• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERKELANJUTAN

Dalam dokumen MELAWAN “CLIMATEFLATION” (Halaman 143-152)

MENGAJAK LINGKUNGAN SEKITAR

menempuh pendidikan dasar. Melihat data yang tersedia untuk desa terdekat karena data desa Kenalan tidak tersedia, terdapat 699 anak usia sekolah dasar, 7-12 tahun.

Dari jumlah tersebut hanya 348 anak yang sedang menempuh pendidikan dasar. Satu sekolah dasar negeri tidak cukup menampung pendidikan tanpa bayar dan satu sekolah dasar yang dikelola Kanisius memiliki siswa dengan kemampuan membayar SPP paling tinggi 30% dari nilai SPP.

Dibalik deskripsi yang menggugah keprihatinan kita, SD Kanisius Kenalan memiliki konsep menarik untuk terlibat dalam pemulihan ekonomi berkelanjutan yang dimulai dari pendidikan dasar. Pengetahuan, attitude dan skill dalam proses pendidikan menjadi fokus dalam karya pelayanan pendidikan mereka. Pertanyaan pentingnya adalah pengetahuan, attitude dan skill macam apa yang mampu membantu pemulihan ekonomi? Konsep menarik dari SDK Kenalan dalam karya pelayanan pendidikan mereka adalah mengajak anak bangga dadi cah ndeso.

Bangga artinya memiliki rasa punya keunggulan dan kebesaran hati. Kebesaran hati untuk menerima keberadaan mereka sebagai bocah ndeso dengan segala keterbatasan sekaligus kelimpahan sumber daya yang ada di lingkungannya. Kebesaran hati dan merasa memiliki keunggulan itu dibangun dari pembelajaran sederhana yang melibatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran. Mereka belajar dari menaman lombok dan

sayuran, memupuk, memanen dan menggunakan hasil kebun tersebut. Mereka belajar memelihara kambing, membuat jadwal untuk mencari rumput dan eksplorasi yang memanfaatkan media lingkungan dengan kearifan lokalnya di bidang sumber daya alam, seni dan budaya. Kita bisa melihat banyak kegiatan mereka dalam Republik Anak Kenalan TV.

Sebagai sebuah kurikulum sekolah dasar, proses belajar dengan media lingkungan menjadi bagian dari mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya. Mereka belajar proses tumbuh tanaman, pemupukan, kegunaan ekonomi dan kesehatan dari hasil panen, membuat cerita mengenai proses tumbuh tanaman, kegunaan pupuk, kegunaan dan manfaat penenan dan lain sebagainya. Ada pengetahuan yang diperoleh tidak melulu dari buku, tetapi dari lingkungan sekitarnya. Tidak berhenti di titik pengetahuan, tetapi ada pembelajaran untuk menghargai lingkungan sebagai media belajar yang menumbuhkan kesadaran bahwa lingkungan tempat mereka berada mampu mendukung pengetahuan bahkan kehidupan mereka. Kesadaraan akan potensi lingkungan sekitar menjadi tahapan yang dibangun dalam proses pendidikan ini.

Gambar 1. Siswa belajar diluar ruang kelas Sumber: dokumentasi pribadi

Praktik sederhana dengan membuat jadwal mencari rumput, waktu pemupukan, kegiatan nyampit sampah, menjadi cara belajar mengelola sebuah usaha, ada leadership yang dapat dipelajari secara langsung. Mengolah hati dengan melakukan kunjungan ke orang sakit dan manula menjadi bentuk kepedulian pendidikan SDK Kenalan pada kecerdasan memberikan respek terhadap sesamanya.

Menarik bukan? Terlebih bagi sekolah yang sangat minim dukungan dana tapi mampu menyajikan kualitas pembelajaran yang hebat. Mereka tidak hanya melihat ataupun mengimajinasikan pengetahuan tetapi menyentuh, memelihara dan menggunakan pengetahuan itu.

Penghargaan terhadap lingkungan adalah attitude yang dibangun oleh karya pelayanan pendidikan ini. Anak

tidak lagi melihat desa sebagai sebuah lingkungan yang memprihatinkan karena jauh dari hiruk pikuk kota, keterbatasan akses transportasi dan tentu saja keterbatasan mengakses kemajuan lain yang disajikan secara virtual.

Anak dilatih untuk melihat kekayaan lingkungan sekitarnya sebagai peluang untuk mengembangkan diri dan bangga menjadi bocah nggunung untuk menarik orang luar datang karena ada yang menarik dari bocah ndeso.

Pendidikan yang memposisikan anak sebagai subjek dan aktor perubahan bagi desanya dan menggunakan lingkungan sebagai media belajar membuat mereka mengenal baik desa dengan segala potensinya.

