• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tafsir tentang Ayat-Ayat Sabar

127Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 9, Cet. Ke–6, 5080

Dalam kitab Ta’ri>fa>t dijelaskan bahwa sabar adalah tidak mengeluh atau mengadu bila ditimpa sakit melainkan menyerahkan kepada Allah, diberikan contoh kasus yang dialami nabi Ayyu>b,

ي حا ا مح أ ت أ ض ا ى سم ى هب د يأ

Seseorang hamba bila berdoa kepada Allah untuk menghilangkan sakit yang diderita,

hal itu tidaklah merusak akan arti kesabaran. Rasul bersabda, “ Siapa yang

memperoleh kebaikan hendaklah memuji Allah, bagi yang tidak memperoleh jangan mencela kecuali pada diri sendiri.128 Sahl pernah menyatakan bahwa sabar yaitu menanti datangnya kelapangan dari Allah (Allah melepaskan duka cita). Sabar adalah pengabdian paling baik dan paling tinggi menghadapi sesuatu.129 Sementara itu Raghib As}fahani mengatakan sabar ialah menahan diri dari hal–hal yang sekalipun dibenarkan secara akal dan shara’.130

Artinya dapat menahan diri sekalipun yang dikehendaki itu tidak menyalahi secara akal dan aturan shara’. Misal tidak melakukan belanja yang melebihi keperluan walau dengan uang sendiri. Apalagi jika mendapat musibah tidak mengeluh dan gelisah. Dengan demikian sabar mempunyai 2 cabang yaitu menahan diri dari memperturutkan keinginan walaupun dalam tahap wajar kedua menahan diri dari derita musibah tanpa mengeluh.

Mengenai sabar sebagai salah satu ajaran tasawuf banyak dijelaskan aspeknya dalam Alquran. Berikut ini akan diuraikan penafsiran Sa‘id H{awwa terkait dengan ayat–ayat yang membicarakan tentang sabar.

1. Ayat 45 surat al–Baqarah (2)

Dalam ayat ke 45 surat al–Baqarah (2), Allah mengemukakan sabar yang diiringi dengan s}alat, digunakan sebagai media memohon pertolongan kepada Allah.

128

Syarif Ali bin Muhammad al–Jarjani, Kitab Ta’rifa>t (Beirut: Darul Kutub Ilmiah, 1988/1408 H), Cet. Ke–3, 131

129

Anwar Fuad Abi Khaza>m, Mu’jam al–Mus}t}alaha>t as}-S{u>fiyyah (Beirut: Maktabah Lubnan, 1993), Cet. Ke–1, 107. Lihat juga; Tustari, Sahl At–Tustari, Tafsi>r at–Tustariy (Beirut: Da>rul Kutub al–Ilmiyah, 2002/1423), Cet. Ke–I, 204

130

Raghib Ashfahani, Mu’jam Mufradat Alfaz al – Quran, Beirut : Darul Kutub Ilmiah, 2004 / 1425 H, h. 306

Sa‘id H{awwa menafsirkan makna ayat diatas;

ها مأب يق ا ى ع ئا ا ءا ا ى ع ها ى م جئا ح ى ع اص ا ص ب ا يعتسا

ه ك

.

132

Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan s}alat terhadap segala kebutuhanmu, dalam menghadapi cobaan,bencana dan dalam melaksanakan semua perintah Allah.

Untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan ini senantiasalah untuk bermohon kepada Allah supaya apa yang diharapkan dapat diwujudkan sesuai kehendak Allah. Dengan sikap sabar dalam bermohon kepada Allah, diri merasakan dekat denganNya dan hati memiliki ketergantungan kepada Allah. Disebutkan oleh al-Jailani mengenai sabar karena Allah yaitu hati merasakan cinta dan dekat dengan Allah.133 Melihat makna yang dikemukakan Sa‘id Hawwa selintas terlihat biasa

namun memiliki makna sufistik yang dalam bahwa sabar dalam melaksanakan

perintah Allah menjadikan hamba semakin dekat denganNya. Sa‘id Hawwa

mendorong agar manusia dalam beribadah selalu memohon pertolongan Allah untuk dapat melaksanakan semua perintahNya.

