• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 179-183)

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

YANG SAH

1.3.4 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah

Daerah Lainnya

75.121.587.220 171.273.886.280 202.935.576.800 0

Sumber: *Data RealisasiAPBD Tahun 2013& 2014, ** Data penetapan APBD 2015 (tahun berjalan)

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 29

3.3.2. ARAH KEBIJAKAN PENDAPATAN DAERAH

Arah kebijakan pendapatan daerah tahun 2016 disesuaikan dengan kewenangan dan sumber pendapatan daerah dapat dibagi sebagai berikut :

a) Arah kebijakan pendapatan daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

1.

Mengoptimalkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah dengan: menerapkan sistem on-line penerimaan Pajak Daerah dan membenahi manajemen data penerimaan PAD;

2.

Memantapkan regulasi pajak yang telah diserahkan ke daerah antara lain BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan), Pajak Bumi dan Bangunan serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah berikut prosedur dan mekanismenya;

3.

Memantapkan kelembagaan dan SistemOperasional Pemungutan Pendapatan Daerah;

4.

Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah untuk memberikan kontribusi secara

signifikan terhadap Pendapatan Daerah;

5.

Meningkatkan kualitas pengelolaan aset dan keuangan daerah;

6.

Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah;

7.

Meningkatkan koordinasi dalam peningkatan pendapatan daerah dengan Instansi/lembaga terkait di tingkat kota dan provinsi;

b) Arah kebijakan pendapatan daerah untuk meningkatkan Dana Perimbangan

1. Mengoptimalkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN) dan PPh pasal 21;

2. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi dalam pelaksanaan Dana Perimbangan.

c) Arah kebijakan pendapatan daerah untuk meningkatkan penerimaan pendapatan non-konvensional, antara lain melalui: peluang pendanaan pihak ketiga melalui pola kerjasama pemerintah dan swasta (KPS).

3.3.3. REALISASI DAN PROYEKSI BELANJA DAERAH 2013-2016

Alokasi Belanja Daerah yang dikeluarkan pemerintah kota setiap tahunnya dimaksudkan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kota baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Belanja daerah terdiri atas:

1. Belanja Tidak Langsung meliputi belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan tidak terduga;

2. Belanja Langsung yang meliputi belanja pegawai, barang dan jasa serta belanja modal.

Perkembanganrealisasi belanja daerah Kota Bandung mengalami kenaikan dari Rp.4,027 Trilyun pada tahun 2013 menjadi Rp.4,435 Trilyun pada tahun 2014. Dilihat dari proporsinya, perbandingan alokasi belanja tidak langsung (BTL) dengan belanja langsung (BL) adalah sekitar 52,52 : 47,45 pada tahun 2013, menjadi 52,76 : 47,23 pada tahun 2014.

Realisasi Belanja Tidak Langsung tahun 2013 mencapai Rp. 2,115 Trilyun meningkat menjadi Rp. 2,340 Trilyun pada tahun 2014. Sedangkan untuk realisasi Belanja Langsung mencapai Rp. 1,911 Trilyun pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 2,095 Trilyun pada tahun 2014.

Pada tahun 2015, belanja daerah ditetapkan pada nilai Rp. 6,601 Trilyun, dengan komposisi Rp. 2,770 Trilyun untuk Belanja Tidak Langsung, dan Rp. 3,830 Trilyun untuk Belanja Langsung. Sementara itu, untuk perhitungan proyeksi belanja daerah tahun 2016, diperkirakan mencapai angka Rp. 6,019 Trilyun dengan komposisi Rp. 2,769 Trilyun untuk Belanja Tidak Langsung, dan Rp. 3,249 Trilyun untuk Belanja

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 30

Langsung. Secara rinci realisasi dan proyeksi belanja dalam kurun waktu 2013-2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.12

Realisasi Belanja Tahun 2013-2014, Penetapan APBDTahun 2015, Serta Proyeksi Belanja Tahun 2016

No Uraian Jumlah (Rp) Realisasi 2013 * Realisasi 2014 * Penetapan APBD 2015 ** Proyeksi 2016 *** 2 BELANJA 4.027.469.180.321 4.435.668.864.594 6.601.271.445.621 6.019.326.042.000 2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 2.115.995.404.687 2.340.040.677.769 2.770.565.462.000 2.769.566.926.121 2.1.1 Belanja Pegawai 1.791.058.168.884 2.006.293.221.399 2.491.379.669.346 2.481.022.884.121 2.1.2 Belanja Bunga 0 0 0 0 2.1.3 Belanja Subsidi 95.875.317.500 95.628.422.500 122.806.000.000 145.336.000.000 2.1.4 Belanja Hibah 207.644.276.589 164.426.915.411 140.379.792.654 127.208.042.000 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 19.951.732.000 72.791.138.800 0 0 2.1.6 Belanja Bantuan Keuangan

kepada Provinsi/ Kab/Kota dan Pem. Desa Lainnya

814.044.939 835.418.959 1.000.000.000 1.000.000.000

2.1.7 Belanja Tidak Terduga 651.864.775 65.560.700 15.000.000.000 15.000.000.000 2.2 BELANJA LANGSUNG 1.911.473.775.634 2.095.628.186.825 3.830.705.983.621 3.249.759.115.879 2.2.1 Belanja Pegawai 162.332.577.849 186.822.928.770 268.522.864.881 p.m 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 684.295.757.477 937.364.658.724 1.520.569.213.049 p.m 2.2.3 Belanja Modal 1.064.845.440.308 971.440.599.331 2.041.613.905.690 p.m Sumber: *Data RealisasiAPBD Tahun 2013& 2014,

