• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI EKONOMI GLOBAL DAN REGIONAL

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 166-174)

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.2 TANTANGAN DAN PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 2016 DAN

3.2.1. KONDISI EKONOMI GLOBAL DAN REGIONAL

Perekonomian global masih berjuang untuk mendapatkan momentum karena banyak negara berpenghasilan tinggi (high-income countries) masih terus bergulat dengan warisan krisis keuangan global dan negara-negara berkembang (emerging economies) juga masih kurang dinamis dalam pertumbuhannya. Setelah sedikit naik pada tahun 2014, menjadi 2,6%, PDB dunia diperkirakan akan tumbuh sekitar 3,0% pada tahun 2015 dan 3,3% pada tahun 2016. Hal ini didukung oleh pemulihan bertahap di negara-negara berpenghasilan tinggi, harga minyak yang rendah, dan surutnya permasalahan domestik di negara-negara berkembang. Negara berkembang diharapkan mengalami peningkatan pertumbuhan dari 4,4% pada 2014 menjadi 4,8% dan 5,3% pada tahun 2015 dan 2016. Harga minyak yang lebih rendah akan menyebabkan pergeseran pendapatan riil yang cukup besar terhadap negara- negara pengimpor minyak dari negara pengekspor minyak1.

Pertumbuhan global pada tahun 2014 lebih rendah dari yang diharapkan. Ini menunjukkan pola yang mengecewakan selama beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan hanya mengalami kenaikan minim pada tahun 2014 yaitu sebesar 2,6%, dari 2,5 persen pada tahun 2013. Sementara aktivitas di Amerika Serikat dan Inggris telah menunjukan momentum yang baik di pasar tenaga kerjadan kebijakan moneter yang masih akomodatif, pemulihan di Kawasan Eropa dan Jepang masih terkendala akibat dari warisan krisis keuangan yang cukup lama terkait dengan kemacetan struktural. Sementara itu di China sedang mengalami perlambatan yang dikelola dengan hati-hati (managed slowdown). Pertumbuhan yang cukup mengecewakan di negara-negara berkembang lainnya pada tahun 2014 mencerminkan melemahnya permintaan eksternal, tetapi juga pengetatan kebijakan domestik, ketidakpastian politik dan kendala di sisi penawaran. Sementara, Kawasan Eropa tumbuh stagnan dan Jepang kembali memasuki zona resesi dengan pertumbuhan yang terkontraksi semakin dalam.

1

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 16 Grafik III.1

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Hingga Tahun 2017

Sumber : World Bank,Global Economic Prospects, Having Fiscal Space and Using It, January 2015

Negara-negara berpenghasilan tinggi cenderung akan tumbuh 2,2% pada 2015-2017, naik dari 1,8% pada tahun 2014 dengan dukungan pulihnya pasar tenaga kerja secara bertahap, surutnya konsolidasi fiskal, dan masih rendahnya biaya pendanaan (financing costs). Di negara-negara berkembang, pertumbuhan diproyeksikan akan meningkat secara bertahap, naik dari 4,4% pada 2014, menjadi 4,8% pada tahun 2015, dan 5,4% pada 2017 (World Bank,2015).

Di negara-negara berpenghasilan tinggi, kondisi pemulihan yang masih rentan menjadikan adanya kebutuhan untuk melanjutkan kebijakan moneter yang akomodatif dan dengan pendekatan fleksibel dalam mendukung pertumbuhan, yang disertai juga dengan rencana konsolidasi jangka menengah dan reformasi struktural yang jelas. Di negara berkembang, pengetatan keuangan global dapat mengurangi arus modal dan memicu depresiasi mata uang lebih lanjut. Beberapa bank sentral di negara berkembang mungkin harus mempertimbangkan langkah-langkah kebijakan moneter untuk mendukung pertumbuhan untuk menstabilkan inflasi dan mata uang, atau memperkuat stabilitas sistem keuangan. Stimulus fiskal juga penting untuk dipertimbangkan dalam hal penurunan siklus kondisi ekonomi. Ke depan, negara berpenghasilan tinggi dan negara berkembang masih perlu melakukan reformasi struktural yang komprehensif, termasuk perbaikan institusi dan infrastruktur publik, dalam rangka untuk mempromosikan pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja(World Bank, 2015).