Selanjutnya ditafsirkan oleh Sa‘id H{awwa tentang makna puasa;

ص ا فص ص ا اس ا هي ع ه ق ص ب ه ص ا سف

.

134

Makna sabar pada ayat tersebut adalah puasa sebagaimana Nabi saw pernah mengatakan bahwa puasa itu setengah dari kesabaran.

131

Artinya; Mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan s}alat, sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang yang khushu’. Alquran dan Terjemahnya, Depag-Mujamma’ al-Malik al-Fahd al-Madinah al-Munawwarah, 1415 H

132Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 1, Cet. Ke–6, 139

133

Abdul Qadir Al-Jailani,. al-Fathu ar-Rabbaniy wa al-Faydu ar-Rahmaniy. Tahqi>q: Shaikh Anas Mihrah (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1424/2003), Cet.ke-2,157

134Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 1, Cet. Ke–6, 139

Berdasarkan penafsiran diatas yang menjadikan batin manusia terasa suci dan dekat dengan Allah yaitu puasa.135 Pengertian sabar sebagai puasa juga dikemukakan oleh Tustari dalam tafsirnya.136 Puasa yang benar, bertujuan untuk membentuk rohani yang bersih. Dengan menjalankan puasa yang sesungguhnya mengharap rid}a Allah maka kesucian hati semakin meningkat.

Dapat dipahami bahwa puasa merupakan sarana dalam memohon pertolongan Allah. Makna dasar yang terkandung dalam puasa adalah menciptakan kesabaran jiwa, sedangkan tujuan hakiki puasa untuk merasakan hubungan yang dekat dengan Allah sebagai ciri orang bertaqwa.137 Dengan menjalankan puasa yang benar (mengetahui rahasianya) maka seseorang terlatih untuk selalu merasakan kehadiran Allah dimana saja berada. Makna inilah yang dikandung dalam istilah taqwa.138

Bila hati suci maka anggota tubuh menjadi suci. Hati yang bersih bagian dari kebenaran rahasia antara manusia dan Tuhan. Rahasia itu ibarat burung dan hati menjadi sangkarnya, demikian dijelaskan oleh al-Jailani.139 Rahasia antara Tuhan dan manusia menurut pandangan al-Jailani diatas, terdapat dalam hati yang suci. Orang yang memiliki hati bersih akan memperoleh pengetahuan tentang rahasia ketuhanan (al-fath}u ar-rabba>niy). Untuk merasakan hubungan yang langsung atau wusu>l kepada Allah dapat dirasakan dengan kesucian hati. Artinya kesucian inilah yang dapat mengantar jiwa sampai menuju Allah.140

135

Hal yang sama tentang makna sabar dan salat juga dikemukakan oleh al-Alusi. Lihat; Al Alu>si, Ru>h} al-Ma‘a>ni fi> Tafsi>r al–Quran al-‘Az}i>m wa as-Sab’i al-Matha>ni (Beirut: Darul Kutub al–Ilmiyah, 1422/2001), jilid 1, 352.

136

Sahl At–Tustari, Tafsi>r at–Tustariy (Beirut: Da>rul Kutub al–Ilmiyah, 2002/1423), Cet. Ke–I, 31

137

Menjadi hamba bertaqwa merupakan tujuan dari melaksanakan ibadah puasa, lihat; QS. Al- Baqarah : 183

138ى عت ها ع ع ي م ك جم (menjauhkan segala sesuatu yang dapat menjauhkan engkau dari Allah). Anwar Fuad Abi Khaza>m, Mu’jam al–Mus}t}alaha>t as}-S{u>fiyyah (Beirut: Maktabah Lubnan, 1993), Cet. Ke–1, 61

139

Abdul Qadir Al-Jailani,. al-Fathu ar-Rabbaniy wa al-Faydu ar-Rahmaniy. Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1424/2003, Cet.ke-2, 156, Tahqi>q: Shaikh Anas Mihrah

140 اسإا ىف يسف ا ي ق ا حص ى عأا ظ ا ه هت ث عب يأ ا ها ى ص ا ا ه.(wus}u>l kepada Allah yang kami perhatikan sebagian buahnya (keistimewaannya) ialah kenyataan rahasia yang

