METODOLOGI PENELITIAN
2. Angket Penilaian Validasi Produk dan Uji Coba Produk
Peneliti menggunakan angket penilaian validasi produk sebagai alat untuk
menilai kualitas modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman. Angket
penilaian produk pengembangan ditujukan kepada ahli yaitu dosen mata kuliah
membaca intensif Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Peneliti juga
memberikan penilaian produk kepada mahasiswa secara terbatas setelah melakukan
ujicoba terhadap produk. Instrumen penilaian produk validasi ahli dapat dilihat
pada lampiran 21 dan instrumen penilaian uji coba produk mahasiswa pada
lampiran 23.
c. Lembar Wawancara
Lembar wawancara digunakan untuk memperoleh data langsung dari
mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 yang
memperoleh nilai tinggi dari tes kemampuan membaca pemahaman. Instrumen
yang akan digunakan untuk melakukan wawancara kepada mahasiswa yang
memperoleh nilai tertinggi terdapat pada lembar lampiran 18.
3.6 Uji Instrumen
Uji coba instrumen terhadap subjek penelitian dilakukan peneliti untuk
mengetahui sesuatu yang perlu dipersiapkan apakah dalam mengumpulkan data
menguji validitas dan reliabilitas. Instrumen yang baik harus memenuhi dua
persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel.
3.6.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas berkaitan dengan permasalahan apakah instrumen yang
dimaksudkan untuk mengukur suatu tes memang dapat mengukur secara tepat
sesuatu yang akan diukur tersebut. Secara teknis, pengujian validitas konstruk dan
validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-
kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir
(item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Kisi-kisi
instrumen akan membantu pengujian validitas dengan mudah dan sistematis.
Penelitian ini memiliki instrumen yang diujikan, yaitu instrumen tes dan
nontes. Instrumen tes yaitu tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa.
Instrumen nontes yaitu observasi, angket analisis kebutuhan pengembangan
kebiasaan membaca pemahaman, angket faktor membaca pemahaman, dan
wawancara. Kelayakan instrumen tes kemampuan membaca pemahaman
menggunakan validitas isi. Kelayakan instrumen nontes menggunakan validitas
konstruk. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen itu
mempunyai kesahihan, butir-butir pernyataan yang telah disusun terlebih dahulu
ditelaah dan dinyatakan baik.
Penelaah dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidang yang
bersangkutan atau orang yang ahli (expert judgement), dalam hal ini yaitu ahli
Instrumen analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dari
50 butir pernyataan, ada beberapa butir pernyataan yang harus direvisi, yaitu butir
pernyataan nomor 2, 5, 9, 15, dan 23. Instrumen angket faktor membaca dari 100
pernyataan, ada beberapa butir pernyataan yang harus direvisi, yaitu butir
pernyataan nomor 83, 84, 85, 86, 94, dan 95. Butir pernyataan dalam nomor tersebut
harus direvisi karena diksi kurang tepat. Instrumen observasi dan wawancara tidak
melakukan revisi karena sudah sesuai dengan kebutuhan. Setelah dilakukan revisi,
instrumen dinyatakan layak digunakan untuk mengambil data.
3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Uji coba tingkat reliabilitas instrumen tes membaca pemahaman
menggunakan menggunakan program Anatest V4. Semakin besar koefisien yang
diperoleh, menunjukkan bahwa instrumen yang diuji semakin tinggi tingkat
kepercayaannya. Koefisien 1,0 berarti instrumen itu benar-benar sempurna. Nilai
reliabilitas instrumen yang diperoleh diinterpretasikan dengan indeks korelasi
menurut Arikunto (2010: 319) sebagai berikut.
Antara 0,800 sampai dengan 1,000= Sangat Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800= Tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600= Sedang
Antara 0,200 sampai dengan 0,400= Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200= Sangat Rendah
Peneliti melakukan uji reliabilitas instrumen setelah pengambilan data
melakukan penelitian. Realibitas analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan
membaca pemahaman dan reliabitas faktor membaca menggunakan uji coba
terpakai. Peneliti hanya mencari reliabilitas tes membaca pemahaman dapat dilihat
pada lampiran 17.
3.6.3 Analisis Butir Soal
Alat ukur yang baik dapat dikatakan jika instrumen didukung oleh butir-
butir pertanyaan yang baik. Kualitas dan keefektivan setiap butir pertanyaan yang
dimaksud diperlukan kerja analisis butir pertanyaan. Analisis butir soal dilakukan
untuk mengetahui tingkat efektivitas setiap butir yang meliputi besar kecilnya
indeks tingkat kesulitan (ITK) dan indeks daya beda (IDB). Sebuah tes dinyatakan
reliabel melalui teknik pengujian analisis butir-butir pada soal. Peneliti menentukan
baik dan buruknya item dengan ITK dan IDB.
