• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Perkembangan Intelektual Sa ‘ id H{awwa 1.Pemikiran Keagamaannya 1.Pemikiran Keagamaannya

2. Karya – karyanya

Pada uraian sebelumnya disebutkan bahwa Sa‘id H{awwa disamping pejuang agama dan berdakwah, ia juga sering menuangkan pikiran–pikirannya ke dalam beberapa buku. Buku buah karya Sa‘id H{awwa cenderung berbicara sekitar tafsir, tasawuf dan gerakan dakwah.

Diantara karya – karya Sa‘id H{awwa yaitu : 1. Tarbiyatuna> ar–Ru>h}iyyah

Pada awalnya buku ini diberi judul Tasawuf dalam Pergerakan Islam Modern, kemudian ketika akan diterbitkan diganti dengan Pendidikan Jiwa Muslim. Diduga, kata pergerakan yang tertera dibelakang tasawuf dikhawatirkan disalah pahami oleh berbagai pihak terutama pemerintah Syria waktu itu maka judul buku diarahkan seperti demikian. Melihat perkembangan politik yang tidak stabil dan perseteruan antara pemerintah dengan kelompok Ikhwan, bila buku ini tetap dengan judul aslinya dapat dianggap sebagai wahana agitatif bagi pejuang muslim. Namun demikian sebagaimana dijelaskan penerbit, dengan berganti judul namun dari

kandungan buku tidak ada perubahan sama sekali.51 Buku ini berbicara banyak tentang aspek tasawuf, pembentukan jiwa yang kuat dan bersih. Penjelasan tentang jalan tasawuf dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah serta peristiwa yang dialami dalam perjalanan tasawuf.52

Dijelaskan oleh penyusunnya, terkait dengan pergerakan Islam modern membutuhkan teori yang jelas tentang tasawuf dan perjalanan roh menghampiri menuju Allah. Sehubungan dengan perjalanan roh merupakan suatu yang mesti dilakukan untuk membangun pergerakan Islam. 53 Perjalanan roh adalah proses yang diupayakan manusia untuk membersihkan roh sesuai yang dirid}ai Allah.

Keberadaan buku ini sebetulnya tiga serangkai yang berbicara tentang pembinaan rohani, penyucian dan proses perjalanannya terdiri dari tiga buku yang merupakan satu kesatuan. Ini sebagai buku pertama tentang pendidikan rohani, sedangkan duanya lagi yaitu buku al–Mustakhlas} fi Tazkiyah al–Anfus dan buku Mudhakkira>t fi Mana>zil as}-S{iddi>qi>n wa ar-Rabba>niyyi>n.54

2. Al–Mustakhlas} fi Tazkiyah al–Anfus

Pembahasan buku ini berkaitan dengan inti penyucian jiwa dan sebagai salah satu dari rangkaian dua buku lainnya.

3. As}–S{iddi>qi>na wa ar–Rabba>niyyi>na min Khila>l an–Nus}u>s} wa H{ikam Ibnu ‘At}aillah as-Sakandari

Ini merupakan buku ketiga dari tiga buku yang berbicara khusus tentang persoalan tasawuf dan tarekat. Pembahasan buku ketiga ini didasarkan kepada nash

51

Sa’id H{awwa, Tarbiyatuna> ar–Ru>h}iyyah (Kairo: Darussalam, 2007/1428), Cet. Ke–9, 4

52 Berdasarkan pada yang tercantum di daftar isi buku. Sa’id H{awwa, Tarbiyatuna> ar–

Ru>h}iyyah (Kairo: Darussalam, 2007/1428), Cet. Ke–9,269. Sayid M. Aqil bin Ali al–Mahdi menggolongkan Sa‘id H{awwa kepada pembaru kajian tasawuf dengan menjadikan tasawuf dapat diterapkan didunia nyata guna memurnikan aqidah dan menjalankan shari‘ah yang sempurna. Salah satu bukunya ini menjelaskan berbagai aspek tasawuf dan jalan menempuh kesufian. Sayid M. Aqil bin Ali al–Mahdi, Madkhal ila> at–Tas}awwuf al–Isla>miy (Kairo: Darul Hadis, tth), Cet. Ke–2, 29

53Sa’id H{awwa, Tarbiyatuna> ar–Ru>h}iyyah (Kairo: Darussalam, 2007/1428), Cet. Ke–9, 5

54Sa’id H{awwa, Tarbiyatuna> ar–Ru>h}iyyah (Kairo: Darussalam, 2007/1428), Cet. Ke–9, 5

hadis Nabi dan buku h}ikam (hikmah) Ibnu ‘At}aillah as–Sakandari. Sebagaimana dijelaskan diatas, buku ketiga ini bahasannya menyangkut praktek perjalanan tasawuf atau suluk. Pokok materinya berasal dari hadis Nabi, komentar tokoh sufi dan untaian hikmah Ibnu ‘At}aillah as- Sakandari.

