• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Kajian Tasawuf dalam Penafsiran Sufistik

Memahami ayat tasawuf bukanlah hal yang mudah apalagi membuat klasifikasi ayat–ayat dari aspek demikian. Samahalnya ketika memahami tentang ayat mutasha>biha>t yang sering memunculkan perdebatan.91 Ayat yang terkait dengan kajian aspek tasawuf adalah ayat–ayat Alquran yang dijadikan landasan ajaran tasawuf. Secara umum, ayat–ayat Alquran dapat dikategorikan berdasarkan aspek ajaran agama seperti aspek kalam-aqidah, fiqh, tasawuf, ibadah, muamalah dan seterusnya. Kitab–kitab tafsir yang ditulis para ulama sudah barang tentu mengandung kesemua unsur aspek tersebut hanya dengan fokus penafsiran yang

90

Abdul Warith M.Ali, Pengantar Tafsir Ibnu Arabi (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1427/2006), Cet.ke-2,19. Lihat juga; Muhammad Hamdi Zaglul, at–Tafsi>r bi ar–Ra’ yi (Dimaskus:Maktabah al–Farabi, 1420/1999), Cet. Ke–1,442-3

91

Paling tidak ada tiga hal yang terkait dengan persoalan mutasyâbihat yaitu; pengertian mengenai apa itu ayat mutasha>biha>t, menentukan mana saja ayat yang tergolong mutasha>biha>t kemudian mengenai pemahaman yang dikandung oleh ayat mutasha>biha>t itu. Lihat juga;Quraish Shihab, (Et.all), Sejarah dan Ulumul Qura>n (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), Cet. Ke-3, 64.

berbeda–beda.92 Ada juga ulama tafsir yang menafsirkan terbatas satu aspek saja diantaranya tafsi>r ayat ah}ka>m karya ash–Shabuni bidang fiqh dan tafsi>r at–

Tustari karya Sahl at-Tustari bidang tasawuf.93 Untuk menentukan klasifikasi ayat–

ayat yang berhubungan dengan aspek ajaran agama tadi ada yang mudah dipahami secara eksplisit dan ada yang samar. Untuk mengidentifikasi jenis terakhir akan membawa banyak perbedaan dikalangan ulama.

Menyangkut penafsiran sufistik, para sufi sulit untuk seragam dalam mengidentifikasikan ayat–ayat yang becorak tasawuf karena mereka memahami ayat Alquran berdasarkan pengalaman ruhani dan berdasarkan praktek amalan ibadah. Menyangkut pengalaman rohani itu sangat subjektif, begitu juga sufi naz}ari memandang ayat sesuai pula dengan teorinya misalnya bidang filsafat.

Jika didasarkan kepada aspek pokok yang terkandung dalam menjalankan tasawuf yaitu terkait dengan penyucian jiwa dan mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga akhirnya hati merasakan kehadiran Tuhan,94 maka dua hal tersebut menjadi unsur dalam penafsiran sufistik . Paling tidak berdasarkan aspek pokok inti tasawuf ini dapat digunakan dalam mengidentifikasi ayat-ayat yang bercorak tasawuf. Selain itu, penelusuran ayat-ayat tasawuf dapat pula dilakukan dengan merujuk pada ajaran-ajaran atau kajian tasawuf seperti menyangkut maqa>m atau h}a>l dan sebagainya. Dengan demikian, untuk mengidentifikasi penafsiran sufistik juga dapat dilihat dari uraian penafsirannya yang membahas tentang upaya mendekatkan diri kepada Tuhan atau penyucian jiwa.

Mengenai tafsir Sa‘id H{awwa yang dipandang memiliki kecenderungan tasawuf disajikan lengkap seperti kitab tafsir lainnya, susunannya mencakup semua

92

Para sarjana telah melakukan kajian tentang aspek ini seperti meneliti Corak Kalam dalam Tafsir al–Azhar, Corak Kalam Tafsir al–Maraghi, Penafsiran Isha>ri Tafsir Ru>h} al-Ma’a>ni dan sebagainya. Penelitian ini mengkaji pemikiran mufasir terkait dengan aspek yang dimaksud.

93

Untuk tafsir dengan kecenderungan bidang fiqh yang disusun utuh meliputi semua ayat dengan metode tahli>li seperti tafsir Muni>r karya Wah}bah Zuhaili. Penelitian mengenai kitab ini berarti mengkaji tentang pemikiran fiqh Wahbah Zuh}aili.

94

Harun Nasution, Tasawuf, dalam Budhi Munawar-Rahman, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah (Jakarta: Paramadina, 1995), Cet. Ke-2, 161

ayat yang ditafsirkan.95 Dalam hal ini penulis melakukan penelitian terbatas pada ayat–ayat tasawuf dalam tafsir Sa‘id H{awwa yang didasarkan kepada tema–tema kajian tasawuf serta ajaran tasawuf seperti yang tercermin dalam maqa>m dalam tasawuf. Mengenai maqa>m, penulis akan mengkaji beberapa ajaran tasawuf tersebut yang populer dan disepakati para sufi. Menyangkut konsep mengenai tema kajian dimensi ajaran tasawuf adalah seperti konsep kashaf, ittih}a>d, muja>hadah dan kara>mah. Selanjutnya dua pokok bahasan tersebut akan dibahas dalam penelitian ini, pada bab IV dan V.

