• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKOLONG-KOLONG PADA MASYARAKAT KARO DAN PENYAJIANNYA PADA UPACARA PERKAWINAN

4.1 Arti Perkolong-kolong Pada Masyarakat Karo

Perkolong-kolong adalah sebutan terhadap penyanyi tradisi dalam budaya musik Karo. Sebutan perkolong-kolong berasal dari ucapan atau verbalisasi

“eralakolong- kolong ari turang erala kolong-kolong.” Pada saat menyajikan nyanyian oleh permangga-mangga pada sekitar tahun 1930-an. Perlu diketahui bahwa sebutan terhadap orang yang menyajikan berbagai kesenian seperti berpantun, bercerita, bermain alat musik tradisional Karo, seperti kulcapi, balobat, surdam dan bernyanyi pada masyarakat Karo disebut permangga-mangga.

Dengan ada sebutan perkolong-kolong maka ada satu bagian terpisah dari permangga-mangga itu yaitu orang yang pandai bernyanyi mengikuti komposisi musik tradisi Karo.

Permangga-mangga pada masanya berjalan dari satu desa ke desa yang lain untuk mempertunjukkan kepandainya kepada masyarakat Karo. Sejak adanya verbalisasi eralakolong-kolong di atas maka khusus terhadap penyanyai ada sebutan khusus yaitu perkolong-kolong. Hasil dari berbagai diskusi dengan beberapa orang yang mempunyai perhatian terhadap kesenian Karo, peneliti, menyatakan bahwa penyanyi yang sering menyajikan verbalisasi itu adalah Tipan br Sembiring. Dalam memperhatikan Tipan br Sembiring sebagai perkolong-kolong, Julianus Limbeng menulis:

Perkolong-kolong tahun 30-an, Tipan br Sembiring (1906-1997) akhirnya menjadi satu-satunya penerima anugerah seni dalam acara

diadakan di Plenary Hall Jakarta Convention Centre, Minggu 8 Juli 2007 yang lalu. Keputusan tim penilai yang dibacakan Cerdas Kaban, menyebutkan anugerah seni untuk kategori pencipta lagu. Tipan br Sembiring berhak mendapatkan piagam penghargaan, thropy dan uang tunai yang malam itu langsung diserahkan oleh Menteri Kebudayaan dan pariwisata, Jerro Wacik kepada ahli warisnya, Alasen Barus (Limbeng, 2007:32).

Lebih lanjut beliau menulis, bahwa Tipan sebenarnya lebih dikenal sebagai perkolong-kolong di tahun 30-an, dan tetap konsisten melakoninya sampai tahun 70-an. Tipan br. Sembiring memulai karirnya sebagai perkolong-kolong dari tanah kelahirannya di desa Rambe, Kec. STM Hilir, Kab. Deli Serdang, sebelum akhirnya cukup di kenal di seluruh Tanah Karo. Ada yang unik tentang pernikahannya, dia akhirnya menikah dengan pasangan perkolong-kolong Sayang Barus (Alm), karena dia berjanji jika Sayang Barus dapat mengalahkannya dalam acara adu perkolong-kolong. Ketika Sayang Barus dapat mengalahkannya dalam adu di arena pertunjukan, akhirnya dia menepati janjinya dan menikah pada tahun 193710.

Permangga-mangga yang paling terkenal pada masyarakat Karo adalah Jaga Depari. Beliau sangat banyak menciptakan lagu-lagu Karo baik yang bernuansa tradisi dalam arti mengikuti langgam nyanyian Karo maupun bernuansa populer, Sebenarnya pada masa itu ada juga pencipta lagu yang lain seperti Pagit Tarigan dan Oase Tarigan.

Permangga-mangga yang terkenal dengan pemain kulcapi dan surdam adalah Tukang Ginting. Sementara yang pandai memainkan kulcapi saja diantaranya adalah Waja Sembiring. Ada juga sebagian permangga-mangga

sering dikenal hanya dengan keahlian dan asal kampungnya saja, tanpa mengetahui namanya seperti Penurdam Embetong, Penurdam Kinangkong.

Perkulcapi Cingkes.