Puasa dengan demikian menjadikan rohani suci kemudian bila rohani suci jalan untuk berkomunikasi langsung dengan Allah dapat dirasakan. S{alat merupakan cara untuk merasakan hubungan langsung dengan Allah. Rohani yang suci dan dapat merasakan hubungan langsung dengan Allah, itulah puncak yang dituju dalam kehidupan sufi.141 Hubungan yang dialami tidak dijelaskan dalam bentuk melihat Tuhan karena hal itu hanya terjadi di akhirat.142 S{alat yang sempurna menjadikan hati seseorang ikhlas kepada Allah terhindar dari waswas bisikan setan, pikiran kotor yang terlintas dalam hati dan merasakan kehadiran Tuhan disisinya.143 Puasa harus melahirkan kesabaran sebagai prasyarat dalam bermuna>jat sedangkan s}alat merupakan wujud pelaksanaannya. S}alat sebagai media komunikasi dengan Allah sangat tepat digunakan dalam bermohon kepada Allah.144

Puasa membentuk rohani suci merupakan jalan untuk mencapai ma‘rifah yang diwujudkan dalam s}alat. Oleh karena itu sabar dan shalat sangat berkaitan menuju hubungan langsung antara hamba dengan Tuhan.

Dari dua penafsiran diatas, disamping memaknai sabar dengan puasa mereka juga memandang bahwa puasa merupakan tangga awal untuk menuju berhubungan langsung dengan Allah. Pada dasarnya penafsiran Sa‘id H{awwa dan Tustari memiliki satu pandangan, seperti disebutkan diatas juga tafsir Tustari banyak kesamaan pemikiran dengan tafsir Sa‘id H{awwa.

Mengenai sabar dalam ayat diatas menurut tafsir Ibnu Arabi berarti sabar terhadap hal yang tidak disukai. Dijelaskan bahwa sabar dalam penafsirannya ini

tertinggi yang dirasakan oleh hati dan jiwa yang suci). Sa‘id H{awwa, Tarbiyatuna> ar–Ru>h}iyyah (Kairo: Darussalam, 1428 H/2007 M), Cet. Ke–9, 154

141Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 1, Cet. Ke–6,139

142Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 11, Cet. Ke–6, 6268 dan 6276.

143

Rasulullah bila ditimpa suatu musibah beliau mencari perlindungan dengan shalat. Dalam ayat ini shalat dapat juga ditafsirkan dengan doa sebagai makna dasar dari shalat. Lihat; Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 1, Cet. Ke–6,139

144

menuju ke maqa>m rid}a,145 Sabar pada ayat tersebut tidak diberikan makna lain oleh Ibnu Arabi namun ia menjelaskan bahwa bagi perjalanan suluk harus melewati maqa>m sabar untuk menuju maqa>m rid}a. Sabar dan rid}a dua hal yang tidak terpisah artinya bagi pelaku tasawuf bila berada dalam maqa>m sabar lanjutannya menumbuhkan didalamnya sifat rid}a.

Pandangan Ibnu Arabi tentang ayat ini menyatakan bahwa sabar adalah tangga untuk menuju rid}a. Sementara itu Tustari dan Sa‘id H{awwa menafsirkan sabar sebagai puasa dan menjadi tangga menuju ma‘rifah bagi Tustari, sedangkan Sa‘id H{awwa puasa landasan menyucikan jiwa menuju hubungan langsung dengan Allah, yang terwujud dalam s}alat. Sa‘id H{awwa menyatakan kalau melihat Tuhan dengan mata kepala hanya terjadi di akhirat.146 Pandangan tasawuf Sa‘id H{awwa ini mendorong kepada amal yang dapat dirasakan pengaruhnya didunia dan realistis dengan menghindari hal abstrak. Oleh karena itu penafsiran Sa‘id H{awwa lebih memperhatikan makna zahir dalam mengungkap makna isha>ri.

