• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDITOR “NEXT-GENERATION”

Dalam dokumen MELAWAN “CLIMATEFLATION” (Halaman 158-166)

Pertama, pada masa pasca pandemi, banyak perusahaan berusaha untuk bangkit dari krisis ekonomi yang mungkin dihadapi pada masa pandemi. Selama masa pandemi, perusahaan banyak mengalami penurunan penjualan dan produksi secara drastis sehingga mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian.

Pemulihan kondisi ini akan sangat akan sangat berbeda dan tergantung dari sumber daya dan situasi yang dihadapi masing-masing perusahaan. Beberapa perusahaan akan pulih secara cepat sehingga hal ini tidak akan mengganggu kelangsungan hidup perusahaan.

Namun demikian, banyak perusahaan yang masih kesulitan untuk pulih normal secara cepat seperti sebelum masa pandemi. Berkaitan dengan hal ini, akuntan akan menghadapi permasalahan etika, karena banyak asumsi-asumsi yang selama ini digunakan dalam kondisi “normal”

tidak bisa digunakan dan diaplikasikan lagi. Sebagi contohnya, dalam melakukan analisis mengenai kelangsungan hidup perusahaan, seorang auditor akan menyesuaikan beberapa asumsi untuk bisa memberikan opini mengenai kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Kedua, pada masa pandemi, perusahaan banyak membutuhkan jasa non-audit untuk membantu perusahaan tersebut untuk bertahan dalam menjalankan bisnis mereka dan melaporkannya dalam laporan keuangan. Penugasan non-audit ini menjadi tantangan tersendiri bagi kantor akuntan atau auditor yang selama

ini menjalankan penugasan audit untuk klien. Tantangan tersebut antara lain adalah adanya konflik kepentingan antara pemberian jasa audit dan non-audit. Hal ini menimbulkan beberapa isu etika profesional dan independensi auditor. Auditor memiliki tantangan untuk tetap tunduk pada etika profesional dengan tidak memberikan jada non-audit kepada klien pada saat mereka melakukan jasa audit. Di satu sisi, perusahaan memerlukan konsultan untuk bisa bertahan dalam situasi krisis.

Ketiga, dalam masa pasca pandemi, perusahaan belum sepenuhnya pulih dari situasi krisis sehingga mengakibatkan biaya audit menjadi ditekan. Sebagai akibatnya, kualitas jasa audit menjadi tidak sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal ini terutama terjadi pada perusahaan pada skala kecil dan menengah, yang tidak memiliki cukup sumberdaya untuk memberikan fee yang memadai bagi auditor. Beberapa penelitian mengatakan bahwa fee audit akan sangat mempengaruhi kualitas audit.

Penekanan biaya audit akan mengakibatkan pemangkasan beberapa prosedur dan terjadi penyesuaian pekerjaan lapangan selama penugasan audit.

Keempat, perkembangan teknologi informasi memberi peluang bagi klien untuk menggunakan teknologi dalam membantu proses bisnis mereka. Banyak perusahaan meningkatkan kemampuan teknologi mereka, dengan melakukan upgrades pada beberapa sotware dan

aplikasi. Beberapa perusahaan juga sudah mulai mengadopsi beberapa teknologi yang berbasis machine learning, artificial intelligence dan big data. Sebagai dampaknya, terjadi peningkatan risiko yang cukup eksponensial dalam kegiatan perusahaan. Di beberapa negara maju, seperti Amerika dan Inggris, kejahatan siber (cybercrime) naik masing-masing dua kali lipat dan 30%

pada masa menjelang akhir pandemi dan setelah pandemi usai. Hal ini juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan tenaga ahli khusus untuk memahami atau menangani kejahatan siber. Auditor sebagai profesional dituntut untuk paham mengenai lingkungan bisnis klien dan perkembangan teknologi yang diadopsi klien. Namun demikian, hal ini juga merupakan peluang bagi profesional termasuk auditor untuk meningkatkan kemampuan profesional di bidang teknologi dan sistem informasi, meskipun faktanya, peluang ini sebagian besar dijumpai pada kantor akuntan besar dan berafiliasi internasional.

Kelima, terdapat tantangan pesikolgis dan mental yang dihadapi auditor dalam melaksanakan penugasan.

Selama masa pandemi, auditor mengalami tekanan akibat pelaksanaan penugasan yang dilakukan secara daring serta terbatasnya komunikasi yang dilakukan dengan klien.