Peneliti merasa bahwa permangga-mangga ini masih ada sehingga sekarang dalam pertunjukan budaya Karo tetapi dengan sebutan atau nama yang lain “bintang tamu.” Bintang tamu yang ada pada masyarakat Karo dewasa ini tidak hanya pandai menyanyi tetapi ada juga yang pandai membawa acara atau master ceremony dan ada juga ahli dalam membicarakan adat. Mereka tidak mau disebut dengan permangga-mangga, karena lebih suka dengan sebutan lain seperti pencipta lagu, pembawa acara, tukang lawak, pemain kibot, perkulcapi, dan bagi penyanyi adalah bintang tamu.

Telah dikemukakan bahwa berubah nama penyanyia tradisi Karo dari sebutan umum permangga-mangga menjadi sebutan khusus perkolong-kolong karena terlalu sering mendengar ucapan eralakolong-kolong ari turang erala kolong-kolong” pada setiap akhir frasa suatu lagu. Kenyataan ini tidak terlepas dariada bentuk nyanyian tradisi Karo lebih bersifat call and respon, atau seperti ada pernyataan lalu ada jawaban. Sebenarnya kata “eralakolong-kolong ari turang erala kolong-kolong”tidak mempunyai makna, hanya berguna sebagai kata ujaran atau verbalisasi untuk mengisi pada akhir setiap frase melodi dalam nyanyian tradisi Karo.

Memperhatikan kehidupan berbagai seni pertunjukan pada masyarakat Karo ada pasang surutnya. Sekitar tahun 30-an kesenian pada masyarakat Karo

begitu pesat dengan adanya penyanyi Sayang Barus dan Tipan br Sembiring yang menjadi perkolong-kolong pertama pada masyarakat Karo.

Disamping itu ada juga Pire Sembiring Depari yang mengkreasi Tembut-tembut Seberaya (salah satu jenis tari topeng Karo) yang menjadi juara 2 di Batavia Fair tahun 1931. Namun kembali mengalami pasang surut sekitar pertengahan tahun 1940-an karena ada revolusi sosial. Pada masa itu kekacauan banyak terjadi namun tidak diketahui darimana asalnya. Saat itulah ada satu perkolong-kolong yang terkenal bernama Sinek br Karo dengan lagu ciptaannya sendiri berjudul Gelang-gelang.

Berkaitan dengan sejarah perkolong-kolong dalam wikipidia ditulis bahwa

“tidak diketahui secara pasti kapan kesenian perkolong-kolong mulai muncul pada masyarakat Suku Karo. Namun diperkirakan kesenian ini mulai berkembang seiring dengan perkembangan lagu-lagu Karo mulai diiringi Gendang Karo sebagai musiknya. Adapun yang membawakan lagu tersebut, baik laki-laki maupun perempuan pada awalnya disebut sebagai permangga-mangga dan akhirnya beralih nama menjadi perkolong-kolong”11.

Perkembangan kesenian yang sangat pesat kembali muncul menjelang pertengahan tahun 60-an, seperti tahun 1962, 1963, 1964, dengan ada Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) atau lembaga kesenian rakyat. Pada masa ini hampir disetiap kampung dibangun lost atau bangunan yang beratap tanpa dinding dengan ukuran yang luas, antara 15 m hingga 25 m persegi.

Perkembangan itu tidak lama karena sejak meletus G30S PKI perkembangan

kesenian sangat menurun. Akibatnya hanya pertunjukan guro-guro aron saja yang ada.

Guro-guro aron adalah suatu pertunjukan musik dan tari yang dilakukan oleh muda-mudi pada masyarakat Karo. Perkolong-kolong dalam pertunjukan guro-guro aron berperan sebagai penyanyi dan pemandu tari dalam pertunjukan tersebut. Dalam konteks pertunjukan guro-guro aron, perkolong-kolong ada dua orang, seorang perempuan dan seoarang laki-laki. Perkolong-kolong perempuan akan menuntun tarian tarhadap arondilaki (penari laki-laki) dan perkolong-kolong laki-laki menuntun tarian terhadap aron diberu (penari perempuan).

4.2 Perkembangan Perkolong-kolong Dalam Pertunjukan Budaya Musikal