Net Invested Fund)
Rumus dari metode investasi aset bersih (Net Invested Fund ) ditunjukkan pada rumus (2) di penelitian ini. Berdasarkan rumus (2) tersebut berikut merupakan tabel total zakat berdasarkan metode Net Invested Fund:
Tabel 9
Total zakat berdasarkan metode perhitungan Net Invested Fund tahun 2013 (dalam rupiah)
Nama BUS Tarif zakat
(Metode Net Invested Fund)
BMI 33,625,240,200 BNISy 24,588,035,475 BSM 54,213,227,650 BRIS 39,000,771,100 MegaSy 16,092,647,025 BCASy 7,636,256,150 BJBSy 12,928,224,500 PaninSy 34,398,155,125 SyBukopin 12,665,912,325 VicSy 7,411,446,600 Total 242,559,916,150
Berikut merupakan tabel perbandingan total zakat perusahaan dengan metode perhitungan 2,5% dari laba sebelum pajak dan zakat, Metode Net Asset, dan Net Invested Fund (dalam rupiah):
Tabel 10
Tabel perbandingan total zakat perusahaan Pada BUS di Indonesia berdasarkan 3 metode Pada tahun 2013 (dalam rupiah)
Nama BUS
Tarif zakat
Tarif zakat
(Metode aktiva bersih /Net Asset Method)
Tarif zakat
(Metode Net Invested Fund) (2,5% x laba sebelum
zakat dan pajak)
BMI 16,340,509,700 86,711,739,500 33,625,240,200 BNISy 4,490,400,000* 34,642,553,675 24,588,035,475
ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
43
BSM 22,662,472,354* 114,214,463,525 54,213,227,650 BRIS 4,598,550,000 39,156,400,550 39,000,771,100 MegaSy 5,121,471,400* 22,966,040,500 16,092,647,025 BCASy 419,022,527 N/A 7,636,256,150 BJBSy 1,014,258,850 14,816,810,300 12,928,224,500 PaninSy 729,037,500 12,828,861,875 34,398,155,125 SyBukopin 681,122,778 N/A 12,665,912,325 VicSy 123,200,000 N/A 7,411,446,600 Total 56,180,045,109 325,336,869,925 242,559,916,150Sumber: data diolah penulis
Keterangan :
*BUS yang telah melakukan zakat perusahaan
Potensi zakat perusahaan mulai dari yang terbesar hingga terkecil akan diperoleh jika dihitung masing-masing dengan menggunakan metode net asset, net invested fund dan metode 2,5% dari laba sebelum zakat dan pajak.
Dari tabel diatas tampak bahwa berdasarkan metode perhitungan Net Asset dari AAOIFI, total zakat perusahaan pada BUS di Indonesia tahun 2013 adalah Rp. 325, 336 milyar. Total ini sangat besar jumlahnya jika dibandingkan dengan metode 2,5% yang digunakan sebagian BUS di Indonesia saat ini. Total zakat perusahaan BUS di Indonesia jika menggunakan metode 2,5% hanya sebesar Rp. 56,180 milyar. Besar total zakat perusahaan dari metode net asset berbasis asset bersih lebih besar 6 kali lipat dibandingkan dengan metode berbasis laba sebelum pajak. Hal ini dikarenakan basis perhitungan metode Net Asset didasarkan pada jumlah asset bersih BUS yang nilainya jauh lebih besar dari laba sebelum zakat dan pajak masing-masing BUS.
Demikian halnya dengan potensi zakat perusahaan jika dihitung dengan metode Net
Invested Fund maka total zakat perusahaan BUS di Indonesia tahun 2013 adalah Rp. 242. 559
milyar. Besar potensi zakat perusahaan dengan metode Net Invested Fund lebih besar 4 kali lipat dibandingkan dengan metode 2,5% dari laba sebelum zakat dan pajak.
Dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa level/tingkat zakat perusahaan pada masing-masing metode dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori level/tingkat bawah untuk meode 2,5% dari laba sebelum zakat dan pajak, level/tingkat menengah untuk metode net
invested fund dan level/tingkat atas untuk metode net asset. Untuk lebih jelas berikut disajikan
level zakat perusahaan berdasarkan ketiga metode dalam bentuk grafik.
Gambar 2
Grafik level zakat perusahaan oleh BUS di Indonesia jika menggunakan ketiga metode pada tahun 2013
ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
44
Berdasarkan tiga kategori tersebut dapat dibuat kecenderungan BUS di Indonesia dalam menerapkan zakat perusahaannya pada tabel berikut:
Tabel 11
Kecenderungan BUS dalam penentuan metode zakat perusahaan tahun 2013 (dalam rupiah)
Metode perhitungan level zakat perusahaan Kecenderungan BUS Indonesia 2,5% laba sebelum zakat dan
pajak
bawah Tinggi
Net Invested Fund menengah Menengah
Net Asset Method atas Rendah
Sumber: data diolah penulis
Tingginya kecenderungan BUS di Indonesia untuk membayar zakat perusahaannya pada level bawah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian sebelumnya saat ini belum ada fatwa dari DSN MUI tentang zakat entitas/perusahaan di Indonesia sehingga tidak ada perlakuan standar khusus mengenai zakat perusahaan pada entitas syariah termasuk BUS (Sadewa, et al., 2015). Dengan demikian tidak ada kewajiban yang mengikat tentang pembayaran zakat perusahaan dengan metode apapun. BUS yang telah melakukan zakat perusahaan hanya berdasarkan keputusan pada RUPS.