Ekonomi yang kian lemah menjadi pertimbangan bagi IMF untuk memangkas proyeksipertumbuhan ekonomi global. Pada Oktober 2014, IMF merevisi ke bawah ekspektasi pertumbuhanglobal menjadi 3,3% yoy, dari estimasi sebelumnya sebesar 3,4%. Penurunan estimasi tersebutmengindikasikan bahwa kinerja ekonomi global tumbuh di level yang sama dengan tahun 2013.Namun, pertumbuhan ekonomi global diproyeksi akan kembali meningkat menjadi 3,8% di2015. Salah satu pendorong akselerasi tersebut adalah perbaikan ekonomi AS–diperkirakanakan tumbuh sebesar 3% di 2015- yang diperkuat oleh

2.4 2.5 2.6 3.0 3.3 3.2 1.4 1.4 1.8 2.2 2.4 2.2 4.8 4.9 4.4 4.8 5.3 5.4 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Persen Dunia

Negara Berpenghasilan Tinggi (High Income) Negara Berkembang (Developing Countries)

Proyeksi Estimasi

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 17

penghentian stimulus pembelian assetserta rencana normalisasi kebijakan yang di prediksi akan ditempuh pada 20152.

Di tingkat Kawasan Asia Timur dan Pasifik, kondisi ekonomi terus mengalami penyesuaian secara bertahap terhadap pertumbuhan yang lebih lambat. Pertumbuhan regional merosot ke 6,9% pada tahun 2014 sebagai akibat dari kebijakan pengetatan dan ketegangan politik yang menekan kenaikan ekspor sejalan dengan pemulihan yang sedang berlangsung di beberapa negara berpenghasilan tinggi. Prospek jangka menengah dari pertumbuhan ialah 6,7% pada tahun 2015 dan relatif konstan setelahnya (2016- 2017) yang salah satunya diakibatkan oleh perlambatan ekonomi secara bertahap di China.

Grafik III.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Asia Timur dan Pasifik Hingga Tahun 2017

Pertumbuhan di Kawasan Asia Timur & Pasifik Pertumbuhan di Beberapa Negara Asia Timur & Pasifik Sumber : World Bank,Global Economic Prospects, Having Fiscal Space and Using It, January 2015.

Tabel III.8

Proyeksi Pertumbuhan PDB Berdasarkan Komponen Pengeluaran di Kawasan Asia Timur dan Pasifik

No Uraian 2011 2012 2013 20141) 20152) 20162) 20172) 1 Private consumption 9.0 7.7 6.8 7.4 7.4 7.5 7.6 2 Public consumption 8.7 8.1 7.7 7.4 7.4 7.4 7.4 3 Fixed investment 8.6 9.4 8.6 6.7 6.9 6.8 6.7 4 Exports 8.7 4.7 7.4 6.8 7.6 7.3 7.0 5 Imports 9.8 6.1 8.6 7.1 8.2 8.1 8.3 1)Estimasi 2)Proyeksi

Sumber : World Bank,Global Economic Prospects, Having Fiscal Space and Using It, January 2015.

Pada sebagian besar ekonomi di Kawasan Asia Timur & Pasifik, perlambatan tercermin di perkembangan dalam negeri. Di Cina, langkah-langkah kebijakan dilakukan untuk untuk menghindari perlambatan yang lebih tajam lagi. Saat ini, pertumbuhan di China terus mengalami pelambat. Di wilayah lain di Kawasan

2

Bank Indonesia, Perkembangan Ekonomi Keuangan dan kerja sama internasional Triwulan III

–2014. 8.3 7.4 7.2 6.9 6.7 6.7 6.7 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Persen Proyeksi Estimasi 6.5 6.3 5.8 5.1 5.2 5.5 5.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Persen

Asia Timur (Tanpa China) China Indonesia Thailand

Proyeksi Estimasi

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 18

Asia Timur & Pasifik (selain China), pertumbuhan melambat menjadi 4,6% di tahun 2014. Hal ini sebagian besar mencerminkan pengetatan kebijakan dalam negeri. Di sisi lain kekacauan politik di Thailand baru dapat diselesaikan pada akhir 2014. Kondisi eksternal secara umum masih cukup mendukung yang mencerminkan pemulihan tingkat permintaan namun dengan peningkatan yang lemah. Ini terutama pemulihan tingkat permintaan dari Amerika.