2. Ayat 18 surat Yusuf (12)

Pada ayat lain diterangkan tentang kesabaran yang dialami oleh nabi Ya‘kub terkait kasus yang menimpa nabi Yusuf seperti terdapat dalam surat Yusuf (12) ayat 18.

Sa‘id H{awwa menjelaskan;

145

Ibnu Arabi, Tafsi>r Ibnu Arabi (Beirut: Darulkutub al–Ilmiyah, 1427 H/2006 M), Jilid 1, Cet. Ke–2, 51

146 Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 11, Cet. Ke–6, 6268 dan 6276.

147

Artinya; Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya‘kub berkata, “ Sebenarnya dirimulah yang memandang baik perbuatan )yang buruk( itu, maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku, dan Allah sajalah yang dimohon pertolonganNya terhadap apa yang kamu ceritakan”. Alquran dan Terjemahnya, Depag-Mujamma’ al-Malik al-Fahd al-Madinah al-Munawwarah, 1415 H

أ ي ج ص مأف

:

جأ ي ج صف

,

مأا ا ه ى ع اي ج ا ص صأس

ها هج في ىتح

هفط ه عب

.

148

Maka kesabaran yang baik maksudnya kesabaran yang paling tinggi tingkat kesabarannya. Aku benar-benar akan sabar dengan sebaik-baiknya terhadap urusan ini sehingga Allah melapangkan dengan pertolongan dan kelembutannya.

Demikian penafsiran Sa‘id Hawwa memahami ayat tentang kesabaran nabi Ya‘kub, bahwa ia menunjukkan kesabaran yang sesungguhnya menghadapi tipuan saudara-saudara Yusuf. Kesabaran nabi Ya’kub yang dinyatakan dalam ayat diatas merupakan kesabaran yang teguh. Ia benar–benar menunjukkan kesabaran seraya mengharapkan pertolongan Allah sehingga Allah melepaskannya dari kesedihan.

Berkat kesabaran nabi Ya‘kub, kemudian Allah memberitahukan tentang peristiwa

yang menimpa Yusuf yang diperdayakan oleh saudaranya. Ini bentuk pertolongan

Allah yang dimohonkan nabi Ya‘kub dalam akhir ayat tersebut yang membuktikan kebohongan perkataan para saudara Yusuf.149

Selanjutnya dijelaskan oleh Sa‘id H{awwa tentang makna sabar tersebut;

ي ج ا ص ا

هفط ه عب ها في ىتح ق ا ى هيف شا م ه

.

150

Sabar yang sangat baik yaitu dalam artian tidak mengadukan persoalan kepada yang lain tapi menyandarkan langsung kepada Allah sehingga Allah memberi kelapangan. Dalam sabar ini mengandung tawakal dan rid}a.151 Pandangan Sa‘id

Hawwa tentang makna sabar diatas merupakan salah satu pengertian yang

148

Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 5, Cet. Ke–6,2638. Dikemukakan juga oleh al-Alusi; ي ج ص صف , ي ج ص مأف . Al-Alu>si, Ru>h}ul

Ma‘a>ni fi> Tafsi>r al-Qura>n al-‘Az}i>m wa as-Sab‘i al-Matha>n, Tah}qi>q: Sayyid ‘Imran (Kairo: Darul Hadis, 1426/2005), Jilid 6, 530. Setelah itu, al-alusi menguraikan analisis kebahasaan dengan rinci.

149Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 5, Cet. Ke–6,2638

150Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 5, Cet. Ke–6,2638. Makna ini terdapat juga dalam tafsir al-Alusi. Lihat; Al-Alu>si, Ru>h}ul Ma‘a>ni fi>

Tafsi>r al-Qura>n al-‘Az}i>m wa as-Sab‘i al-Matha>n, Tah}qi>q: Sayyid ‘Imran )Kairo: Darul Hadis, 1426/2005), Jilid 6, 530.

151

Sejalan dengan yang dikemukakan tafsir Ibnu Arabi bahwa dalam sabar pengantar menuju rid}a. Ibnu Arabi, Tafsi>r Ibnu Arabi (Beirut: Darulkutub al–Ilmiyah, 1427 H/2006 M), Jilid 1, Cet. Ke–2, 51

dikemukakan oleh para sufi.152 Sabar demikian mendorong seseorang untuk senantiasa merasakan lebih dekat dengan Tuhan.