2. Semakin besar zakat yang dikeluarkan BUS akan berpengaruh pada laba perusahaan dan mengurangi jumlah EPS (Earning Per Share) atau laba per saham. Namun disisi lain, semakin besar zakat yang dikeluarkan oleh BUS dan disalurkan dengan tepat kepada sasaran akan berdampak positif bagi pereknomian mengingat orientasi BUS yang tidak hanya profit
oriented namun juga social oriented.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1. Belum ada perangkat peraturan yang mengatur secara jelas mengenai zakat perusahaan untuk lembaga keuangan islam termasuk Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia.
2. Dari seluruh BUS yang menjadi sampel penelitian ini, tampak bahwa lebih dari 50% BUS yang terdaftar pada BI per tahun 2013 belum menerapkan PSAK 101 dengan tidak menyajikan LSPDZ dalam laporan keuangannya.
3. Beberapa BUS di Indonesia menerapkan metode perhitungan zakat perusahaan yang sama yaitu 2,5% dari laba sebelum zakat dan pajak.
4. Dari 3 metode perhitungan yang disimulasikan yaitu 2,5% dari laba sebelum zakat dan pajak, Net Asset Method, dan Net Invested Fund, dapat diketahui bahwa simulasi menggunakan metode Net Asset menghasilkan jumlah zakat lebih besar dari 2 metode lainnya. Jika dibandingkan dengan metode 2,5% sebelum zakat dan pajak, maka
0 100.000.000.000 200.000.000.000 300.000.000.000 400.000.000.000 Tingkat bawah Tingkat menengah Tingkat atas
ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
45
perhitungan dengan metode Net invested fund menghasilkan angka 4 kali lebih besar. Sedangkan dengan metode Net Asset Method jumlah zakat yang harus dibayarkan adalah 6 kalinya.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka diberikan saran sebagai berikut:
1. Perlu menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dan Dewan Ulama di Indonesia agar segera membuat aturan mengenai kewajiban perusahaan untuk membayarkan zakatnya.
2. Perlu ditetapkan mengenai standar metode perhitungan zakat perusahaan di Indonesia sehingga perusahaan dapat menggunakan metode perhitungan yang seragam.
3. Perlu dibuat standar perlakuan akuntansi yang komprehensif mengenai zakat perusahaan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
AAOIFI, 2008. Financial Accounting Standard. In: FAS No.9 : Zakah. Bahrain: AAOIFI. AAOIFI, 2012. AAOIFI Governance Standards. In: AAOIFI Governance Standards. Bahrain:
AAOIFI, p. p No.07.
AAOIFI, 2012. Financial Accounting Standard. In: FAS No.9 : Zakah. Bahrain: AAOIFI. Adnan, M. A. & Bakar, N. b. A., 2009. Accounting treatment on Corporate Zakat. International
Journal Of islamic And Middle Eastern Finance And Management, Emerald, pp. 32-45.
Ardiyos, 2008. Kamus Besar Akuntansi. Jakarta: Citra Harta Prima.
Erik Nurcahyo Atmahadi, M. K. D., 2013. Skripsi Analisis Perlakuan Akuntansi Zakat
Perusahaan Pada Bank Syariah di Indonesia, Jakarta: FE UI.
Firdaus, M., Beik, I. S., Irawan, T. & Juanda, B., 2012. Economic Estimatioan and
Determination of Zakat Potential in Indonesia, Jeddah, Kingdom of Saudi Arabia: IRTI.
Hafidhuddin, D., 2003. Panduan Zakat bersama Didin hafidhuddin. Jakarta: Republika. IAI, 2014. PSAK 101. In: PSAK 101. Jakarta: IAI.
IAI, 2014. PSAK 109. In: PSAK 109. Jakarta: IAI.
Irfan Syauqi Beik, L. D. A., 2010. Optimization of Zakat Instrument in Indonesia’s Poverty
Alleviation Programme. [Online].
Ismail, A. G., Tohirin, A. & Ahmad, M. A. J., 2013. Debate on Policy Issues in the Field of
Zakat on Islamic Bank Business, Jeddah, Kingdom Of Saudi Arabia: IRTI.
M. Imran Ashraf Usmani, B. A. Q., 2000. Guide To zakah: Understanding And Calculation. s.l.:Quranic Studies Publishers.
Mufraini, M. A., 2006. Akuntansi Dan Manajemen Zakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Muzammil, A., 2003. Tunaikan Zakat. Jakarta: Ikatan Keluarga Muslim Conoco Phillips Indonesia.
Newman, W. L., 2006. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. 6'th ed. s.l.:Allyn and Bacon.
Nurcahyo, E., 2013. s.l.:s.n.
Qardhawi, Y., 2008. Fiqh Zakat. Jakarta: Mizan.
Riyanti, E., 2007. Analisis Aplikasi Metode Perhitungan Zakat Perusahaan (Studi Kasus PD
Lisha Mart), Jakarta: Skripsi S1 Fakultas Syariah STEI SEBI.
Sadewa, M. M., Rahwani, N. R. & Andriani, 2015. Boosting Sharia Compliance via the
Extension of IDX XBRL Taxanomy. Singapore, Global Science and Technology Forum
ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN : ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin