• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. HIDUP DOA PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI

A. Hidup Doa

2. Spiritualitas Doa

Hidup doa perlu dibangun secara terus menerus, karena dengan hidup doa manusia mampu membawa gerak perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Hidup yang dijiwai oleh doa, tentu saja berdampak pada sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang dikehendaki Allah. Dengan demikian hidupnya menjadi bagian dari doanya dan doa menjadi kekuatan dalam hidupnya, sehingga mampu melaksanakan kehendak Allah dalam hidup bersama dengan orang lain, maupun dalam karya atau pekerjaan yang dilakukannya (Darminta, 1997b: 22-28).

Hidup doa atau hidup rohani menjadi pembangkit, penyemangat atau spirit, serta pemandu hidup manusia di dalam rahasia-rahasia Tuhan. Hidup doa atau hidup rohani berdampak pada pengangkatan kualitas hidup dari nilai-nilai dunia ke nilai-nilai surgawi. Dengan hidup doa manusia semakin digerakkan dan diarahkan pada kepenuhan hidup dalam Tuhan. Doa memiliki tiga ciri utama yaitu: mendengarkan, mengalami, mengambil sikap. Tiga ciri utama ini merupakan kegiatan yang memiliki kekuatan, untuk mengolah hidup di dalam Tuhan lewat doa (Darminta, 1997a: 31-43). Ketiga ciri tersebut dapat dijadikan spiritualitas doa seseorang yang meliputi mendengar, mengalami dan mengambil sikap.

a. Mendengarkan

Bila seseorang hendak berdoa, terlebih dahulu mengusahakan dan membangun keheningan. Keheningan dapat diusahakan dengan cara penyadaran tubuh, nafas atau lingkungan. Penyadaran ini bertujuan untuk membangun kepekaan rohani, sehingga orang tidak hanya mampu mendengarkan dan menemui apa yang terjadi dalam dirinya, namun mampu mendengarkan suara batin terdalam yang datang dari Allah menyapa manusia. Kemampuan mendengarkan yang dimiliki manusia, memampukannya melihat arah hidup yang sebenarnya karena manusia juga memiliki hati mistik. Hal inilah yang menjadi kekuatan dasyat untuk mengarungi dan bergulat dalam hidup. Dengan demikian keheningan mempunyai peranan yang sangat penting, supaya hati kita mampu mendengarkan kehendak Allah, dan dapat melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari (Darminta, 1997a: 31-32).

b. Mengalami

Dalam doa manusia diajak untuk mengalami kasih Allah yang menyembuhkan dan memberi kekuatan. Maka manusia yang memiliki daya dalam jiwa dan batinnya, diajak untuk menghadirkan dan menghidupkan segala pengalaman serta peristiwa hidup yang tersimpan dalam batinnya. Hal inilah yang disebut dengan fantasi. Dalam fantasi manusia mampu mengangan-angankan sesuatu yang akan datang, karena manusia sedang berjalan menuju masa depan. Fantasi ini sebagai daya kekuatan, untuk mengalami baik yang telah lalu maupun yang akan datang, untuk menyembuhkan luka-luka batin, menata hidup,

menghimpun kekuatan hidup, dan menawarkan pilihan-pilihan konkret dalam hidup. Fantasi berpijak pada kenyataan hidup, baik yang lalu, sekarang dan yang akan datang, dan dalam fantasi manusia, Allah berkarya (Darminta, 1997a: 35-39).

Dengan demikian, fantasi menjadi sarana bagi manusia untuk sungguh mengalami kasih Allah, yang memberikan kekuatan hidup, memberikan kesembuhan, mengolah hidup dan menumbuhkan rasa religius sehingga melahirkan sikap hormat terhadap hidup.

c. Mengambil sikap

Sikap dasar hidup yang diperlukan ialah kepercayaan terhadap diri sendiri, lingkungan serta sesama. Dari sikap dasar ini manusia diajak mengadakan loncatan kepercayaan, yaitu percaya dan masuk untuk menyerahkan kepada realitas misterinya dalam Tuhan, atau realitas mistiknya yaitu hidup bersatu dengan Allah. Seperti yang telah kita lihat sebelumnya bahwa, dengan keheningan manusia menjadi sadar serta peka mendengarkan suara Tuhan, dan melalui fantasi menusia mengalami kasih Allah yang memberikan kekuatan. Kedua hal inilah yang membantu manusia, untuk mengambil serta membangun sikap yang lebih benar dan kuat dalam hidupnya. Lewat doa manusia diajak untuk membangun diri dan kepribadian dalam Tuhan.

