• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. HIDUP DOA PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI

C. Keadaan Praksis Hidup Doa Para Suster CB Wilayah DIY…. 42

1. Aspek Rohani

Pembinaan aspek rohani bertujuan agar para suster yunior semakin memiliki cinta yang personal dengan Allah, sehingga membawanya memasuki misteri kasih Allah dan terus berusaha untuk hidup dalam Roh (Konst, no 29-34,49). Aspek-aspek rohani yang dilaksanakan dan dihidupi oleh para suster yunior selama ini meliputi: Rekoleksi, Triduum, retret, perayaan ekaristi, doa yang meliputi doa pribadi, doa batin dan doa bersama. Selain itu bacaan rohani,

mawas diri, menerima sakramen tobat, bimbingan rohani baik secara pribadi maupun bersama.

a. Rekoleksi, Triduum dan retret

Rekoleksi, Triduum dan retret merupakan waktu yang sangat berharga untuk memperdalam dan menguatkan hidup batiniah dan rohaniah seseorang dengan mengintensifkan waktu untuk berdoa. Juga menjadi kesempatan untuk melihat, merefleksikan segala pengalaman hidup di hadapan Tuhan maka dibutuhkan suasana silentium penuh (Darminta, 1981b: 54). Lebih lanjut Darminta menjelaskan bahwa Rekoleksi, Retret bertujuan untuk meninjau, mengarahkan, memperbaharui hidup, menimba kekuatan dan membentuk kemerdekaan rohani untuk meneruskan perjalanan hidup panggilan sesuai dengan kehendak Tuhan. Rekoleksi, Retret juga merupakan kesempatan penyatuan dan pengendapan pengalaman hidup dalam terang hidup rohani yaitu hidup yang dipenuhi dengan cinta (Darminta, 1982: 62-65).

Pelaksanaan rekoleksi khusus untuk para suster yunior wilayah DIY disesuaikan dengan kebutuhan. Namun para suster yunior sebagai anggota komunitas secara khusus yang berada di wilayah DIY juga mengikuti rekoleksi komunitas setiap bulan satu kali. Pelaksanaan rekoleksi sebagai kelompok para suster yunior diadakan setahun tiga kali. Tempatnya berpindah-pindah sesuai dengan kesepakatan bersama pengurus Yunior juga komunitas yang akan ditempati. Nara sumber untuk pertemuan rekoleksi berfariasi, seorang imam, suster atau awam disesuaikan dengan tema yang telah disiapkan dan sepengetahuan pimpinan komunitas dan suster pembimbing Yunior. Triduum

diadakan ketika seorang suster Yunior akan membaharui kaulnya. Triduum diadakan selama tiga hari dan ada imam atau suster yang mendampingi selama triduum. Retret diadakan setiap tahun sekali selama delapan hari dan tema yang dipilih menyesuaikan tema umum program pembinaan kongregasi jangka panjang dan program pembinaan kongregasi setiap tahunnya. Tentu semua program yang telah ada disesuaikan juga dengan kebutuhan rohani para suster yunior. Pembimbing selama retret berfariasi, seorang suster atau seorang imam yang telah disetujui oleh Dewan Pimpinan Provinsi atau suster pendamping suster yunior.

b. Perayaan Ekaristi

Hidup religius adalah hidup mengikuti Yesus dalam misteri Paskah, sengsara wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Maka perayaan Ekaristi menjadi dasar hidup dan pusat hidup sehingga mengajak kita untuk berbagi kasih, cinta kepada sesama. Dengan kata lain hidup ekaristi menjadi hidup dalam hidup keseharian kita (Darminta, 1981b: 49-50).

Para suster yunior yang berada di wilayah DIY dimungkinkan untuk dapat mengikuti perayaan ekaristi setiap hari. Kesempatan ini sungguh disyukuri karena Perayaan ekaristi menjadi pusat hidup doa yang menjadi kekuatan dan menyatukan para suster sehingga dimampukan dalam ikut ambil bagian dalam karya kerasulan kongregasi. Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh kehidupan kristiani (Konst, no. 54).

Para suster yunior CB secara khusus yang berada di wilayah DIY sangat bersyukur bahwa selalu ada pelayanan Perayaan Ekaristi yang mengajaknya untuk ikut ambil bagian di dalamnya. Para suster menyadari betapa pentingnya mengikuti perayaan Ekaristi yang memberi kekuatan serta menjadikan mereka senantiasa selalu rindu akan Allah yang menyelamatkan di dalam hidup dan perutusannya.