Gambar 2. Kesenian jathilan Sumber: dokumentasi pribadi

Keterlibatan lingkungan, yaitu orangtua, pekerja seni, peternak, petani, pemerhati, mahasiswa, orangtua asuh dalam proses pendidikan menjadi ciri khas pendidikan di SDK Kenalan. Teori perubahan pendidikan Fullan pada 2001, 2009, maupun 2015 menjadi konsep dapat menjelaskan sisi ilmiah dari praktik pendidikan di SDK Kenalan. Faktor yang menjadi driver terjadinya perubahan pendidikan adalah guru, principle, murid, dinas pendidikan, konsultan pendidikan dan orangtua serta komunitas sekolah. Peran orangtua dan komunitas sekolah tampak pada keikutsertaan mereka sebagai bagian dalam proses pembelajaran anak. Komunitas seni jathilan ambil bagian dalam pendidikan seni tari dan gamelan yang memberikan skill tari dan menabuh gamelan sekaligus menumbuhkan kesetiaan dan penghargaan mereka pada tradisi lokal. Orangtua dan komunitas diajak oleh sekolah untuk terlibat juga dalam keprihatinan penyelenggaraan pendidikan di SDK Kenalan. Gemati (Gerakan Mengasuh Anak Tani) menjadi salah satu usaha untuk memperbaiki kualitas penyelenggaraan pendidikan. Para relawan mahasiswa dan Gemati bekerja sama untuk menumbuhkan usaha kecil yang saat ini mulai berkembang tetapi belum dikenal.

Keterlibatan komunitas SDK Kenalan terlihat juga pada antusias mereka untuk membentuk Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dengan anggaran dasar yang memberikan sebagian SHU kepada sekolah untuk mendukung

kemandirian sekolah. KSP menjadi menjadi bentuk penghadiran komunitas dalam sebuah organisasi yang produktif bagi proses pengembangan sekolah. Anggota KSP terdiri dari orangtua dan warga masyarakat yang berpotensi membangun usaha produktif untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat berdasarkan semangat gotong-royong dan kesetiakawanan. KSP tidak hanya berperan sebagai pendukung penyelenggaraan pendidikan tetapi juga sebagai media pembelajaran bagaimana sebuah usaha produktif dapat didanai, kewajiban dan hak anggota koperasi dan memahami bagaimana orangtua dan komunitas sekitar berperan sebagai sebuah simbose mutualisma bagi tetap berdirinya sekolah.

Gambaran dan analisis sederhana di atas memberikan sebuah refleksi bagaimana kepedulian SDK Kenalan melalui karya pendidikan yang menumbuhkan pengetahuan, attitude dan skill siswa akan potensi dan rasa hormat terhadap sumber daya yang dimiliki serta terlibat secara aktif dalam pengembangan sumber daya yang mereka miliki berperan dalam pemulihan ekonomi.

Sekolah yang menyediakan lingkungan sebagai ruang dan media untuk bereksplorasi, menemukan, belajar, mengetahui, menyadari dan mensyukuri serta mengolah segala apa yang ada di sekitarnya menjadi sebuah sumber kehidupan. Kesadaran akan potensi, pengetahuan akan pengolahan, pemeliharan, pendanaan serta dukungan

komunitas akan membangun usaha produktif yang memperhatikan kearifan lokal. Rasa bangga sebagai bocah ndeso, menumbuhkan semangat membangun desa mereka lebih produktif, menjadi desa yang menarik untuk dikunjungi karena ada nilai yang ditawarkan pada mereka yang datang. Bocah ndeso disiapkan oleh lingkungan menjadi aktor perubahan di desa.

Keterlibatan komunitas sekitar dalam KSP akan menggerakkan perekonomian usaha produktif yang ada.

Artinya, ada perbaikan pendapatan yang bisa peroleh orangtua dan kemampuan perekonomian yang meningkat akan berdampak pada peningkatan anak yang dapat menempuh pendidikan, peningkatan anak yang bangga sebagai bocah ndeso yang mampu mengembangkan potensi sumber daya yang ada disekitarnya. Meminjam konsep yang dikembangkan dengan dana Christian Children’s Fund di Semarang sekitar tahun 2000, kepedulian pada pendidikan anak dilakukan dengan memperbaiki kemampuan orangtua untuk menghasilkan pendapatan.

Dan SDK Kenalan melakukannya melalui beberapa dimensi yang mungkin sebelum tidak terpikirkan.

Pembaca yang Budiman, disana banyak kelapa, pisang, cengkeh, empon-empon, ketela, landscape yang indah dan banyak lagi, yang tidak bisa mengubah dirinya menjadi produk atau tempat yang lebih saleable. Ada usaha kecil yang butuh mengenalkan produknya, ada siswa yang butuh memahami teknologi yang mendukung mereka

untuk mengembangkan potensi sumber daya dan banyak lagi. Semoga tergelitik memberikan kemampuan yang kita miliki untuk sama dengan mereka, siswa SDK Kenalan, mengenali potensi dan terlibat.

Terima kasih Mas Yosef Onesimus Maryono untuk berbagi dan berdiskusi.

BIODATA PENULIS

Monika Palupi Murniati, lahir menurut akte di Wonogiri, 15 November 1973 (sebenarnya Yogyakarta). Saat ini aktif sebagai tenaga pengajar di Prodi Akuntansi dan Magister Akuntansi FEB Unika Soegijapranata. Ketertarikan karya di bidang akuntansi keperilakuan, sistem pengendalian manajemen yang kemudian berkembang menjadi ketertarikan di bidang pengelolaan pendidikan. Kerjasama penelitian di bidang pendidikan dimulai dengan Yayasan St Maria mengenai internalisasi nilai-nilai Yayasan di seluruh sekolah yang bernaung di YSM. Berlanjut pada kerjasama penelitian dengan Yayasan St Maria Abdi Kristus, Yayasan Penyelenggara Ilahi, dan Yayasan Kanisius cabang Surakarta.

Dalam dokumen MELAWAN “CLIMATEFLATION” (Halaman 143-152)