• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggaran Milisi

8.1 ‘Sosialisasi’ dan Pendanaan Milisi

8. Milisi: Pendanaan dan Dukungan Material

8.5 Anggaran Milisi

Beberapa bukti yang menunjuk pada pendanaan resmi milisi ada dalam bentuk permintaan dan proposal anggaran yang diajukan kepada pihak berwenang sipil dan militer oleh kelompok-kelompok milisi. Permintaan dan proposal itu tidak dengan sendirinya membuktikan bahwa dukungan pemerintah akan datang. Namun, dipandang dalam konteks pola pendanaan resmi seperti yang sudah diuraikan – dan dengan memperhatikan nada dan bahasa rutin yang sama dalam permintaan-permintaan ini – permintaan dan proposal itu memberikan dukungan lebih jauh untuk pernyataan bahwa milisi menerima dana dan dukungan logistik resmi. Permintaan dan proposal itu juga memberikan pemahaman tentang jangkauan dan sifat dari pendanaan dan dukungan material lainnya yang mungkin

51 “Nama Satuan Tugas Laksaur Merah Putih Kompi 2 Tilomar Yang Menerima Bantuan Biaya Dari FPDK Kabupaten Covalima Bulan April s/d Juli 1999 Khusus untuk Pegawai Negeri Sipil.” (Koleksi SCU, Doc #182).

52 Lihat: Komandan, Komando Pasukan Aitarak, Sektor B (Eurico Guterres) kepada Ketua Umum DPP FPDK Timor Timur, tentang “Mohon Dukungan Dana,” 18 Agustus 1999 (Koleksi SCU, Doc #47).

53 Bagian yang relevan dari surat itu: “Maka dengan ini kami mohon kepada Bapak Ketua Umum DPP FPDK Timor Timur dapat memberikan dukungan tambahan Baju kaos Otonomi sebanyak 120 (seratus dua puluh) buah untuk anggota Aitarak yang belum mendapatkan pembagian sebanyak 70 Orang dan Masyarakat Desa Motael sebanyak 50 orang.” Lihat: Komandan Komando Pasukan Aitarak, Sektor B (Eurico Guterres) kepada Ketua Umum DPP FPDK Timor Timur. Surat No. 57/MK-AT/VIII/1999, tentang “Mohon Dukungan Baju Kaos Otonomi,” 21 Agustus 1999 (Koleksi SCU, Doc #156).

sudah diberikan.

Penting dicatat bahwa banyak dari permintaan ini disampaikan kepada TNI, dan khususnya kepada para komandan Kodim dan Korem. Dalam sepucuk surat kepada Dandim Dili, bertanggal 16 Agustus 1999, pemimpin Aitarak Eurico Guterres meminta agar TNI membayar gaji 76 orang anggota Aitarak yang belum menerima pembayaran melalui jalur normal. Hanya 1.445 dari 1.521 anggota Aitarak yang sudah menerima gaji, keluhnya, dan Walikota Dili mengatakan bahwa tidak cukup uang untuk membayar mereka. Di samping mengkonfirmasikan bahwa milisi secara normal dibayar melalui aparat pemerintah sipil, surat itu mengungkapkan bahwa TNI dianggap sebagai sumber pendanaan yang terakhir bagi milisi.54

Dokumen-dokumen yang lain menunjukkan bahwa para pemimpin milisi sudah terbiasa dengan TNI membiayai pengeluaran rutin operasionalnya. Dalam sepucuk surat kepada kepala badan perlistrikan negara PLN di Dili, bertanggal 12 Agustus 1999, Eurico Guterres menjelaskan dalam nada biasa bahwa rekening listrik yang belum dibayar untuk dua rumah di Dili semestinya disampaikan kepada Korem, karena kedua rumah tersebut dipergunakan sebagai pos Aitarak. Kami tidak memiliki bukti bahwa Korem benar-benar membayar rekening ini, tetapi nada dari surat tersebut – dan fakta bahwa surat tersebut ditembuskan kepada para pejabat senior termasuk Gubernur – dengan kuat menunjukkan bahwa membiayai pengeluaran semacam itu sudah rutin bagi TNI.55