Kesabaran menyangkut nabi Ya’kub berkaitan dengan objek yang dihadapi

yaitu persoalan yang menimpanya sesuatu yang tidak baik (musibah sayyi’ah يصم يس ). Musibah yang menimpanya dijadikan sebagai jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan memohon langsung pertolongan hanya kepada Allah.

Sikap nabi Ya’kub ini menunjukkan keterkaitan antara sabar dan datangnya

pertolongan Allah.153 Dalam ayat juga digambarkan terlebih dahulu kondisi tingkat

kesabaran nabi Ya’kub kemudian dikemukakan sikapnya yang semata- mata memohon pertolongan Allah.

Sabar dengan tidak mengadukan pada yang lain merupakan wujud tauhid yang sangat murni. Contoh nabi Ya’kub diatas menentang cara yang dilakukan bila mengarah pada kemusyrikan. Biasa manusia bila menghadapi suatu musibah (seperti kehilangan, kebangkrutan, sakit dan sebagainya) sering lupa diri sehingga minta petunjuk pada orang “sakti”, mengorbankan akidah atau menempuh cara yang bertentangan dengan akidah Islam. Mengatasi persoalan yang dihadapi dengan cara seperti demikian sangat dilarang dalam Islam, sebab dalam prakteknya mengandung rasa putus asa manusia dengan Tuhan. Melalui ayatnya Allah mencela perbuatan demikian.

Artinya; Ia berkata,” Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat

Tuhannya kecuali orang yang sesat. al–H{ijr (15): 56)154

Kehilangan asa dari manusia terhadap Tuhan akan membuat hubungan dengan Tuhan bertambah jauh, semakin jauh hubungan dengan Tuhan mengakibatkan hati menjadi rusak (tidak suci). Keadaan seperti inilah yang dicela Tuhan, karena Tuhan

152

Lihat; Anwar Fuad Abi Khaza>m, Mu’jam al–Mus}t}alaha>t as}-S{u>fiyyah (Beirut: Maktabah Lubnan, 1993), Cet. Ke–1, 107.

153Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 5, Cet. Ke–6,2638.

154

Alquran dan Terjemahnya, Depag-Mujamma’ al-Malik Fahd Madinah al-Munawwarah, 1415 H

menjadi dikesampingkan. Mengapa manusia dapat menjauh dari Tuhan padahal Tuhan begitu dekat.

ى عد ا ىعا ا عد يجأ ي ق ى ف ى ع د ع ك أس ا

,

Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku maka sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu.155

Persoalannya adalah bagaimana manusia dapat merasakan kedekatan dengan Tuhan. Oleh karena itu, dengan memahami rahasia kesabaran secara hakiki akan memunculkan jiwa yang suci dan merasakan berada dekat disisiNya. Disinilah makna sufistik yang dibangun oleh sifat kesabaran yaitu terciptanya hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan. Sabar dalam makna ayat diatas termasuk yang dimaksud oleh ahli hakikat, prilaku dan akhlak mereka tertanam kesabaran. Karena mereka melihat sabar bagian dari tanda kemanusiaan dan sebagai salah satu sifat manusia.156

Adapun at-Tustari menafsirkan sabar dalam surat Yusuf ayat 18 yaitu

عم ص ا

ض ا

sabar mengandung rid}a. Tandanya adalah tidak mengeluh menghadapi musibah apa saja. At-Tustari ditanya, dengan bagaimana sabar yang paling baik itu diperoleh jawabnya yaitu dengan menyadari bahwa sesungguhnya Allah menyertaimu.157 Artinya seseorang harus dapat menyadari dan merasakan bahwa Allah sangat dekat denganNya. Dalam sabar tersebut hati senang menerima dan menghadapi segala sesuatu yang menimpa. Sabar dan rid}a merupakan dua hal yang menyatu dan saling mengisi. Dalam sabar menurut penafsiran at-Tustari mengandung rid}a, karena itu rid}a tidak bisa dipisahkan dalam sabar.