Lebih jauh, hal ini juga diperburuk dengan perubahan metode perolehan bukti audit yang sebelumnya dilakukan secara langsung (mengunjungi klien) menjadi perolehan

bukti secara jarak jauh. Bagi auditor dengan pengalaman dan kemampuan komunikasi terbatas, hal ini memberi tekanan mental besar. Di sisi lain, terdapat tuntutan agar auditor dapat bekerja secara profesional dan menggunakan segala kemampuannya untuk melaksanakan penugasan. Setelah masa pandemi, situasi tekanan mental tidak bisa begitu saja hilang, karena auditor juga karus senantiasa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Pola penugasan yang selama ini dilakukan pada masa pandemi bisa saja masih akan tetap berlangsung. Oleh karena itu, dibutuhkan budaya organisasi yang kuat serta pola komunikasi yang terbuka, baik kantar anggota tim dalam pelaksanaan audit mupun antara auditor dan klien.

AUDITOR “NEXT – GENERATION”

Beberapa masalah yang dihadapi auditor sangat erat berkaitan dengan kompetensi, kemampuan komunikasi dan etika profesional Pengalaman di masa pandemi akan menjadi sebuah pijakan baru bagi para pelaku bisnis dan profesional untuk beradaptasi dan mengantisipasi perubahan di masa yang akan datang. Auditor “next-generation” dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengetahuan yang selama ini belum dipikirkan dan disadari.

Pertama, auditor memerlukan kemampuan untuk memahami bisnis klien secara komprehensif. Selama masa

dan pasca pandemi, banyak perusahaan mengalami perubahan proses bisnis yang sangat signifikan. Beberapa perusahaan mulai mengimplementasikan “work from anywhere”, sehingga perusahaan dijalankan dengan kehadiran staf yang terbatas di kantor yang didukung dengan kemampuan teknologi yang memadai.

Perkembangan cloud computing dalam operasi bisnis menjadi signifikan, yang dapat memberi tantangan lain seperti meningkatnya kejahatan siber. Hal ini memberi tantangan tersendiri bagi auditor untuk memiliki memampuan cukup untuk mengantisipasi perubahan tersebut dan menyesuaikan prosedur penugasan audit.

Kedua, melaksanakan penugasan audit dengan pendekatan secara interdisipliner. Selama ini, auditor hanya fokus pada tracing dan vouching secara konvensional dan tidak melibatkan kecangihan teknologi tertentu.

Penugasan audit di masa yang akan datang akan membutuhkan kemampuan untuk bisa melakukan data analytics, menggunakan audit tools yang berbasis teknologi, serta pendekatan audit yang berbeda untuk klien yang menggunakan teknologi informasi tingkat tinggi (high-end technology). Beberapa kantor akuntan publik yang besar sudah menggunakan bantuan teknologi yang dapat membaca dan mengidentifikasi detail pada dokumen sumber pada saat melakukan vouching dan tracing. Oleh karena itu, auditor harus senantiasa melakukan pelatihan secara berkelanjutan berkaitan dengan perkembangan

data analytics, kejahatan siber, risiko fundamental teknologi informasi dan lainnya.

Ketiga, auditor di masa mendatang membutuhkan kemampuan komunikasi yang efektif. Selama pandemi, auditor melakukan penugasan secara remote karena adanya pembatasan sosial yang ditetapkan pemerintah. Dalam situasi tersebut, auditor dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang memadai karena meskipun dilakukan secara jarak jauh, auditor harus mampu menyampaikan hasil penugasan audit kepada klien dengan disertai bukti-bukti yang cukup. Perubahan ini mungkin akan tetap terjadi setelah pandemi berakhir, karena beberapa jenis prosedur dan pola komunikasi tetap bisa dipertahankan secara jarak jauh sebagai tambahan dari pola komunikasi secara langsung. Pertemuan dengan pihak manajemen dan auditor tetap bisa dilakukan secara daring, sedangkan penugasan lapangan tetap dilakukan secara langsung. Auditor dengan pengalaman terbatas harus terus meningkatkan kemampuan komunikasi dengan mengikuti beberapa training dan belajar dari auditor senior yang lebih berpengalaman.

Keempat, auditor dimasa depan dituntut untuk memiliki kemampuan memprediksi tantangan masa depan. Munculnya pandemi Covid-19 telah memberikan gambaran ketidakpastian yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang yang berdampak pada dunia bisnis dan dunia profesional. Perubahan yang mungkin terjadi di

masa yang akan datang harus disikapi secara cepat namun tetap hati-hati dan cermat. Heraclitus, seorang filsuf Yunani mengatakan “change is the only constant in life” ..

so be ready to it..

BIODATA PENULIS

Penulis merupakan dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata.

Penulis fokus pada akuntansi keuangan dan isu kontemporer dengan berbagai pendekatan dalam akuntansi keuangan.

PERAN GENERASI MUDA PULIHKAN

Dalam dokumen MELAWAN “CLIMATEFLATION” (Halaman 158-166)