c. Doa pribadi, doa batin, dan doa bersama

Sebagai suster yunior juga menjadi bagian dari kongregasi sekaligus menjadi bagian dari komunitas, maka pelaksanaan doa-doa yang dilakukan oleh para suster yunior, dilakukan bersama dalam komunitas. Misalnya: ibadat pagi, ibadat sore, adorasi dihadapan sakramen maha kudus setiap hari kamis pukul 18.00. Meditasi dan kontemplasi terpimpin dilakukan bersama, meskipun tidak semua komunitas melakukannya. Meditasi dan kontemplasi kebanyakan dilakukan secara pribadi oleh para suster. Waktunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing para suster karena tugas kuliah dan karya yang berbeda pula. Para suster juga belajar dari pengalaman kontemplasi Salib Bunda Elisabeth yang menjadi kekuatan rohani yang luar biasa dan menjadi pengalaman berharga, secara khusus para suster Yunior yang sedang berproses dalam membangun hidup doa yang lebih mendalam. Para suster juga mengalami bahwa dengan meditasi dan kontemplasi membantu para suster semakin mengenal Allah di dalam kehidupan sehari-hari. Maka meskipun mengalami jatuh bangun dalam membangun hidup doa para suster senantiasa mengupayakan waktu dan

kesempatan untuk memelihara relasi yang mendalam dengan Allah yang menjadi kekuatan dalam melaksanakan kehendak Allah, terlebih dalam perutusan studi atau karya saat ini yang dipercayakan kongregasi kepada mereka. Karena tanpa hidup doa apapun yang dilakukan terasa kering, hambar, tidak berarti dan tidak bernilai (Indrakusuma, 1981: 90).

d. Bacaan rohani

Kegunaan bacaan rohani adalah untuk memahami dan mewujudkan apa yang menjadi kehendak Allah dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga memberikan keseimbangan terhadap hidup rohani seseorang. (Darminta, 1982: 65-66).

Demikian juga dengan para suster yunior mengembangkan diri dengan setia menyediakan waktu untuk bacaan rohani, sehingga memberi inspirasi dalam membangun hidup doa serta menimba spiritualitas kristiani dalam memupuk hidup panggilannya. Para suster yunior menyediakan waktu untuk bacaan rohani baik secara pribadi maupun secara bersama sebagai komunitas juga sebagai kelompok yunior dalam lesing di komunitas masing-masing. Sebagai komunitas dibacakan sebelum makan malam dan dalam leasing setiap seminggu satu kali. Bahan bacaan rohani dari dokumen-dokumen kongregasi (hasil kapitel, konstitusi, kisah pendiri kongregasi), dokumen gereja, majalah Hidup, Rohani, Utusan yang temanya sesuai dengan situasi dan kebutuhan komunitas dan para suster yunior.

e. Mawas diri

Mawas diri adalah pemeriksaan batin yang berkaitan erat dengan perkembangan hidup rohani konkrit seseorang. Dalam terang Allah kita menyadari sikap batin, gerak batin yang mempengaruhi tindakan kita sehari-hari. Mawas diri merupakan bentuk doa karena masuk dalam intimitas hidup kita, yang mengajak kita untuk tidak berhenti pada pemeriksaan kedosaan kita, namun sampai pada usaha untuk memperbaharui diri semakin mencintai Tuhan dan sesama (Darminta, 1982: 61-62). Sangatlah penting para suster yunior memiliki kemampuan untuk mawas diri. Para suster yunior mampu mawas diri kalau memberi waktu khusus setiap hari untuk berefleksi (Konst, no. 51). Hal ini sangat berpengaruh ketika para suster yunior tidak mampu mendengarkan suara batinnya yang terdalam maka, tidak mampu pula untuk mendengarkan orang lain dengan baik (Darminta, 2001: 64-65).

Refleksi juga menjadi sarana agar para suster semakin mengenali cara kerja dan dinamika kerja roh jahat, sehingga pada akhirnya dimampukan untuk memilih apa yang menjadi kehendak Allah, bukan menuruti kemauan dan kesenangan diri sendiri. Para suster yunior CB tahun pertama profesi sampai tahun ke lima profesi secara rutin membuat refleksi secara tertulis dan diserahkan kepada provinsial sebelum pembaharuan kaul. Dengan kesetiaan dan ketekunan berefleksi setiap hari di dalam keheningan akan menolong para suster dalam berdiskresi, yaitu ketrampilan untuk membedakan roh baik dan roh jahat (KP, 2011: 24-25). Meskipun mengalami jatuh bangun dalam mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari, para suster merasa perlu secara terus-menerus

meningkatkan refleksi dan keberanian untuk berdiskresi sehingga semakin cerdas pula dalam bersikap dan tidak mudah diperdaya oleh roh jahat.

f. Menerima sakramen tobat

Sakramen tobat adalah “sakramen iman” karena didalam sakramen tobat secara khusus dapat terungkap iman orang berdosa. Sakramen tobat menunjukkan bahwa Allah senantiasa menerima kembali mereka yang berdosa, karena mau mengakui kedosaannya di hadapan Allah dan semakin menyadari bahwa, karena kasih karunia Allah kita diselamatkan, bahwa anugerah pertobatan adalah rahmat semata yang diberikan Allah kepada manusia (KWI, 1996: 433-435).