Tingkat kesulitan merupakan pernyataan tentang seberapa mudah atau butir
soal bagi peserta didik yang dikenai pengukuran. ITK menunjukkan seberapa
mudah atau sulit suatu butir soal bagi peserta tes yang diuji (Nurgiyantoro, 2010:
211). ITK sering berubah-ubah karena hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan peserta uji yang diukur. Jika peserta uji rata-rata tinggi
kemampuannya, ITK menjadi tinggi, sedang jika peserta uji lebih rendah
kemampuannya, ITK menjadi rendah. Daya beda butir pertanyaan merupakan suatu
pernyataan tentang seberapa besar daya sebuah butir soal dapat membedakan
kemampuan antara peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah (Nurgiyantoro,
membedakan kemampuan antara peserta uji kedua kelompok tersebut. Untuk
mengetahui hal tersebut dilakukan analisis butir soal dengan menggunakan program
Anatest V4 yang terdapat pada lampiran 17.
3.7 Teknik Analisis Data Penelitian
Analisis data bertujuan untuk mengubah data mentah dari hal pengukuran
menjadi data yang lebih halus sehingga memberi arah untuk pengkajian lebih lanjut
(Sudjana, 1989: 128). Berikut ini, deskripsi teknik analisis data yang dilakukan
peneliti untuk mendeskripskan hasil observasi, analisis kebutuhan pengembangan
kebiasaan membaca pemahaman, faktor membaca pemahaman, tingkat hasil tes
kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, wawancara, dan penilaian produk.
3.7.1 Teknik Analisis Data Observasi
Data observasi diperoleh dari hasil observasi ketika dosen dan mahasiswa
melaksanakan proses perkuliahan. Data observasi dianalisis dengan menuliskan
kegiatan yang terjadi selama proses perkuliahan. Peneliti menggunakan panduan
observasi yang dapat mempermudah dalam melaksanakan kegiatan observasi.
3.7.2 Teknik Analisis Data Angket Analisis Kebutuhan
Peneliti menggunakan skala likert untuk menganalisis angket analisis
kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman dan faktor membaca
pemahaman. Skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur
gejala atau fenomena (Sumanto, 2014: 102). Skala likert memiliki dua bentuk
pernyataan yaitu bentuk penyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap
positif dan bentuk pernyataan negatif yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif
objek sikap. Berikut tabel penjelasannya.
Tabel 3.1 Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert
Pernyataan Positif Skala Pernyataan Negatif Skala
Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 4 Setuju (S) 2
Netral (N) 3 Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 5
Riduwan (2002: 12) juga menjelaskan bahwa skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian ini gejala sosial telah ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian, dengan
menggunakan skala likert. Maka variabel dijabarkan menjadi dimensi. Dimensi
akan dijabarkan menjadi subvariabel kemudian subvariabel dijabarkan lagi menjadi
indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur
dapat dijadikan titik tolak untuk membuat instrumen yang berupa pernyataan yang
dijawab oleh responden. Di bawah ini penjelasan kriteria interpretasi skor.
Tabel 3.2 Kategori Skala Likert
Rentang Skor Kriteria
0%-20% Sangat Rendah
21%-40% Rendah
41%-60% Cukup
61%-80% Tinggi
Suharso (2009: 44) menjelaskan bahwa dalam skala likert kemungkinan jawaban tidak sekedar “setuju” dan “tidak setuju”, tetapi dibuat lebih banyak kemungkinan jawabannya, yaitu 5= Sangat Setuju (SS), 4= Setuju (S), 3= Tidak
Memiliki Pilihan (TMP), 2= Tidak Setuju (TS), dan 1=Sangat Tidak Setuju (STS).
Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala liket yang sudah
dimodifikasi atau diubah dengan pilihan jawaban, yaitu 3=Setuju (S), 2=Tidak
Memiliki Pilihan (TMP), dan 1=TS (Tidak Setuju). Alasan peneliti memodifikasi
skala likert agar kriteria dalam analisis kebutuhan yang diperlukan dapat ditemukan
dengan lebih mudah.