Melihat makna sabar dalam ayat ini sebagaimana dijelaskan oleh at-Tustari dalam tafsirnya mengandung pemahaman yang sama dengan yang dinyatakan Sa‘id

Hawwa. Pandangan Sa‘id Hawwa diatas berdasarkan penafsiran al-Alusi memiliki

155

Alquran surat al-Baqarah: 186, Alquran dan Terjemahnya, Depag-Mujamma’ al-Malik al-Fahd al-Madinah al-Munawwarah, 1415 H

156

Hasan Sharqawi,Mu‘jam Alfaz} as}-S}ufiyyah (Kairo: Muassasah Muhktar, 1987) Cet.ke-1,187

157

Sahl At–Tustari, Tafsi>r at–Tustariy (Beirut: Da>rul Kutub al–Ilmiyah, 2002/1423), Cet. Ke–I,81

makna yang sama. Pendapat yang dikemukakan Sa‘id H{awwa nya tidak bisa lepas

dari tafsir yang dijadikan rujukan. Makna isha>ri yang dikemukakannya masih berlandaskan pada makna zahir ayat. Penafsiran mereka pada intinya memberikan kesadaran kepada manusia agar selalu merasakan kedekatan dengan Tuhan. Sabar yang sesungguhnya harus dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. Pengertian yang disampaikan ini sesuai dengan ajaran agama dan mudah memahami dan melaksanakannya.

Kemudian Tustari mengatakan bahwa ia heran orang yang tidak memiliki sifat sabar sebab bagaimana ada orang yang tidak bisa bersabar padahal Allah selalu bersama orang yang sabar.158 Maknanya bahwa Allah itu sangat dekat dengan hambanya yang bisa sabar, mengapa harus mengorbankan tauhid dengan meminta pertolongan hal gaib atau perkara yang gaib kepada sesama makhluk. Ini menunjukkan ketidaksabaran menghadapi musibah. Ditegaskan oleh al-Jailani, tidak akan memberikan manfaat pengaduanmu kepada makhluk dan juga tidak mendatangkan bahaya bila kamu menyandarkan kepadanya.159 Allah sangat mencela orang seperti demikian yang ditegaskan dalam surat fus}s}ilat (41) ayat 49;

Artinya; Manusia tidak jemu memohon kebaikan dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.160

3. Ayat 5 surat al–Ma‘a>rij (70)

Berkaitan dengan kedudukan sabar ini ditemukan ayat yang diawali dengan kalimat perintah seperti terdapat dalam surat al–Ma‘a>rij (70) ayat 5. Dari struktur

158

( ق ا .( ي ب ص ا عم ها : قي ع ا , ح ا صي م فيك ا صي م م ت جع

:

153 . Sahl At–Tustari, Tafsi>r at–Tustariy (Beirut: Da>rul Kutub al–Ilmiyah, 2002/1423), Cet. Ke– I, 81

159 م ي ع تعا ا ك ضي ا ك عف ي ا ق ا ى ا ش كعف ي شي ه ئ صم ق ا ى ي م ي . Lihat; Abdul Qadir Al-Jailani,. al-Fath}u ar-Rabbaniy wa al-Fayd}u ar-Rah}ma>niy, Tahqi>q: Shaikh Anas Mihrah (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1424/2003), Cet.ke-2, 111-112.

160

Alquran dan Terjemahnya, Depag-Mujamma’ al-Malik Fahd Madinah al-Munawwarah, 1415 H

ayat, sabar dalam hal ini merupakan sikap nabi Muhammad ketika menghadapi pertanyaan seseorang tentang mendatangkan azab untuk orang kafir.

اي ج ا ص ص ف

161

أ

:

ش ا ج اب

.