Indikasi melemahnya perekonomian global juga ditunjukkan oleh tren penurunan harga komoditas dan tekanan inflasi. Turunnya harga komoditas, terutama harga minyak yang turun sangat signifikan, disebabkan oleh lemahnya permintaan di tengah meningkatnya pasokan. Meski pun kinerjanya kurang memuaskan, berbagai pihak masih optimis pemulihan ekonomi akan kembali pada jalurnya (on track).

Grafik III.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi di Tiap Kawasan Regional Hingga Tahun 2017

Sumber : World Bank,Global Economic Prospects, Having Fiscal Space and Using It, January 2015

Di sisi lain,International Monetary Fund(IMF) memprediksi Kawasan Asean mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% di tahun 2015 dan 5,3% pada tahun 2016. Sedangkan untuk Kawasan Asia, pada tahun 2015 diproyeksikan mengalami pertumbuhan sebesar 5,6%. Prospek Asia diperkirakan akan cukup tetap solid, dibantu oleh pemulihan global yang sedang berlangsung dan masih cukup akomodatif kondisi dan kebijakan keuangan. Pertumbuhan PDB di Kawasan Asia diperkirakan akan mencapai 5,5% pada tahun 2014. Momentum yang kuat atas kondisi di Amerika Serikat dan pemulihan bertahap perekonomian global (namun masih tetap rapuh) cukup dapat memberikan dorongan untuk ekspor di Kawasan Asia. Sementara pertumbuhan kredit yang kuat dan relatif rendah tingkat suku bunga mendorong permintaan domestik. Meningkatnya kepercayaan, ditambah dengan valuasi pasar ekuitas yang kuat, juga diharapkan dapat membantu investasi di sejumlah negara. Permintaan domestik juga mendapatkan manfaat dari pertumbuhan kredit yang umumnya kuat, dan bank di Kawasan Asia umumnya memiliki tingkat keuntungan dan kapitalisasi yang baik (IMF, 2015).

8.3 7.4 7.2 6.9 6.7 6.7 6.7 -3 -1 1 3 5 7 9 11 13 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Persen

Eropa dan Asia Tengah Amerika Latin & Karibia

Timur Tengah dan Afrika Utara Asia Selatan

Sub-Sahara Afrika Asia Timur & Pasifik

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 19 Tabel III.9

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi di Asia

No Uraian 2011 2012 2013 20141) 20152) 20162)

1 ASEAN 4.9 6.0 5.3 4.5 5.2 5.3

2 Asia 6.2 5.5 5.5 5.5 5.6 n.a

1)Estimasi 2)Proyeksi

Sumber : IMF, Regional Economic Outlook,Asia and Pacific Economic Outlook: October 2014 Update IMF,World Economic Outlook, January 2015

Perekonomian ASEAN akan mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahun 2014 dan akan cukup pulih pada tahun 2015 karena ekonomi global yang juga mengalami cukup pemulihan, serta adanya penurunan ketidakpastian kebijakan domestik, khususnya di Thailand dimana permintaan domestik publik dan swasta mengalami kenaikan kembali (rebound) (IMF, 2015).

Tertekannya pertumbuhan ekonomi dunia pada 2014 disebabkan masih sulitnya sejumlah kawasan dalam proses pemulihan ekonomi, di samping krisis politik di Ukraina dan Timur Tengah serta munculnya ancaman ebola. Negara-negara dalam Zona Eropa, China, dan Jepang masih belum menemukan formula yang tepat untuk keluar dari tren perlambatan.

Sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia, Jepang kini dalam fase resesi akibat krisis utang yang hampir mencapai 200% produk domestik bruto (PDB). Bahkan, salah satu lembaga keuangan dunia terkait dengan level kredit yaitu Moodys telah menurunkan peringkat kredit Jepang ke level Aa3 dari A1 dan merupakan pertama kali sejak 2011. Di kawasan Eropa, pemulihan juga masih relatif stagnan sehingga Bank Sentral Eropa (ECB) terus mempertahankan stimulus dan suku bunga murah. Pertumbuhan sektor manufaktur dan jasa juga belum menunjukkan perbaikan signifikan di kawasan Eropa.