Para pemimpin milisi juga membuat permintaan yang sama untuk dukungan logisik dari para pejabat pemerintah sipil. Di akhir bulan April 1999, misalnya, komandan kompi A Aitarak dan komandan pos milisi di desa Vila Verde, Dili, menulis surat kepada kepala kantor wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meminta ruang kantor dan sebuah kendaraan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan pro-otonomi. Kedua pemimpin milisi itu menjelaskan bahwa kendaraan yang mereka dapatkan seharusnya adalah kendaraan yang disita dari seorang pegawai negeri sipil, yang menurut mereka, telah menggunakannya untuk kegiatan pro-kemerdekaan.56

Contoh lain dari permintaan semacam itu datang dari sepucuk surat bertanggal 10 Agustus 1999, dari Eurico Guterres kepada Walikota Dili. Dalam surat itu, Guterres meminta Rp 60 juta ($ 8.000) untuk menutupi biaya bahan bakar personil Aitarak yang menggunakan 50 mobil dan 100 sepeda motor selama periode kampanye. Seperti permintaan-permintaan lain yang sudah disebutkan, permintaan ini pun tampaknya adalah permintaan rutin untuk ‘mencairkan’ dana, bahasa yang lagi-lagi menunjukkan bahwa ada mata anggaran yang sudah tersedia untuk keperluan semacam itu.57

Permintaan bantuan yang terbesar sejauh yang ditemukan adalah dua proposal anggaran yang disusun oleh Aitarak dan ditandatangani oleh Eurico Guterres. Satu disampaikan kepada Gubernur Timor Timur pada tanggal 18 Mei 1999, dan yang lainnya kepada Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), provinsi Indonesia yang

54 Lihat: Komandan, Komando Pasukan Aitarak, Sektor B (Eurico Guterres) kepada Dandim 1627/Dili. Laporan No. 148 SL/MK-AT/VIII/1999, 16 Agustus 1999 (Koleksi SCU, Doc #26).

55 Lihat: Komandan Komando Pasukan Aitarak, Sektor B (Eurico Guterres) kepada Kepala PLN Wilayah IX Cabang Dili Tim-Tim. Surat No.147/SP/MK-AT/VIII/1999, 12 Agustus 1999 (Koleksi SCU, Doc #83).

56 Lihat: Danki Kompi A Aitarak, Danpos Aitarak Desa Vila Verde, dan Komandan Aitarak, Sector B (Eurico Guterres) kepada Kakanwil Depdikbud. Surat No. /PVV/AT/IV/199 tentang “Permohonan Dukungan Sarana untuk Pos Aitarak Desa Vila Verde,” 26 April 1999 (Koleksi SCU, Doc #170)

57 Lihat: Komandan, Komando Pasukan Aitarak Sektor B (Eurico Guterres) kepada Walikota Administratif Dili. Surat No. 142/MK-AT/VIII/1999, tentang “Mohon Dukungan Biaya Bahan Bakar Kendaraan,” 10 Agustus 1999 (Koleksi SCU, Doc #172).

8. Milisi: Pendanaan dan Dukungan Material 127

bersebelahan dengan Timor Timur, pada tanggal 30 Juni. Proposal kepada Gubernur Timor Timur meminta dana sejumlah Rp 477.490.000 ($ 63.665) untuk membiayai berbagai macam kebutuhan meliputi: empat buah kendaraan roda empat, 20 buah sepeda motor, dana ‘sosialisasi otonomi,’ dua buah komputer, empat buah mesin ketik, lima buah lemari, lima buah meja, lima buah kipas angin, dua buah meja komputer, dan lain-lain. Proposal yang diajukan kepada Gubernur NTT meminta dana sejumlah Rp 1.009.990.000 ($ 134.665) mencantumkan satu daftar yang sama tetapi padanya ditambahkan: gaji untuk 1.522 orang anggota Aitarak, serta biaya telefon, air, listrik, pemeliharaan kendaraan, dan ‘biaya tidak terduga.’58

Proposal-proposal anggaran yang besar itu sendiri tidaklah membuktikan bahwa pendanaan pemerintah sudah diberikan. Namun, seperti banyak permintaan lain yang lebih kecil yang sudah diuraikan, proposal-proposal itu memberi tahu kita bahwa Guterres, dan mungkin pemimpin milisi yang lain, memiliki alasan untuk berharap bahwa dirinya akan mendapatkan sesuatu dari pihak yang berwenang. Lebih jauh, mengingat kenyataan bahwa Aitarak pada akhirnya mendapatkan mobil, sepeda motor, ruang kantor, perlengkapan kantor, dan gaji untuk sekitar 1.500 anggota, bukannya tidak beralasan untuk menyimpulkan bahwa setidaknya sebagian dari permintaan tersebut telah disusul dengan penyaluran dana dari sumber-sumber resmi.