162

Dinyatakan oleh Sa‘id H{awwa dalam tafsirnya;

Secara zahirnya ayat ini mengajak bersabar dan jangan terburu-buru, seperti dijelaskan al-Alusi. Makna ayat ini sekaligus memberi pengajaran kepada nabi Muhammad dalam bersabar.163 Sa‘id H{awwa menafsirkan ayat ini dengan sabar tanpa mengeluh ataupun mengadu (shakwa>).164 Sabar dalam ayat ini redaksinya hampir sama dengan ayat yang dibahas pada ayat diatas. Makna sufistik yang

dikemukakan Sa‘id Hawwa memiliki semangat yang sama dengan makna ayat tersebut. Bila dicermati lebih dalam, makna tidak mengeluh yang dikemukakan Sa‘id

Hawwa menunjukkan sikap rid}a. Seperti dijelaskan terdahulu rid}a dan sabar dalam prakteknya sulit dipisahkan dalam tinjauan tasawuf. Bahkan at-Tustari menegaskan seperti demikian dalam menafsirkan ayat 18 surat Yusuf yang diatas.165

Perintah sabar dalam ayat ini merupakan respon yang yang harus ditunjukkan oleh nabi Muhammad terkait dengan orang yang meminta disegerakan azab. Karena orang kafir memandang azab itu mustahil munculnya.166 Demikian Sa‘id H{awwa memahami ayat diatas dengan mengutip Ibnu Kathir.

161

Artinya; Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. Alquran dan Terjemahnya, Depag-Mujamma’ al-Malik al-Fahd al-Madinah al-Munawwarah, 1415 H

162 Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 11, Cet. Ke–6, 6133. Makna dasarnya terdapat dalam tafsir al-Alusi yang dikembangkan oleh Sa‘id H{awwa.

163 جعتست ا ص ف Al-Alu>si, Ru>h}ul Ma‘a>ni fi> Tafsi>r al-Qura>n al-‘Az}i>m wa as

-Sab‘i al-Matha>n, Tah}qi>q: Sayyid ‘Imran )Kairo: Darul Hadis, 1426/2005(, Jilid 6, 530.

164

Makna ini seperti diungkapkan al-Jarjani. Lihat; Syarif Ali bin Muhammad al–Jarjani,

Kitab Ta’rifa>t (Beirut: Darul Kutub Ilmiah, 1988/1408 H), Cet. Ke–3, 131. Lihat juga; Abdul Qadir Al-Jailani,. al-Fath}u ar-Rabbaniy wa al-Fayd}u ar-Rah}ma>niy, Tahqi>q: Shaikh Anas Mihrah (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1424/2003), Cet.ke-2, 111.

165

Sahl At–Tustari, Tafsi>r at–Tustariy (Beirut: Da>rul Kutub al–Ilmiyah, 2002/1423), Cet. Ke–I, 81

166 Sa‘id H{awwa, al–Asa>s fi at–Tafsi>r (Kairo: Darussalam, 1424 H/2003 M), Jilid 11, Cet. Ke–6, 6133

Sementara itu Tustari juga menyatakan dalam tafsirnya bahwa sabar adalah rid}a tanpa mengadukan ش يغ م ض sehingga tidak menjadi resah. Menurut Tustari, seseorang mengadu dalam bersabar berarti itu suatu musibah / kecelakaan baginya dalam pandangan Allah. Seseorang hamba bila masih mengadu, mengeluh maka ia masih terikat dengan prilaku dirinya (kehendak nafsu) yang mendorongnya berpaling pada kekuatan lain dari pada tetap dalam kesabaran.167 Sabar yang dikehendaki ayat menurut Tustari adalah sifat sabar yang konsisten tidak dicemari oleh keluhan yang menyebabkan hilangnya hakekat kesabaran. Sesuai dengan penjelasannya tentang ayat 18 diatas, dalam sabar mengandung rid}a sebab sabar demikianlah yang harus melekat pada diri dalam rangka mensucikan rohani.

Mengenai sabar dalam ayat diatas, Ibnu Arabi menjelaskan bahwa menurut orang kafir azab yang dijanjikan kepadanya dianggap masih jauh bahkan bisa jadi mustahil sebab pada mereka ada hijab.168 Ibnu Arabi dalam menafsirkan ayat ini menyorot makna sabar dengan menjelaskan hal yang melatarbelakangi bersikap sabar. Dalam penjelasannya, ia mengaitkan uraiannya dengan kandungan ayat pertama dan kedua bahwa sabar dalam hal ini terkait dengan terealisasinya azab bagi