Dengan demikian maka, hidup doa yang membangkitkan, menumbuhkan dan mengembangkan sikap kita dalam bertindak, merupakan hal yang tak dapat diabaikan, karena ciri-ciri doa adalah berdimensi kebaktian. Berdoa mempunyai

kekuatan bagi kita untuk membuat sebuah pilihan, serta langkah yang semakin sesuai dengan kehendak Allah (Darminta, 1997a: 40-43).

Doa menggerakan manusia untuk semakin terbuka akan anugerah Allah yang mengutuhkan, meningkatkan dan mengangkat hidup manusia. Dengan kata lain doa menggerakan dan mengarahkan manusia kepada kepenuhan hidup di dalam Tuhan. Hal ini dapat terjadi jika manusia senantiasa membangun kerinduan yang terus-menerus dalam relasi atau doanya kepada Allah, sehingga menjadi pembangkit, mengarahkan hidupnya kearah yang lebih luhur, utuh dan luas dalam rahasia Tuhan (Darminta, 1997a: 45).

Berdoa dalam kesederhanaan hati juga menjadi inspirasi dalam membangun hidup doa para suster. Doa yang terlahir dari pengalaman salib hidup sehari-hari sungguh menjadi kekuatan yang luar biasa. Melalui doa jalan salib hidup, kita mengungkapkan iman yang sederhana kepada kehadiran kasih Allah dalam derita-derita manusia. Ada kekuatan yang luar biasa di balik salib yaitu, kekuatan kasih Allah yang tidak dapat dipadamkan. Maka dengan ketekunan dalam doa jalan salib, kita mampu meresapkankeagungan Tuhan yang tak terkatakan sehingga kita dapat mengalami kekuatan kasih salib tersebut. Bunda Maria juga memberi keteladanan berdoa dalam kesederhanaan hati melalui doa Rosario. Kesederhanaan hati Bunda Maria juga ditunjukkannya dalam kesetiaannya menyertai Yesus Putranya mulai dari inkarnasi bahkan sampai pada kebangkitan-Nya.

Dengan demikian kita diajak untuk menumbuhkan dalam diri kita, gambaran Bunda Maria yang sungguh menyatu dengan karya keselamatan Allah.

Belajar dari Maria dan Yoseph sebagai orang Yahudi yang sederhana, rajin membaca dan mendengarkan firman sehingga mampu pula untuk menyimpan dan melaksanakan firman tersebut. Kebiasan hidup rohani mereka, juga menjadi teladan bagi kita yang hidup di zaman ini, karena firman Allah memberi daya kegembiraan, keteguhan dan kreatifitas di dalam hidup sehari-hari (Darminta, 2012: 18-23).

Doa menjadi kekuatan batin memampukan kita melewati padang gurun kehidupan. Doa menjadi kekuatan batin Yesus, nampak dalam pancaran hidup yang berkualitas yang memiliki hati yang sederhana yang ditandai oleh kerendahan hati-Nya sehingga percaya dan penuh penyerahan diri kepada kekuatan kasih Allah Bapa. Memiliki sikap yang lepas bebas, sehingga menjadi terpusat kepada Allah dan tidak dikhawatirkan dengan hal-hal dunia. Memiliki keheningan batin yang ditandai dengan kesetiaan kepada Bapa, karena Allah Bapa adalah setia. Dalam ketaatan-Nya Yesus terbuka dan siap sedia melaksanakan apa yang menjadi kehendak-Nya, dan yang terahkir adalah hati yang baik yang selalu membawa berkat keselamatan bagi orang-orang yang sederhana hatinya (Darminta, 2012: 21-23).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, doa yang benar adalah memiliki tiga ciri utama yang sekaligus menjadi spirit dalam membangun relasi yang intim dengan Allah, yaitu: mendengarkan suara Tuhan dalam keheningan, berani masuk untuk mengalami kasih Allah melalui fantasi, yang menghadirkan dan menghidupkan segala pengalaman serta peristiwa hidup yang tersimpan dalam batin, supaya manusia mendapatkan kekuatan dalam hidupnya dan

manusia mampu mengambil sikap hidup yang benar dalam hidup bersama dengan sesama maupun makhluk ciptaan lainnya serta dalam pekerjaan yang dilakukannya setiap hari. Doa yang lahir dari pengalaman salib keseharian seseorang dan menjadi doa yang sungguh dihayati akan sungguh pula mengalami dan merasakan kekuatan kasih Allah yang luar biasa yang tak dapat dipadamkan. Selain doa yang lahir dari pengalaman keseharian juga doa dengan segala kerendahan hati sehingga hidupnya penuh penyerahan diri kepada kekuatan Allah. Selain itu doa juga menjadikan kita semakin terbuka akan rahmat Allah sehingga menggerakan dan mengarahkan hidup kita kepada kepenuhan hidup di dalam Tuhan.