• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KECERDASAN SPIRITUAL

E. Penelitian Peranan Hidup Doa dalam Meningkatkan

3. Laporan Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dari 10 responden, pada tanggal 23 – 25 November 2012. Laporan hasil penelitian ini berdasarkan hasil wawancara, observasi, data kegiatan rohani komunitas dan data program pembinaan rohani para suster yunior pada lampiran 3, 4 dan 5.

a. Bagaimana pengalaman para suster dalam memelihara hidup doa harian dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi?

Pengalaman dalam memelihara hidup doa dari sepuluh responden pada umumnya, para suster sungguh mengalami bahwa pengalaman memelihara hidup doa sungguh amat penting meskipun mengalami jatuh-bangun. Hidup doa yang selalu dilakukan adalah ofisi, ekaristi, adorasi, Rosario, refleksi, diskresi, bacaan rohani yang juga mendukung mereka dalam membangun hidup rohaninya.

Kesulitan yang dialami para suster berasal dari diri sendiri, juga dari luar diri terkait dengan tugas perutusan (karya dan studi). Kesulitan dari dalam diri seringkali berkaitan dengan kurang mampu mengolah afeksi yang muncul ketika harus memilih dan mengambil keputusan dalam bertindak. Kesulitan dari luar diri seringkali berkaitan dengan rasionalisasi yang muncul bahwa karya dan studi yang memiliki banyak tugas yang harus segera diselesaikan atau dikerjakan sehingga hidup doa terabaikan. Namun hal ini tidak mengendorkan semangat

untuk terus tekun, setia dan terus berjuang dalam memelihara hidup doanya. Semangat untuk terus tekun, setia dan terus berjuang dalam memelihara hidup doanya menampakan bahwa para suster memilki kecerdasan spiritual, dimana para suster semakin mampu mengenali dan memaknai pergulatan yang dialaminya sehingga meskipun mengalami kesulitan semangatnya terus berkobar.

b) Apakah doa menjadi hal yang penting dalam hidup anda secara khusus sebagai suster yunior CB? Mengapa?

Dari sepuluh responden tersebut para suster merasa bahwa doa menjadi hal yang amat penting, menjadi pondasi, sumber kekuatan, sumber motivasi, sumber inspirasi dan semangat dalam menjalani rahmat panggilan dan perutusan dalam membangun hidup rohani. Doa juga menjadi kesempatan untuk mengolah diri. Meskipun seringkali mendapat kesulitan karena tidak maksimal dalam memberi porsi menjalin relasi dengan Tuhan. Pengalaman, kesadaran ini menunjukkan bahwa para suster yunior memiliki kecerdasan spiritual, dimana mereka semakin kuat memotivasi diri dalam menanggapi panggilannya. Tanpa memiliki motivasi yang kuat tentu tidak mampu dalam menghadapi kesulitan, tantangan dalam hidup.

c) Manfaat apa yang anda ambil ketika anda terlibat dalam kegiatan yunior misalnya; rekoleksi bersama, retret yang telah anda jalani selama ini?

Dari ungkapan sepuluh responden tersebut para suster mampu melihat dan menangkap manfaat dari kegiatan yunior yang dilakukan selama ini. Semakin

dekat dengan Tuhan, semakin terbuka akan rahmat Allah, bersyukur karena mengalami Allah yang hadir dalam seluruh perjalanan panggilan hidupnya, kesempatan untuk berbagi pengalaman, berefleksi bersama, berevaluasi bersama, bahkan kesempatan untuk mengolah diri akan luka-luka batin yang masih dirasakannya. Melalui pengalaman pertemuan yunior para suster menemukan buah-buah rohani yang menampakkan bahwa para suster memiliki kecerdasan spiritual, dimana para suster semakin menangkap bahwa peranan utama dalam hidupnya adalah rahmat Allah. Tanpa ada rahmat Allah para suster tak mampu menangkap kehadiran Allah di dalam seluruh perjalanan hidup panggilannya.

d) Apakah dengan ketekunan membangun hidup doa dapat membawa perubahan dalam hidup anda, secara khusus dalam meningkatkan kecerdasan spiritual anda? Misalnya?