Sebagai anggota komunitas, para suster yunior juga ikut ambil bagian dalam penerimaan sakramen pengampunan dosa yang diadakan satu kali setiap bulan. Waktu dan imam pemberi sakramen pengakuan diserahkan kepada kebijakan masing-masing komunitas. Melalui sakramen tobat para suster yunior menyadari bahwa Allah yang penuh belas kasih senantiasa membaharui hidupnya dan mengundangnya untuk senantiasa membangun sikap tobat melalui perubahan sikap dari yang jahat atau buruk menjadi baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

g. Bimbingan rohani

Bimbingan rohani sangat dibutuhkan setiap orang untuk semakin mengenal gerakkan Roh yang ada dalam dirinya. Untuk mengenal gerakkan Roh

Kudus tersebut orang harus mengenal dirinya sehingga mampu menghayati hidupnya secara konkrit (Darminta, 2001: 9-10).

Demikian pula para suster yunior CB membutuhkan bimbingan rohani untuk semakin mengenal gerakkan Roh Kudus di dalam kehidupannya sehari-hari. Setiap komunitas mempunyai kebijakan tersendiri dalam bimbingan pribadi maupun bimbingan secara bersama (lesing). Ada komunitas yang dengan setia melaksanakan lesing setiap minggu satu kali. Sementara ada komunitas yang mengadakan lesing disesuaikan dengan kebutuhan para suster yunior. Sebagai suster yunior yang studi juga mengadakan bimbingan pribadi setahun dua kali setiap akhir semester sekaligus mempertanggungjawabkan perutusan studi yang telah dijalankannya selama satu semester, perkembangan hidup doa, perkembangan kepribadian dan imannya. Bimbingan rohani baik pribadi maupun secara bersama-sama di komunitas sebagai suatu sarana bagi para suster yunior menjadi semakin terbuka akan karya Allah di dalam hidupnya dengan beragam pengalaman, baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman pergulatannya. Dengan bimbingan rohani para suster yunior mengalami diteguhkan, dikuatkan untuk tetap setia dalam menanggapi panggilan Tuhan (Konst, no. 51).

Dengan beberapa penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aspek rohani yang terdiri dari beragam bentuk misalnya; Rekoleksi, Triduum, Retret yang bertujuan untuk meninjau, mengarahkan, menimba kekutan dan merupakan kesempatan penyatuan dan pengendapan pengalaman hidup di hadapan Allah dalam terang hidup rohani yaitu hidup yang dipenuhi dengan cinta

untuk mencapai kemerdekaan rohani dan memperbaharui hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Perayaan Ekaristi yang merupakan sumber dan puncak seluruh kehidupan kristiani yang memberi daya dan kekuatan dalam menghayati hidup dan perutusannya. Doa pribadi, doa batin, doa bersama yang menumbuhkan rasa kesatuan dengan Yesus dan merupakan kekuatan pokok dan mendasar bagi hidup religius dalam membangun hidup rohaninya.

Dengan bacaan rohani memberi inspirasi dalam membangun hidup doa dan semakin memahami serta mewujudkan apa yang menjadi kehendak Allah dalam kehidupan kita. Bacaan rohani juga mengajak kita untuk menimba spiritualitas kristiani yang memberikan keseimbangan terhadap hidup rohani dalam memupuk hidup panggilannya. Mawas diri dan refleksi merupakan bentuk doa karena dengan mawas diri dan berefleksi kita menyadari sikap batin, gerak batin dalam terang Allah serta masuk dalam intimitas hidup kita, apa adanya diri kita dan kedosaan kita, dan berusaha untuk memperbaharui diri semakin mencintai Tuhan dan sesama. Selain itu, penerimaan sakramen tobat merupakan pengakuan iman terhadap belas kasihan dan kerahiman Allah untuk diselamatkan-Nya, sehingga dimampukan untuk bangkit dari kedosaan dan memulai kembali hidup yang baru. Bimbingan rohani untuk semakin mengenal dirinya sendiri dan kemudian mengenal gerakan Roh Kudus dalam dirinya dan pada akhirnya semakin mengerti dan memahami tindakan Allah sehingga mampu menghayati hidupnya secara benar dihadapan Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian maka unsur-unsur yang termasuk dalam aspek rohani yang tidak lain adalah hidup doa tersebut menjadi dasar dalam membina diri terus

menerus sehingga mencapai kematangan dan kualitas hidup religius bagi para suster yunior untuk seumur hidup. Dengan terus-menerus membina diri dari segi aspek rohani maka para suster yunior semakin diajak masuk dalam tubuh kongregasi untuk menghayati kharisma dan spiritualitas kongregasi (Konst, no. 49, 51).