Sistematika penyusunan buku ini terdiri dari 3 qism; qism I mengemukakan hadis–hadis Nabi terkait dengan bahasan buku. Qism II, III dan IV mencakup pedoman dalam menempuh jalan menuju Allah, pedoman Muri>d dan para

‘A<rifi>n serta Shaikh yang dibagi dalam beberapa bab dan sub bab. Dalam uraiannya disebutkan pendapat beberapa tokoh sufi dan khusus satu bab setiap qism penjelasan dari h}ikam Ibnu ‘At}aillah.55

4. Al–Islam56

Dalam buku ini Sa‘id H{awwa mengupas seluk beluk Islam yang didasarkan kepada sebuah hadis Nabi. Hadis yang dimaksud adalah yang menerangkan tentang rukun Islam, rukun Iman dan Ihsan. Menurut analisis Sa‘id H{awwa dalam Islam memuat aqidah yang meliputi shahadat serta pilar Iman. Kedua Ibadah yang tercermin pada pilar Islam. Dua hal ini disebutnya sebagai rukun Islam sedangkan bangunan Islam berada diatas rukun–rukun yang disebut tadi. Bangunan Islam meliputi berbagai sistem perihal kehidupan seperti sistem politik, ekonomi, militer, akhlak, sosial, pendidikan dan seterusnya. Aspek Islam satu lagi yaitu kekuatan bangunan Islam agar tetap berdiri kuat yang mencakup jihad, amar ma‘ruf nahi mungkar serta penegakkan hukum.

Tema pokok yang disebut diatas, diuraikan dengan kajian mendalam yang disusun dalam empat bab (juz). Buku Islam ini merupakan satu dari tiga karya lain Sa‘id H{awwa yang membahas seputar prinsip kehidupan muslim. Dua buku yang dimaksud yaitu dengan judul Allah dan ar–Rasu>l.

55

Diambil dari halaman belakang buku, Sa‘id H{awwa, ash–S{iddi>qi>na wa ar-Rabba>niyyi>na min Khila>l an–Nus}us} wa H{ikam Ibnu ‘At}aillah as- Sakandari (Kairo: Darussalam, 1999/1419), Cet. Ke–4, h. 523

5. Ar–Rasu>l57

Pembahasan dalam buku ini dibagi dalam dua juz yang berbicara tentang kepribadian nabi Muhammad dan misi kenabiannya. Mengenai kepribadiannya seperti sifat dan keistimewaan prilaku nabi Muhammad disajikan dalam juz pertama. Selanjutnya pada juz kedua dikemukakan tentang misi kenabian menyangkut mukjizat dan tugas nabi Muhammad menjalankan risalah yang berasal dari Allah Swt.

6. Al–Asa>s fi as-Sunnah

Sistematika penulisan buku ini dibagi kedalam lima qism (tema kajian). Qism pertama, tentang sejarah kehidupan nabi Muhammad sejak berita kelahiran sampai tahun ke 39 H. Dikemukakan kegiatan Muhammad sebelum diangkat jadi Rasul dan peristiwa yang dialami dalam penyebaran Islam serta peperangan–peperangan dalam Islam. Setelah itu dikemukakan biografi para sahabat, ada tercatat sebanyak 62 sahabat yang disusun pada bagian akhir dari qism ini. Qism kedua tentang persoalan akidah yaitu hal–hal yang berkaitan dengan keimanan sebagai misi utama nabi menegakkan akidah Islamiyah. Qism ketiga tentang ibadat seperti ibadah pokok yang tercakup dalam rukun Islam dan yang terkait dengannya. Qism keempat tentang akhlak, persoalan pergaulan hubungan sosial. Qism kelima tentang hukum keperdataan dan persoalan muamalah.