Sementara itu, ekonomi China sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia dan kekuatan ekonomi terbesar di Asia juga masih mengalami tekanan serius. Kebijakan rebalancing yang dilakukan China saat ini belum mampu mendorong perbaikan ekonomi negara itu. Bahkan, ekonomi China periode Juli- September 2014 hanya mampu tumbuh 7,3% dan merupakan pertumbuhan terlambat sejak 2009.Kinerja sektor manufaktur China juga menunjukkan pelemahan sepanjang 2014 diikuti oleh stagnannya konsumsi domestik.

Untuk mengantisipasi pelemahan yang berkelanjutan, Bank Sentral China telah menambahkan stimulus likuiditas di pasar keuangan dan menurunkan tingkat suku bunga. Pada saat yang bersamaan, krisis politik di Timur Tengah dan krisis Ukraina yang melibatkan Rusia telah memicu kekhawatiran akan pemulihan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

Sementara itu, ekonomi Amerika Serikat setelah berakhirnya pelonggaran kuantitatif pada periode Juli- September 2014 tercatat tumbuh 3,9% atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 3,5%. Membaiknya sektor konsumsi domestik sebagai penggerak pertumbuhan Amerika dan menyumbang 70% PDB negara itudiperkirakan terus berlanjut pada 2015.

Realita ini telah menghadirkan harapan pemulihan ekonomi global sekaligus ancaman, khususnya bagi negara-negara berkembang mengingat rencana kenaikan suku bunga The Fed di 2015. Dari potret ekonomi global yang dipaparkan di atas, perekonomian nasional tahun 2015 akan dihadapkan pada sejumlah tantangan.

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 20

Pertama, kenaikan suku bunga The Fed pada pertengahan 2015 akan mendorong potensi aliran modal keluar dari Indonesia.Pemulihan ekonomi Amerika dan kenaikan suku bunga The Fed akan mendorong para investor global untuk merelokasi modalnya ke Amerika. Pada kondisi ini, ekonomi nasional dihadapkan pada pilihan kenaikan suku bunga acuan dan sejumlah insentif stimulus fiskal untuk menahan potensi aliran modal keluar.

Kedua, pelemahan harga komoditas global yang telah terjadi beberapa waktu ini akibat pelemahan permintaan global, sementara pasokan uang melimpah. Ini tidak hanya terjadi pada komoditas pangan, tetapi juga energi. Hingga akhir 2014, harga minyak dunia diperkirakan berada di level USD70 per barel. Menurunnya harga komoditas global tentu akan memberi sentimen negatif pada neraca perdagangan, mengingat struktur ekspor nasional masih didominasi oleh komoditas. Beberapakomoditaseksporseperti batu bara, karet, minyak sawit, dan tembaga telah mengalami penurunan hampir 20% sepanjang tahun ini.

Ketiga, pelemahan ekonomi zona Eropa, Jepang, dan China berpotensi menaikkan pertumbuhan ekonomi nasional mengingat ketiga kawasan ini merupakan mitra strategis Indonesia baik di sektor perdagangan maupun investasi.

Keempat, pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mendorong perlunya persiapan yang lebih matang tidak hanya terkait dengan pembangunan infrastruktur, tetapi juga perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pembenahan neraca perdagangan Indonesia- ASEAN. Kinerja neraca perdagangan Indonesia-ASEAN saat ini masih berada pada posisi defisit USD1,6 miliar periode Januari- Oktober 2014.

Kelima, risiko inflasi pada 2015 akan kembali meningkat pascakenaikan tarif listrik, elpiji, dan BBM. Risiko inflasi ini berpotensi menggerus daya beli masyarakat sehingga konsumsi domestik juga tertekan sepanjang 2015.

Dan yang terakhir (keenam), volatilitas nilai tukar rupiah juga masih relatif tinggi mengingat kenaikan suku bunga TheFed akan mendorong penguatan kurs dolar AS terhadap sejumlah nilai tukar mata uang khususnya negara berkembang seperti Indonesia.

Dengan berbagai kemungkinan di atas, proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2015 akan berada di rentang 5,1-5,3% dengan tingkat inflasi berada pada level 7,5-7,8%. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berada di level Rp11.8000 hingga Rp12.100 sepanjang 2015.