Dari sepuluh responden semuanya bersyukur bahwa dengan ketekunan membangun hidup doa sungguh menjadi daya yang membawa perubahan dalam hidupnya, secara khusus dalam berproses meningkatkan kecerdasan spiritualnya. Para suster dimampukan untuk memaknai segala pengalaman baik itu yang menyenangkan maupun pengalaman yang menyakitkan. Para suster dimampukan untuk dapat berdiskresi, menjadi lebih peka dengan keprihatinan yang ada disekitarnya, menjadi lebih sabar dan berani untuk memaafkan, mengalami hidupnya menjadi lebih reflektif dan memiliki sikap kerendahan hati mengandalkan rahmat Allah dalam seluruh perjalanan hidupnya. Pengalaman para suster tersebut menunjukkan adanya buah-buah rohani yang dialaminya yang

tentu saja dibangun dengan hidup doa. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa para suster mampu menangkap pesan yang merupakan cara Allah dalam mendidik mereka.

Memang tidak mudah namun dengan ketekunan dan keyakinan akan rahmat Allah yang bekerja dalam diri mereka, pengalaman jatuh-bangun yang dialami tidak membuat mereka putus asah untuk terus menerus menekuni hidup doanya. Para suster juga meyakini bahwa dalam kegagalan, kesulitan, tantangan yang dialami merupakan sapaan Allah bagi mereka untuk senantiasa mengandalkan-Nya didalam seluruh hidupnya.

e) Apakah hidup doa yang anda tekuni selama ini juga berpengaruh pada kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan sosial sebagai suster yunior CB sehingga semakin cakap dalam hidup perutusan anda saat ini?

Dari sepuluh responden tersebut, pengalaman yang dialami adalah bahwa, hidup doa berpengaruh dalam semua aspek kehidupannya secara khusus berpengaruh pada kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, dan kecerdasan sosial para suster.

Indikasi tumbuhnya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasa sosial yang dialami oleh para suster yang dipengaruhi oleh kecerdasan spiritual; adalah memiliki daya pikir dan penalaran yang semakin tumbuh menjadi sehat, sehingga mampu mengadakan penilaian dan pertimbangan secara seimbang berdasarkan panggilan, meskipun disadari masih mengalami jatuh bangun. Misalnya; mampu memilih yang baik yang benar untuk diri sendiri, orang lain dan

situasi tertentu. Tumbuh dalam kecerdasan intelektual memampukan para suster yunior dalam mengambil keputusan dengan memikirkan berbagai konsekuensinya. Misalnya pengalaman ketika menolong siswa yang sulit bagi para guru, namun para suster dengan segala resiko dan dengan teladan Bunda Pendiri bahwa; berjuang demi keselamatan sesama, akhirnya juga dilakukan dengan kesungguhan hati. Maka dengan tumbuhnya kecerdasan spiritual yang berpengaruh dalam kecerdasan intelektual pemikiran dan tindakan para suster yunior tidak hanya dengan diri sendiri namun juga berpikir demi kepentingan orang lain dan kepentingan yang lebih luas.

Semakin memahami dan mengenal keadaan hati dan hidup afektif dan mampu mengarahkan sikap dan tindakan pada hal-hal yang baik dan positif. Hidup afektif semakin mengarahkan para suster dalam memilih, membedakan pada hal-hal yang baik dan buruk, mengolah hati, rasa, dalam memilih yang baik, benar bagi Tuhan dan sesama. Disinilah para suster yunior dengan segala keterbatasannya mampu menghayati rasa cinta secara benar dan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman yang dijumpai terlebih dalam hidup komunitas juga pengalaman perjumpaan dalam perutusan studi maupun karya.

Selain itu semakin tumbuh rasa sosial dan kepekaan sosial maupun solidaritas sosial yang semakin mengajak para suster untuk memahami keprihatinan baik dalam komunitas, kongregasi, perutusan dan secara menyeluruh sebagai gereja dan masyarakat. Keprihatian yang dijumpai para suster semakin memampukannya untuk berbelarasa, ikut ambil bagian dengan bersikap lebih sabar, rendah hati, mengampuni dan semakin memahami orang lain dalam

keprihatinan tersebut. Misalnya menjadi lebih empati dengan sesama suster muda yang sedang menghadapi masalah, peka dan mau menolong suster sepuh yang tidak dapat melakukan aktifitas apapun sendiri.