Karakteristik buku ini terletak dari sumber dan cara pembahasannya. Dalam membahas tema atau sub judul, selalu menggunakan hadis atau berdasarkan riwayat

Nabi, sahabat, tabi’in dan pendapat ulama. Sa‘id H{awwa tidak sekedar mengemukakan riwayat tapi ada juga disertai dengan komentarnya atau komentar ulama lain. Penyajian sumber khusus dari hadis Nabi diberi tanda dan diberi penomoran.58 Berkenaan dengan cara pembahasan demikian sangat tepat bukunya

57Sa‘id H{awwa, ar-Rasul (Kairo: Maktabah Wahbah, t.th),3-4

58 Lihat bagian pendahuluan buku. Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi as–Sunnah (Kairo: Darussalam, 1995/1416), Cet. Ke–3, jilid I, 32

dinamai dengan al–Asa>s fi as–Sunnah. Artinya semua keterangan dalam buku tersebut berdasar pada Sunnah Nabi.

Pembahasan–pembahasan seperti mengenai sejarah pertumbuhan Islam dijelaskan dengan Sunnah, perkara menyangkut ibadah semuanya dijelaskan dengan menyajikan Sunnah apa adanya. Analisa pengarangnya sangat terbatas bahkan untuk memperkuat bahasan dikutip dari riwayat juga atau pendapat ulama yang adakalanya juga mengutip dari riwayat. Untuk penjelasan dari pengarangnya dimulai dengan menyatakan قأ aqûlu. Bisa dikatakan pendekatan (madkhal) kitab al–Asa>s fi as-Sunnah ini seperti penyusunan kitab tafsir bi al–Ma’thu>r, misal yang populer tafsir karya at}-T{abari.

Sunnah yang menjadi dasar pembahasan buku ini menunjukkan bahwa Sa‘id H{awwa juga menguasai bidang hadis disamping sebagai ahli tafsir. Kenyataan ini berbanding lurus dengan uraian dalam tafsirnya yang sering menggunakan hadis untuk memperkuat keterangannya.

7. Jaula>t fi al–Fiqhaini al–Kabi>r wa al–Akbar wa Us}u>lihima 8. S{ina>‘ah ash–Shabba>b

9. Akhla>qiyya>t wa Sulu>kiyya>t fil Qarnil Kha>mis ‘Asyar al–Hijri 10.Jundullah Takht}i>t}an wa Tanz}i>man

11.Hadhihi Tajribati> wa Hadhihi Shahadati> 12.Ihya>’ur Rabba>niyyah

13.Ija>zah Takhas}s}us} ad-Du‘a 14.Allah Jalla> lah

15.Al–Asa>s fi at–Tafsi>r

D. Kajian Umum tentang Kitab Tafsir Sa‘id H{awwa 1. Nama Kitab dan Sistematika Penulisan

Untuk mengenali lebih jauh tafsir Sa‘id H{awwa ini, pertama harus diketahui nama asli kitabnya. Kitab tafsir karya Sa‘id H{awwa ini dinamakan oleh penyusunnya dengan al–Asa>s fi at–Tafsi>r. Bila dipahami dengan pengertian

bahasa Indonesia berarti dasar dalam penafsiran. Pengertian ini bisa dimaksudkan bahwa penafsiran yang digunakan kitab ini sangat memperhatikan hubungan antar ayat yang ada kesesuaian yang dalam ilmu tafsir dikenal dengan munasabah Alquran. Kedua, tafsir ini sering mengutip atsar baik dari Nabi atau sahabat. Dua hal diatas merupakan pokok atau dasar dalam menafsirkan Alquran yang bagi Sa‘id H{awwa menjadi perhatian utama dalam tafsirnya.

Kitab tafsir ini terdiri dari 11 (sebelas) jilid besar termasuk karya monumental

dari Sa‘id H{awwa yang mencerminkan bahwa ia seorang mufasir dengan berupaya menggali hubungan ayat dan surat dalam Alquran. Kitab tafsir yang dijadikan penelitian ini merupakan terbitan dari penerbit Darussalam, Mesir. Tahun terbit 2003 M/1424 H dengan cetakan keenam. Dalam jilid pertama kitab tersebut dicantumkan pengantar penerbit oleh Abdul Qadir Mahmud al-Bukar yang terdiri dari dua halaman. Kemudian disusul pengantar penyusun (al–Asa>s fi al–Manhaj) tentang metode pembahasan mengenai uraian kitab tafsir yang digunakan oleh penulisnya. Masih dalam jilid satu dikemukakan pengantar kitab tafsir al–Asa>s ( Muqaddimah al–Asa>s fi at–Tafsi>r) yang memberikan penjelasan tentang karakteristik kitab tafsir ini serta keistimewaannya dibandingkan kitab tafsir lain.