Neraca transaksi berjalan masih mengalami defisit 2,7-3,0% dari PDB sepanjang 2015 akibat kelanjutan tekanan neraca perdagangan barang dan jasa. Pada 2015, Bank Sentral Indonesia akan kembali menaikkan suku bunga acuannya ke level 8,0- 8,25% untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed di pertengahan 2015.Kemudian, harga minyak dunia kemungkinan akan tetap berada di bawah USD100 per barel atau tepatnya di kisaran USD75-85 per barel sepanjang 2015. Hal ini mengingat pasokan minyak serpih Amerika yang melimpah dan negara-negara OPEC juga tetap mempertahankan produksi 30 juta barel per hari

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 21 3.2.2. KONDISI EKONOMI NASIONAL

Secara umum kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2014 masih berhadapandengan sejumlah tantangan global dan juga domestik. Dari sisi global, pemulihan ekonomidi negara-negara maju masih terus berlangsung namun belum seimbang. Membaiknyaperekonomian Amerika Serikat secara konsisten belum diikuti dengan irama yang samadi kawasan Eropa. Bahkan, perekonomian Jepang cenderung mengalami stagnasi danperekonomian China mengarah pada perlambatan yang bersifat struktural. Tantangan inimenjadi semakin kompleks ketika dinamika geopolitik, sentimen kebijakan normalisasithe Fed, dan terus menurunnya harga komoditas utama dunia, turut mewarnai dinamikaperekonomian global. Dapat dikatakan bahwa dalam dua tahun terakhir, kinerja perekonomian nasional terus diliputi oleh kondisi global yangkurang menggembirakan. Ketidakpastian terkait normalisasi kebijakan moneter di AmerikaSerikat, perlambatan ekonomi di sejumlah negara maju dan negara berkembang utama, serta trenpenurunan harga komoditas global mewarnai kinerja perekonomian nasional sepanjang tahun 2013 dan 2014.

Dari sisi domestik, perekonomian Indonesia masih terus mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia ini dipandang masih selaras dengan upaya stabilisasi perekonomian, mengingat dalam periode yang sama defisit Neraca Transaksi Berjalan dapat terkendali dan kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia dapat terjaga. Selain itu, volatilitas nilai tukar rupiah terjaga dengan baik walaupun cenderung mengalami pelemahan, sejalan dengan pelemahan mata uang negara-negara di kawasan terhadap dolar AS. Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang terkena dampak dari perubahan kebijakan di AS tersebut, mengingat hampir sebagian besar negara-negara emerging marketsmengalami hal yang sama.

Grafik III.4

Trend Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2010-2014

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Ket : Badan Pusat Statistik (BPS) mulai menggunakan tahun dasar 2010 dalam menghitung pertumbuhan ekonomi terhitung sejak rilis pertumbuhan ekonomi Triwulan IV 2014 pada tanggal 5 Februari 2015

Terlihat dari Gambar di atas, bahwa selama periode 2011 hingga 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami trend penurunan. Jika di tahun 2011, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5%, maka di tahun 2014 hanya dapat tumbuh sebesar 5,02%.

6.2 6.5 6.3 5.78 5.02 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 2010 2011 2012 2013 2014 Persen

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 22 Grafik III.5

Tingkat Pertumbuhan Per Pulau Tahun 2014

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), Berita Resmi Statistik No. 17/02/Th.XVIII, 5 Februari 2015

Pulau yang mengalami pertumbuhan terkecil ialah Pulau Kalimantan dan Maluku & Papua, yaitu hanya sebesar 3,19% dan 4,32%. Pertumbuhan yang relatif kecil ini karena masih terjadi kontraksi kinerja di sektor pertambangan. Jika dilihat secara spasial antar pulau, terlihat bahwa di tahun 2014 Pulau Sulawesi memiliki tingkat pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan pulau lainnya, yaitu mencapai 6,88%. Tingginya pertumbuhan di Pulau Sulawesi didukung oleh kinerja sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Pulau Jawa dalam hal ini mengalami pertumbuhan sebesar 5,59% berada di atas pertumbuhan nasional.