Hal ini menuntut para suster untuk terus menerus belajar baik dari pengalaman keseharian maupun ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang dan kebutuhan kongregasi. Dengan demikian akan membantu para suster dalam perutusannya dalam karya maupun sebagai suster studi di jaman yang tidak mudah ini. Meskipun belum mencapai kesempurnaan, namun ketekunan, kesetiaan yang dibangun terus-menerus dalam mengupayakan kesempurnaan, para suster mulai sedikit demi sedikit mencicipi, mengalami dan merasakan bahwa Allah yang setia selalu menopang, membimbing dengan rahmat-Nya didalam hidup kesehariannya.

f) Dari berbagai praktek doa, apakah anda menemukan bentuk doa baru yang semakin anda akrabi dan membantu anda dalam meningkatkan kecerdasan spiritual anda?

Dari sepuluh responden tersebut jawaban berfariasi sesuai dengan pengalaman doa yang dialaminya. Bentuk doa baru yang dihidupi dan diakrabi dalam meningkatkan kecerdasan spiritual adalah; doa tembak, doa pasrah, kontemplasi, gabungan meditasi kontemplasi dengan prana, doa hening, doa penyadaran akan nafas hidup, doa singkat (doa nama). Pengalaman penemuan bentuk doa tersebut menunjukkan suatu tanda yang baik. Artinya bahwa, para suster mampu memaknainya dalam realitas hidup, dimana bentuk-bentuk doa

tersebut membawanya sampai pada kedamaian batin yang mendalam bersama Allah ketika berada dalam aktifitas pelayanannya.

Dengan penemuan bentuk doa tersebut para suster semakin mengenal dinamika yang terjadi dalam dirinya, sehingga mampu pula menemukan bentuk doa yang sungguh semakin mendekatkan dirinya dengan Allah. Doa-doa ini menjadi semakin hidup ketika para suster membawanya dalam kenyataan hidup/praktek hidup setiap hari. Artinya bahwa doa tersebut bermakna tidak hanya demi ketenangan batin diri namun semakin memotivasi para suster untuk melaksanakan perutusannya dengan penuh tanggungjawab, terlebih demi keselamatan mereka yang mengalami kesesakan hidup. Maka doa yang benar apapun bentuknya mempunyai arah dan tujuan bukan demi ketenangan batin pribadi, namun supaya tujuan keselamatan Allah dapat terlaksana dengan sepenuhnya dalam diri Kristus sebagai Gereja-Nya (Darminta, 1981b: 23-30).

g) Apakah ada kekuatan rohani yang bekerja dan berpengaruh dalam hidup anda secara khusus intuisi rohani dalam membangun relasi sehingga semakin mengenal Allah secara lebih dekat?

Dari pengalaman yang dialami oleh sepuluh responden ini mengatakan bahwa ada kekuatan rohani yang bekerja dan berpengaruh dalam hidupnya. Tentu hidup doa yang dibangun berpengaruh pada intuisi/suara hati. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan berdiskresi, berefleksi dan semakin peka akan gerak batin. Membuka hati akan sapaan Allah melalui doa, doskresi, refleksi mengajak para suster untuk terus menerus berjuang menyingkirkan hambatan-hambatan

yang menghalangi perjumpaannya dengan Allah. Namun para suster juga menyadari bahwa seringkali kebutuhan diri menjadi lebih kuat daripada mendengarkan sapaan Allah melalui suara hatinya. Pengalaman ini menjadi sebuah pengalaman pemurnian hati yang dianugerahkan oleh Yesus sendiri dan menjadikan suatu hati baru, hati yang dipenuhi oleh Roh Kudus (Darminta, 1981b: 31).

Pengalaman yang dialami para suster membangun kerinduan terus menerus menjadi tanda bahwa para suster senantiasa mengupayakan dialog terus-menerus dengan Allah. Artinya bahwa para suster senantiasa membuka diri dihadapan Allah untuk disapa oleh-Nya sehingga hatinya semakin dimurnikan dan dikuatkan ketika menghadapi berbagai tantangan di dalam realitas hidup.

Meskipun demikian pengalaman hidup rohani para suster pasti melewati pengalaman jatuh-bangun, namun para suster senantiasa menekuni dengan setia untuk terus-menerus membangun relasi dengan Allah sehingga tantangan, hambatan yang dijumpai, kekuatan rohani kembali menggerakkan hatinya untuk kembali kepada Allah Sang Sumber hidup.