Bukti-bukti yang dikemukakan dalam bab ini meninggalkan sedikit keraguan bahwa pihak berwenang sipil dan militer Indonesia, sampai pada dan termasuk Kantor Kepresidenan, menyediakan landasan material dan finansial yang penting bagi milisi, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kedok kampanye ‘sosialisasi.’ Lebih khususnya, bukti-bukti itu mengarah pada kesimpulan-kesimpulan berikut ini.

Pertama, banyak dari pendanaan resmi – diperkirakan Rp 39 milyar atau US$ 5,2 juta – disalurkan melalui birokrasi pemerintah sipil di Timor Timur, dengan persetujuan eksplisit dari Gubernur dan para Bupati. Sebagian, mungkin sebagian besar, dari dana-dana itu diambil atau dialihkan dari anggaran dan program pemerintah daerah yang sudah ada, termasuk proyek ‘Jaring Pengaman Sosial’ yang dibiayai oleh Bank Dunia, dan anggaran Pemerintah Daerah Tingkat I untuk Pendidikan dan Kebudayaan serta Pekerjaan Umum. Karena sangat sentralistisnya struktur birokrasi Indonesia, pengaturan-pengaturan ini tidak akan dapat terjadi tanpa persetujuan dari pejabat-pejabat pemerintah pusat di Jakarta.

Kedua, ada bukti bahwa beberapa departemen dan instansi pemerintah Indo-nesia –termasuk Departemen Transmigrasi, Departemen Penerangan, Departemen Luar Negeri, dan badan intelijen militer BAIS – memberikan dukungan yang bersemangat, dan dana, untuk ‘sosialisasi,’ yang mencakup milisi. Lebih lanjut, ada bukti dokumenter bahwa setidaknya sebagian dari uang yang dipergunakan untuk mendukung milisi di Timor Timur berasal langsung dari Jakarta di bawah selubung program pembangunan yang didanai oleh Kantor Kepresidenan.

Ketiga, bukti dokumenter dan kesaksian menunjukkan bahwa sebagian pendanaan untuk milisi juga disalurkan, secara langsung maupun tidak langsung, melalui TNI. Di sejumlah kabupaten anggota-anggota milisi menerima gaji bulanan dan jatah berasnya di kantor Kodim. TNI juga memberikan dukungan material dalam bentuk ‘sumbangan’ sukarela kepada kelompok-kelompok milisi, dengan

58 Lihat: Komandan, Komando Pasukan Aitarak, Sektor B (Eurico Guterres) kepada Gubernur Timor Timur. Surat No. 16/SP/AT/V/1999, 18 Mei 1999 (Koleksi SCU, Doc #38); dan Wakil Panglima, Komando Pasukan Pejuang Integrasi (Eurico Guterres) kepada Gubernur Nusa Tenggara Timur. Surat No. 55/SP/MK-AT/VI/1999, 30 Juni 1999 (Koleksi SCU, Doc #39).

menggunakan wewenangnya untuk mengalihkan perbekalan kepada milisi dari badan-badan pemerintah yang lain, dan dengan memasok milisi dengan senjata, peralatan tempur, pakaian, peralatan radio, perbekalan medis, transportasi, dan bantuan logistik lainnya.

Terakhir, pendanaan dan perbekalan tambahan disalurkan melalui kelompok pro-otonomi, FPDK. Di sebagian kabupaten, seperti Covalima, FPDK membayar gaji bulanan milisi setempat. Di tempat lain, FPDK memberikan kaos oblong, bendera, dan berbagai pernik-pernik pro-otonomi. Lebih jauh, ada bukti untuk menyatakan bahwa FPDK berlaku sebagai saluran tersembunyi untuk pembagian dana dan perbekalan kepada milisi dari berbagai instansi pemerintah pusat, termasuk Departemen Luar Negeri dan badan intelijen militer BAIS.

129

BAGIAN IV

RINGKASAN KABUPATEN