Menghitung skor dalam skala likert dengan cara menghitung jumlah skor
mahasiswa untuk satu pernyataan dalam angket analisis kebutuhan pengembangan
kebiasaan membaca pemahaman dan angket faktor membaca pemahaman dengan
rumus:
T = Total jumlah responden yang memilih
Pn = Pilihan angka skor Likert
Setelah peneliti mengetahui total skor, tahap selanjutnya adalah
menginterpretasi skor perhitungan. Peneliti perlu menentukan skor ideal (X) dan
skor rendah (Y) sebelum melakukan tahap interpretasi skor perhitungan. Berikut
rumus menentukan skor ideal (X) dan skor rendah (Y). T x Pn
Skor ideal (X) = skor tertinggi Likert x jumlah responden Skor ideal (Y) = skor terendah Likert x jumlah responden
Peneliti menginterpretasi hasil nilai analisis kebutuhan pengembangan
kebiasaan membaca pemahaman dan angket faktor membaca pemahaman
mahasiswa menggunakan rumus index %, yaitu:
Index % = total skor skor ideal x
Sebelum melanjutkan pada langkah menginterpretasi, peneliti harus
mengetahui interval dan interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan
metode mencari interval skor persen (I). Berikut ini adalah rumus menentukan
interval (I).
I = jumlah skor Likert I = 3 = 33,33
Setelah mengetahui interval skor, maka peneliti dapat membuat tabel kategori
interpretasi berdasarkan analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca
dan faktor membaca pemahaman sebagai berikut.
Tabel 3.3 Kategori Analisis Kebutuhan Kebiasaan Membaca
dan Faktor Membaca Pemahaman
Rentang Skor Kategori
66,8%-100% Tinggi
33,4%-66,7 Cukup
Suharso juga menjelaskan cara mengerjakan skala likert yaitu:
1. Mengumpulkan sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Responden diwajibkan memilih satu dari sejumlah
kategori jawaban yang tersedia. Masing-masing jawaban diberi penilaian
tertentu (misalnya 1,2, 3).
2. Membuat nilai total untuk setiap responden dengan menjumlah nilai untuk
seluruh jawaban.
3. Menilai kekompakan antarpernyataan. Caranya dengan membandingkan
jawaban antara dua responden yang mempunyai skor total yang sangat berbeda,
tetapi memberikan jawaban yang sama untuk pernyataan tersebut. Pernyataan
tersebut dinilai tidak baik, sehingga harus dikeluarkan (tidak digunakan untuk
mengukur konsep yang diteliti).
3.7.3 Teknik Analisis Data Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Peneliti mengetahui hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa
dengan melakukan penilaian apabila jawaban mahasiswa benar maka diberi skor
satu (1) namun apabila jawaban mahasiswa salah diberi skor nol (0). Jumlah
jawaban benar dalam satu tes setiap mahasiswa menjadi jumlah nilai keseluruhan.
Setelah mengetahui nilai masing-masing mahasiswa, selanjutnya menghitung rata-
rata (mean) menurut rumus Nurgiyantoro (2012: 219) seperti di bawah ini.
�̅ =∑nN Keterangan:
N = Jumlah Mahasiswa
�̅ = Nilai rata-rata (mean)
a. Penghitungan rata-rata (mean)
�̅ =∑nN
Setelah peneliti mengetahui nilai rata-rata mahasiswa, peneliti melakukan
perhitungan indeks tingkat kesulitan (ITK) butir soal dengan rumus jawaban benar
dibagi jumlah mahasiswa. Adapun rumus ITK (Nurgiyantoro, 2012: 196) sebagai
berikut.
ITK = FK N ITK = Indeks tingkat kesulitan
FK = Jumlah jawaban benar
N = Jumlah mahasiswa
Semua butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar
antara 0,15-0,85 (Oller dalam Nurgiyantoro, 2012: 195). Akan tetapi, rentangan
pada interval tersebut masih terlalu luas, sehingga indeks 0,15-0,85 masih terlihat
jelas sulit dan mudah. Maka dari itu, ITK yang dapat ditoleransi adalah berkisar
0,20-0,80. ITK 0-20 adalah butir soal yang berkategori sangat sulit. ITK 0,21-0,40
adalah butir soal yang berkategori sulit. ITK 0,41-0,60 berkategori sedang. ITK
0,61-0,80 berkategori mudah. ITK 0,81-1,00 termasuk dalam kategori sangat
b. Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk Skala Empat Setelah peneliti mengetahui persentase setiap aspek membaca pemahaman
dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman, langkah selanjutnya peneliti
harus menentukan kriteria dengan penghitungan untuk skala empat. Penghitungan
tersebut menggunakan teori Nurgiyantoro (2010: 253) responden dengan
persentase. Pada tahap ini, akan dilakukan penghitungan persentase tingkat
penguasaan terlebih dahulu, yaitu dengan rumus skor responden : jumlah soal x
100%. Hasil tersebut akan dimasukkan ke dalam interval persentase tingkat
penguasaan sesuai dengan hasil yang diperoleh.