Tafsir ini disusun seperti kitab tafsir besar yang lain dengan menguraikan penafsiran secara mendalam dan rinci yang mencapai 11 jilid tebal. Penulisan kitab

tafsir ini seperti diterangkan oleh Sa’id H{awwa dalam pendahuluan kitabnya yaitu ketika ia menjalani masa tahanan politik semasa pemerintahan H{a>fiz} al–Asad dalam kurun waktu sekitar 1973–1978.59 Cara penyajian uraian seperti ini dikenal juga dalam dunia tafsir dengan metode tahli>li. Penulisan tafsir ini menggunakan 4 kitab tafsir sebagai rujukan utama yaitu tafsir Ibnu Kathi>r, an–Nasafi, al–Alu>siy dan Sayyid Qut}b. Karakteristik kitab ini terletak pada analisis aspek muna>sabah60

59Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 1, Cet. Ke–6, 21

60

Ilmu Muna>sabah merupakan bagian cabang dari Ilmu Alquran seperti ilmu Na>sikh–

dengan konsep seperti ditegaskan penyusunnya yaitu kesatuan Alquran (al–Wah}dah al–Qura>niyyah).61

Selain itu, dinyatakan juga dalam pendahuluan tafsir ini bahwa orientasi penulisan tafsir ini berorientasi untuk menjelaskan aspek aqidah (ushuluddin), fiqh, ru>h}iyyah, sulu>kiyyah. Dua hal terakhir berkenaan dengan kajian tasawuf dan prilaku menempuh jalan tasawuf.62

Sistematika penulisan kitab tafsir secara umum yaitu dalam setiap jilid Sa‘id H{awwa selalu mengemukakan pendahuluan sebelum masuk dalam penafsiran surat–

surat Alquran. Paparan menyangkut kategori surat sesuai yang dibagi menurut jumlah ayat oleh Sa‘id H{awwa. Setiap surat yang ditafsirkan terlebih dahulu pada awal surat dijelaskan munasabahnya dengan surat–surat lainnya. Biasanya dikutip dari penjelasan Sayyid Qut}b dalam tafsir Fi> Z{ila>lil Quran dan al–Alu>siy dalam tafsir Ru>h}ul Ma‘a>ni.

Runtutan penafsiran disesuaikan dengan urutan surat–surat seperti yang terdapat dalam Mushaf.

Jilid kesatu, penafsiran diawali dengan surat al–Fa>tih}ah (1) dan al–Baqarah (2) sampai ayat 286.

Jilid II, dari Surat Ali Imran (3) sampai an–Nisa>’ (4) ayat 176. Jilid III, al-Ma>idah (5) sampai al–An‘a>m (6) ayat 165. Jilid IV, al–A‘ra>f (7) sampai at–Taubah (9) ayat 129. Jilid V, Yunus (10) sampai Ibrahim (14) ayat 52. Jilid VI, al–H{ijr (15) sampai Maryam (19) ayat 98. Jilid VII, T{a>ha (20) sampai al–Qas}as} (28) ayat 88. Jilid VIII, al–‘Ankabu>t (29) sampai S{ad (38) ayat 88. Jilid IX, az–Zumar (39) sampai Qaf (50) ayat 45

Jilid X, adz –Dhariya>t (51) sampai al–Qalam (68) ayat 52

61

Lihat pendahuluan kitab tafsir ini; Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 1, Cet. Ke–6, 21

62Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 1, Cet. Ke–6, 30

Jilid XI, al–Ha>qqah (69) sampai an-Na>s (114) ayat 663

Untuk memudahkan penyajiannya disusunlah sistematika dengan membagi kelompok surat–surat dalam Alquran. Sa‘id H{awwa memberikan pengkategorisasian pada 4 macam atau qism:pertama; T{iwa>l64 yaitu (al-Baqarah/2 sampai surat Bara>-ah / 9 ), kedua; Mi-in yaitu (Yunus/10 sampai al–Qas}as}/28), kelompok ini dibagi pula oleh Sa‘id H{awwa menjadi tiga bagian yang disebutnya dengan al-Majmu‘a>t berdasarkan kepada makna yang dikandungnya.65 Ketiga; Matha>ni yaitu (al–‘Ankabu>t/29 sampai surat Qaf /50).66 Keempat; Mufas}s}al67 yaitu (adh

63

Berdasarkan penelusuran dari kitab tafsir Sa‘id H{awwa dari jilid 1-11

64 Menurut Sa‘id H{awwa yang termasuk kategori ini adalah tujuh surat panjang diawal Alquran. Ketika menentukan qism t}iwalini Sa‘id H{awwa menjadikan surat al-Anfa>l dan surat at–