__________

95

Cara menyajikan penafsiran Alquran secara utuh dari berbagai aspeknya sesuai urutan mushaf disebut dengan metode tahlîli. Lihat; Abdul H{ayy al–Farmawi, al-Bida>yah fi> at–Tafsi>r al–Maud}u>‘i (tt:tp, 1397/1977), Cet. Ke–2, 24. Termasuk padanya tafsir Sa‘id H{awwa, tafsir Munirnya Wah}bah Zuh}aili dan lainnya.

96

SA‘ID H{AWWA TENTANG MAQA<M TASAWUF

Pembahasan dalam bab ini mengkaji tentang penafsiran Sa‘id H{awwa terkait dengan konsep maqa>m yang dijalani oleh para pengamal/pelaku tasawuf. Maqa>m atau station merupakan tahapan–tahapan yang harus ditempuh oleh para sufi untuk dapat meningkat terus mencapai hubungan yang dekat dengan Allah. Maqa>m–

maqa>m yang dikemukakan disini adalah yang secara tidak langsung disepakati para ahli tasawuf, yang dikutip dari berbagai pendapat yang dinyatakan dalam buku tasawuf.1 Maqa>m–maqa>m dimaksud mempunyai dasar pengambilan dalam Alquran. Ini menunjukkan bahwa prinsip ajaran tasawuf muncul dalam Islam sesuai dengan petunjuk ayat Alquran. Sebagai keperluan penelitian disertasi ini penulis kemukakan maqa>m–maqa>m yang populer muncul dikalangan ahli tasawuf2 yaitu tobat, zuhud, sabar, tawakal dan rid}a serta mah}abbah.3 Pembatasan kajian dengan

1

Dikalangan ahli tasawuf sebagaimana tercermin dalam buku–bukunya ada sedikit perbedaan dalam menyatakan maqa>m-maqa>m yang harus dilalui oleh para suluk. Perbedaannya bisa dalam urutan ataupun jumlah maqa>m yang ditempuh, seperti Abu Bakar al–Kalabazi dalam buku

at-Ta‘arruf li Mazhab Ahli Tasawuf menyebutkan maqa>m adalah; tobat, zuhud, sabar, faqir, tawa>d}u‘, taqwa, tawakal, rid}a, mah}abbah. Lihat; Abu Bakar Muhammad Al-Kalabazi, At-Ta‘arruf li madh -hab Ahli at-Tas}awwuf (Kairo: Maktabah al-Kulliyyat al-Azhariyyah, 1388/1969), Cet.ke-1,194

Abu Nas}r at}–T{usi menyebutkan dalam al–Luma’; tobat, wara‘, zuhud, faqir, sabar, tawakal dan rid}a. Al–Ghazali dalam Ih}ya’ ‘Ulu>muddin menyebutkan; tobat, sabar, faqir, zuhud, tawakal, mah}abbah dan ma’rifah. Selain itu, Abu al–Qasim Abdul Karim al–Qushairi menyebut maqa>ma>t itu ialah : tobat, wara’, zuhud, tawakal, sabar dan rid}a. Ada banyak lagi pendapat tentang maqa>m dikemukakan yang hampir senada dengan demikian. Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Cet. Ke–8, 62. Al-Ghazali, Ih}ya’ Ulum ad-Din (Mesir: Maktabah Must}afa al-Ba>bi al-H{alabi wa Aula>dihi, 1939/1358) Jilid 4

2

Maqa>m–maqa>m ini yang sering dikemukakan ahli tasawuf sebagaimana dinyatakan juga oleh Harun Nasution. Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Cet. Ke–8, 63

3

Setentangan dengan mah}abbah dikelompokkan sebagai maqa>m untuk dikaji penafsirannya karena banyak ayat–ayat secara eksplisit mengungkap masalah tersebut. Sekalipun mah}abbah ini sebagaimana ma’rifah ada juga disebut sebagai h}a>l dalam ilmu tasawuf seperti pendapat al–Junaid (w.381H). Bahkan diatas mah}abbah dan ma’rifah ada lagi keadaan jiwa dalam bertasawuf yang masih kontroversial seperti keadaan ittih}a>d, h}ulu>l serta wahdatul wuju>d. Lihat; Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Cet. Ke– 8, 75. Lihat juga; Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994), Cet. Ke–19, 90-98

pertimbangan bahwa tema tersebut yang sering diungkapkan oleh para ahli tasawuf sebagai jenjang tahapan dalam bertasawuf. Mengingat tema–tema tersebut memiliki landasan kuat yang terungkap dalam Alquran .

Maqa>m–maqa>m yang diangkat dalam penelitian ini akan dieksplorasi secara tematis dalam Alquran. Tema–tema dari maqa>m tersebut diidentifikasi dalam ayat–ayat melalui penafsiran Sa‘id H{awwa untuk kemudian dideskripsikan dan dianalisis komparatif guna mengetahui metodologi penafsiran serta corak pemikiran tafsir sufistik Sa‘id H{awwa.