** Data penetapan APBD 2015 (tahun berjalan) *** Data Proyeksi APBD 2016

3.3.4. ARAH KEBIJAKAN BELANJA DAERAH

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun 2016 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan, dengan memperhatikan prestasi kerja setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta menjamin efektifitas penggunaan anggaran kedalam program/kegiatan.

Kebijakan belanja daerah tahun 2016 diarahkan dengan pengaturan pola pembelajaan yang proporsional,efisien dan efektif, dengan upaya sebagai berikut:

1. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang pelayanan dasar Masyarakat meliputi urusan Pendidikan dan urusan Kesehatan serta Peningkatan Infrastruktur Kota bagi pertumbuhan ekonomi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi Masyarakat

2. Efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawab pemerintah Kota Bandung.

3. Belanja dalam rangka penyelenggaran urusan wajib diarahkan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan fasilitas sosial dan fasilitas umum.

4. Pengelolaan pembangunan melalui penerapan belanja sistem multi-tahun untuk kegiatan yang memerlukan dana yang sangat besar dan peruntukannya untuk kepentingan publik.

5. Mengefisienkan pengeluaran belanja yang bersifat umum dalam kegiatan pada masing-masing SKPD, sesuai dengan kompleksitas, besaran pagu anggaran dan jumlah personilnya. Kebijakan ini terkait terutama Efisiensi Belanja Perjalanan Dinas, menekan belanja Makanan dan Minuman kegiatan serta lebih selektif dalammengakomodir usulan pengadaan Kendaraan Dinas.

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 31

6. Mengakomodir serta mempertegas proporsi usulan masyarakat melalui media Musrenbang pada beberapa SKPD yang dapat memfasilitasi usulan tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Kebijakan untuk belanja tidak langsung meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Mengalokasikan belanja pegawai yang merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Mengefisienkan alokasi belanja bantuan sosial yang digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Mengefisienkan alokasi dana hibah yang digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah kepada kelompok masyarakat dan perorangan dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik dalam bentuk fisik dan non fisik

4. Mengalokasikan bantuan keuangan yang digunakan untuk memberikan program kewilayahan di tingkat kelurahan dan kecamatan dalam rangka percepatan pengentasan kemiskinan di wilayah. 5. Mengalokasikan belanja tidak terduga, yang merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak

biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya

3.3.5. REALISASI DANPROYEKSI PEMBIAYAAN DAERAH 2013-2016

Pengertian pembiayaan menurut peraturan perundangan adalah sebagai berikut:

 Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. (UU No.23/2014)

 Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus (Permendagri No.13/2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011)

Istilah pembiayaan berbeda dengan pendanaan (funding). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Sisi pendapatan dari pembiayaan sebagai faktor penambah sisi penerimaan/pendapatan daerah dimana pos pembiayaan digunakan untuk menutupi anggaran pendapatan dan belanja daerah yang defisit.

Jenis pembiayaan daerah dapat dibedakan sebagai berikut:

 Penerimaan Pembiayaan, yang meliputi: SILPA tahun anggaran sebelumnya, Pencairan dana cadangan, Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, Penerimaan pinjaman, Penerimaan kembali pemberian pinjaman dan Penerimaan piutang daerah;

 Pengeluaran Pembiayaan yang meliputi: Pembentukan dana cadangan, Penyertaan modal pemerintah daerah, Pembayaan pokok utang dan Pemberian pinjaman.

Selanjutnya Pembiayaan Netto adalah selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan Netto harus dapat menutup defisit APBD. Berikut ini ditampilkan tabel mengenai perkembangan pembiayaan daerah tahun 2012-2015.

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 32 Tabel III.13

Realisasi Pembiayaan Tahun 2013-2014, Penetapan APBD 2015, Dan Proyeksi Pembiayaan Daerah Tahun 2016

No Uraian Jumlah (Rp) Realisasi 2013 * Realisasi 2014 * Penetapan APBD 2015 ** Proyeksi 2016 *** 3 PEMBIAYAAN 3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 432.448.611.338 710.156.377.543 1.184.861.201.824 338.826.042.000 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya

432.448.611.338 710.156.377.543 1.184.861.201.824 338.826.042.000

3.1.2 Pencairan Dana Cadangan 0 0 0 0

3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 179-183)