Tantangan eksternal yang dihadapi oleh perekonomian domestik pada tahun 2015 adalah belumstabilnya perekonomian dunia, termasuk negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti China yang diperkirakan akan kembali mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.Kondisi tersebut yang disertai dengan penurunan harga komoditas global terutama harga minyakmentah dunia berpotensi memberikan tekanan pada perekonomian Indonesia. Melimpahnya pasokan minyak mentah dunia dengan hadirnya energi substitusi, yaitushale oil and gas, serta ketidaksepakatanOrganization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk mengurangi kuota produksi minyaknya telah mendorong penurunan harga minyak dunia tersebut. Kinerja ekspor dan investasi masih terkontraksi, sementara konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah menjadi penggerak bagi pertumbuhan ekonomi. Melambatnya kinerja ekspor dan investasi berdampak terhadap penurunan impor khususnya impor barang modal3.

Kebijakan yang paling esensial yang ditempuh oleh Pemerintah tahun 2015 adalah pengalihan belanja kurang produktif ke belanja yang lebih produktif dalam rangka mempercepat pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan. Kebijakan tersebut antara lain ditempuh melalui efisiensi belanja subsidi dengan tidak memberikan subsidi untuk BBM jenis premium, subsidi tetap (fixed subsidy) untuk BBM jenis minyak solar, dan tetap memberikan subsidi untuk BBM jenis minyak tanah. Kebijakan tersebut selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Pemerintah dalam mendanai program/kegiatan yang lebih produktif,

3

Bank Indonesia, Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia, Triwulan III 2014. 3.19 4.32 4.66 5.59 5.86 6.88 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Kalimantan Maluku dan Papua

Sumatera Jawa Bali & Nusa Tenggara

Sulawesi Persen

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 23

juga dimaksudkan untuk mewujudkan APBN yang lebih sehat dengan meminimalisir kerentanan fiskal dari faktor eksternal seperti fluktuasi harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah4.

Dari sisi moneter, dalam rangka antisipasi dan mitigasi gejolak eksternal, kebijakan moneter yangcenderung ketat (tight bias) ditempuh untuk menjaga stabilitas ekonomi, khususnya nilai tukardan inflasi. Kebijakan moneter yang cenderung ketat juga dimaksudkan untuk menjaga ekspektasi inflasi pelaku pasar terkait kebijakan penyesuaian harga jual BBM bersubsidi di dalam negeri.

Berikut ini, diuraikan proyeksi ekonomi Indonesia ke depan dengan menggunakan beberapa sumber data untuk komparasi.

Tabel III.10

Proyeksi Ekonomi Indonesia

No. Uraian 2011 2012 2013 20141) 20152) 20162) 20172)

Pertumbuhan Ekonomi

1 Perhitungan Bank Duniaa) 6.5 6.3 5.8 5.1 5.2 5.5 5.5

2 Perhitungan IMFb) 6.5 6.3 5.8 5.2 5.5 n.a n.a

3 Perhitungan ADBd) 5.7 6.0

4 Perhitungan dalam RAPBNP

2015c)

5.023) 5.7 6.3-6.94) 6.8-7.44)

Inflasi (% yoy)

1 Perhitungan dalam RAPBNP

2015c)

8.363) 5,0 3.0-5.04) 3.0-5.04)

2 Perhitungan ADBd) 5.7 4.8 n.a n.a

Keterangan :

a)World Bank, Global Economic Prospects, Having Fiscal Space and Using It, January 2015 b)IMF, Regional Economic Outlook, Asia and Pacific Economic Outlook: October 2014 Update c)Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan Rancangan APBN Perubahan Tahun Anggaran 2015. d)Asian Development Bank, Asian Development Outlook 2014, Indonesia.

1)Estimasi 2)Proyeksi

3)Badan Pusat Statistik, Berita Resmi, No. 17/02/Th.XVIII, 5 Februari 2015. 4)Asumsi Dasar Ekonomi Makro Jangka Menengah 2016-2018 (Kemenkeu)

Kedepan, tantangan yang dihadapi tidak semakin ringan. Proses normalisasi kebijakanthe Fedseiring pulihnya perekonomian AS, dinamika geopolitik di beberapa kawasan,serta transisi pemerintahan baru, akan mewarnai dinamika perekonomian nasionaldan sangat menentukan langkah kebijakan yang akan diambil.

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 166-174)