Taubah sebagai yang ketujuhnya. Surat ini dianggap satu karena tidak dibatasi dengan lafaz Bismilla>hir rahma>nir rahi>m. Ini sebatas digunakan untuk mengelompokkan bagian Alquran. Ia mendasarkan pandangannya pada sebuah hadis dari Aisyah dan Abu Hurairah yang menyebutkan tujuh surat pertama seperti demikian. Lihat, Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 1, Cet. Ke–6, 53

65

Untuk al-Majmu>‘ah pertama dimulai dari surat Yunus, Hud, Yu>suf, ar–Ra’d dan Ibrahim. Al-Majmu>’ah kedua dimulai dari surat al–H{ijr, an–Nah}l, al–Isra’, al–Kahfi dan Maryam. Al–Majmu>’ah ketiga dimulai dari surat T{a>ha, al–Anbiya>’, al–H{ajj, al–Mukminu>n, an–Nu>r, al–Furqa>n, ash–Shu‘ara>’, an–Naml dan al-Qas}as}. Dijelaskan oleh Sa‘id H{awwa surat al–

Qas}as} terdiri dari 88 ayat yang mendekati mi-ah (100) ئ م sedangkan setelah surat al-Qas}as} yaitu surat al–‘Ankabu>t yang memuat 69 ayat. Dari itu dijadikanlah surat al–‘Ankabu>t ini sebagai awal dari qism matha>ni. Lebih lanjut lihat; Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 5, Cet. Ke–6, 2407

66

Sama dengan qism mi’in yang sebelumnya, pada qism matha>ni ini juga dibagi menjadi 4 al-Majmu>‘at. Al–Majmu>‘ah I dari surat al–‘Ankabu>t sampai surat Ya>sin, al–Majmu>‘ah II dari surat as}-S}affa>t dan surat S{ad, al–Majmu>‘ah III dari surat az-Zumar, al-Mukmin (Gha>fir) dan Fus}s}ilat (ha>mim sajadah), al–Majmu>‘ah IV dari surat ash–Shu>ra sampai surat Qaf. Periksa; Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 8, Cet. Ke–6, 4149.

67

Qism Mufas}s}al ini terbagi pula kepada 15 al–Majmu>‘at. Al–Majmu>‘ah I dari surat adh- Dhariyat sampai surat al–Wa>qi’ah, al–Majmu>‘ah II terdiri dari surat al–H{adi>d dan al–

Muja>dalah, al- Majmu>‘ah III terdiri dari surat al–H{ashr dan al–Mumtah}anah, al –Majmu>‘ah IV dari surat as}–S}aff, al –Jumu‘ah dan al–Muna>fiqu>n, al–Majmu>‘ah V dari surat at–Tagha>bu>n, at–T{alaq, at–Tah}ri>m, al–Mulk dan al–Qalam,al- Majmu>‘ah VI dari surat al–Ha>qqah sampai al–Muddaththir. Sedangkan al – Majmu>‘ah VII terdiri dari surat al–Qiya>mah dan al–Insa>n, al–

Majmu>‘ah VIII terdiri dari al–Mursala>t dan an–Naba>’, al- Majmu>‘ah IX dari an–Na>zi‘a>t,

‘Abasa, at–Takwi>r dan al–Infit}a>r. Sementara itu al–Majmu>‘ah X terdiri dari surat al–Mut}affifin dan al–Inshiqa>q, al–Majmu>‘ah XI dari surat al–Buru>j, at}–T{a>riq, al–A‘la dan al–Gha>shiyah, al–Majmu>‘ah XII meliputi surat al–Fajr, al–Balad, ash–Shams, al–Layl, ad}–D{uh}a dan ash–

Sharh}. Adapun al–Majmu>‘ah XIII yaitu surat at–Ti>n, al–‘Alaq, al-Qadr, al–Bayyinah dan az–

Zalzalah. Al–Majmu>‘ah XIV terdiri dari surat al–‘A<diya>t, al-Qa>ri‘ah dan at–Taka>thur. Kelompok terakhir al-Majmu>‘ah XV meliputi surat al-‘As}r, al–Humazah, al–Fi>l, Quraish, al–

Ma>’u>n, al–Kauthar, al–Ka>firu>n, an–Nas}r, al–Lahab (al-Masad), al–Ikhla>s}, al–Falaq dan an–Na>s.Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 11, Cet.

Dhariya>t/51 sampai surat an–Na>s/114 ).68 Pembagian seperti ini merupakan suatu cara bagi Sa‘id H{awwa menyajikan susunan surat dengan pertimbangan melihat aspek muna>sabahnya.