Tabel 3.4 Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase
untuk Skala Empat
Interval Persentase Tingkat Penguasaan (%)
Nilai Ubahan Skala Empat Keterangan
1-4 A-D
86-100 4 A Sangat Baik
76-85 3 B Baik
56-74 2 C Sedang
10-55 1 D Kurang
3.7.4 Teknik Analisis Validasi Produk oleh Dosen Ahli dan Uji Coba Produk
oleh Mahasiswa
Modul pengembangan kebiasaan membaca pemahaman yang telah
dikembangkan kemudian diberikan kepada dosen ahli untuk divalidasi. Validasi
dilakukan untuk mengetahui seberapa baik dan layak produk yang dikembangkan
uji coba produk kepada mahasiswa. Hasil validasi dan uji coba produk kemudian
dianalisis menggunakan pedoman penyekoran skala lima menurut Sukardjo
(2008:101) sebagai berikut.
Tabel. 3.5 Konversi Nilai Skala Lima untuk Validasi dan Uji Coba Produk
Interval Skala Kategori
X > �� + 1,80 Sbi Sangat baik
�̅� + 0,60 SBi < X ≤ �̅� + 1,80Sbi Baik
�̅� - 0,60SBi < X ≤ �̅� + 0,60Sbi Cukup
�̅� - 1,80SBi < X ≤ �̅� - 0,60 Sbi Kurang
X ≤ �̅� - 1,80 Sbi Sangat kurang
Keterangan:
Rerata Ideal : (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
Simpangan Baku Ideal :
6 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
X : Skor aktual
Berdasarkan rumusan konversi di atas, perhitungan data-data kuantitatif
dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan menerapkan rumus konversi
tersebut. Adapun penentuan rumus kualitatif pengembangan ini ditetapkan dengan
konversi sebagai berikut.
Diketahui:
Skor maksimal ideal : 5
Skor minimal ideal : 1
Rerata Ideal : (5+1) = 3
Simpangan Baku Ideal (SBi) :
6 (5-1) = 0,67
Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat
kurang baik.
Jawaban:
Kategori sangat baik = X > �̅� + 1,80SBi
= X > 3 + (1,80 . 0,67)
= X > 3 + (1,21)
= X > 4,21
Kategori baik = �̅� + 0,60Sbi < X ≤ �̅� + 1,80SBi
= 3 + (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (1,80 . 0,67) = 3 + (0,40) < X ≤ 3 + (1,21)
= 3,40 < X ≤ 4,21
Kategori cukup baik = �̅�- 0,60SBi < X ≤ �̅� + 0,60SBi
= 3 –(0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (0,60 . 0,67) = 3 –(0,40) < X ≤ 3 + (0,40)
= 2,60 < X ≤ 3,40
Kategori kurang baik = �̅� - 1,80SBi < X ≤ �̅� - 0,60 SBi
= 3 –(1,80 . 0,67) < X ≤ 3 – (0,60 . 0,67) = 3 –(1,20) < X ≤ 3 - (0,40)
= 1,80 < X ≤ 2,60
Kategori sangat kurang baik = X ≤ �̅� - 1,80 SBi
= X ≤ 3 – (1,80 . 0,67) = X ≤ 3 – (1,21) = X ≤ 1,79
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh konversi data kuantitatif
menjadi data kualitatif skala lima sebagai berikut.
Tabel 3.6 Kriteria Skor Skala Lima untuk Validasi dan Uji Coba Produk
Interval Skor Kategori
X > 4,21 Sangat baik
3,40 < X Baik
2,60 < X ≤ 3,40 Cukup
1,80 < X ≤ 2,60 Kurang
X ≤ 1,79 Sangat kurang
3.7.5 Teknik Analisis Data Wawancara
Data wawancara diperoleh dari data hasil wawancara terhadap lima
mahasiswa dengan nilai hasil tes tertinggi. Data wawancara dianalisis dengan cara
(1) menulis transkrip hasil wawancara, (2) merangkum hasil transkrip wawancara,
(3) menganalisis data dari hasil wawancara untuk menentukan analisis kebutuhan
kebiasaan membaca dan faktor membaca.
3.8Uji Coba Terpakai
Uji coba terpakai dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang
digunakan tersebut benar-benar sahih dan handal (valid dan reliabel) yaitu sejauh
mana suatu alat ukur mampu memberikan hasil pengukuran yang konsistensi dalam
waktu dan tempat yang berbeda juga untuk melihat sampai mana responden mampu
memahami butir-butir pertanyaan. Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai,
sehingga responden uji coba termasuk dalam penelitian sesungguhnya.
Berdasarkan hasil perhitungan ITK itulah diketahui butir soal mana saja yang layak
62 BAB IV