• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Layanan Urusan Pilihan 1 Pertanian

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 72-75)

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

PDRB P No Pendapatan Perkapita

3. Usaha menengah

2.1.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan 1 Pertanian

Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Per Hektar

Produktivitas tanaman pangan adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan tanaman pangan yang sedang diusahakan dengan sistem pengelolaan tertentu, termasuk didalamnya proses produksi. Walaupun Kota Bandung bukan merupakan daerah sentra produksi pertanian akan tetapi masih berpotensi untuk menghasilkan produk pertanian seperti padi dan palawija. Dari data di lapangan, diketahui bahwa sentra produksi padi di Kota Bandung adalah Kecamatan Ujung Berung, Rancasari, Cibiru, Cinambo, Gedebage, Buah Batu, dan Arcamanik. Produktivitas tanaman padi pada tahun 2014 sebanyak 6,503 ton/ha, mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya.

Tabel II.56

Produktivitas Padi Per Hektar Kota Bandung Tahun 2010-2014

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

1 Produktivitas padi per hektar n.a 6,1 ton/ha 6,202 ton/ha

6,295 ton/ha

6,503 ton/ha

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 45 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB

Mengingat Kota Bandung bukan merupakan daerah sentra produksi pertanian, maka kontribusi sektor pertanian terhadap pencapaian PDRB Kota Bandung pun nilainya cukup kecil, hanya berada pada kisaran 0,20%.Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Bandung dalam kurun waktu 2010-2014.

Tabel II.57

Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRBKota Bandung Tahun 2010-2013

No Uraian 2010 2011 2012 2013

1 Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB n.a 0,19% 0,20% 0,20%

Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, 2014

2.1.3.2.2 Pariwisata Kunjungan Wisata

Jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara ke Kota Bandung semakin mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan antara lain oleh semakin meningkatnya infrastruktur kota dan peningkatan promosi pariwisata. Jumlah wisawatan yang datang ke Kota Bandung dalam kurun waktu 2010-2014.

Tabel II.58

Jumlah Kunjungan Wisata Kota Bandung Tahun 2010-2014

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

1 Jumlah Kunjungan wisata (orang) 3.928.157 4.076.072 3.513.705 3.726.447 5.807.564

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, 2014

2.1.3.2.3 Kelautan dan Perikanan Produksi Perikanan

Sektor perikanan di Kota Bandung, terbagi ke dalam dua jenis, yaitu perikanan air tawar dan budidaya ikan hias. Keterbatasan lahan dan lingkungan padat penduduk menjadi hambatan dalam pengembangan perikanan ikan tawar, sehingga jenis perikanan ini hanya dilakukan dalam skala kecil. Namun demikian, produksi ikan konsumsi masih cukup besar bahkan melebihi target yang telah ditetapkan.Pada tahun 2014, produksi ikan konsumsi mencapai 106,30% dari target yang ditetapakan sebesar 2.600 ton.

Tabel II.59

Produksi Perikanan Kota Bandung Tahun 2010-2014

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

1 Produksi Perikanan 111,19% 109% 103,91% 103% 106,3%

Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, 2014

2.1.3.2.4 Perdagangan Ekspor Bersih Perdagangan

Nilai ekspor perdagangan Kota Bandung didapat sebesar US$ 603 juta, dihitung berdasarkan atas penerbitan surat keterangan asal komoditi yang merupakan rekomendasi yang menyatakan barang tersebut diproduksi di Bandung. Berikut gambaran mengenai ekspor bersih perdagangan Kota Bandung selama kurun waktu 2010-2014.

Tabel II.60

Ekspor Bersih Perdagangan Kota Bandung Tahun 2010-2014

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

1 Ekspor bersih perdagangan ($ juta) 625,3 653,6 669,2 601,5 603

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 46

2.1.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH

2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik(attractiveness)bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakanmultiflier effectbagi peningkatan daya saing daerah. Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan terhadap indikatorpengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita, pengeluaran konsumsi nonpangan per kapita, produktivitas total daerah, dan nilai tukar petani.

Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga Per Kapita (Angka Konsumsi RT Per Kapita)

Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan menghitung angka konsumsi RT per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya.

Komponen tertinggi penyumbang PDRB menurut penggunaan pada tahun 2012 adalah komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, yang menyumbang sekitar 60,57% terhadap total PDRB. Hal ini menunjukkan bahwa ditinjau dari sisi pengeluaran, perekonomian Kota Bandung sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga.

Tabel II.61

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Atas Dasar Harga Berlaku Kota Bandung Periode 2009-2012 (Rp Milyar)

Kelompok Pengeluaran Tahun

2009*) 2010*) 2011*) 2012**)

Konsumsi Rumah Tangga 43.136,26 50.374,67 58.363,29 67.306,69

• Makanan 18.081,11 21.085,55 25.224,68 28.068,96

• Non Makanan 25.055,14 29.289,12 33.138,61 39.237,73

Produk Domestik Regional Bruto 70.281,16 82.002,18 95.612,86 111.121,55 Sumber: BPS Kota Bandung, PDRB Menurut Penggunaan Kota Bandun Tahun 2009-2012

*) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara

Tabel II.62

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Atas Dasar Harga Konstan Kota Bandung Periode 2009-2012 (Rp Milyar)

Kelompok Pengeluaran Tahun

2009*) 2010*) 2011*) 2012**)

Konsumsi Rumah Tangga 19.303,12 20.995,85 22.988,97 24.901,53

• Makanan 8.215,33 8.736,11 9.400,39 9.697,99

• Non Makanan 11.087,79 12.259,73 13.588,58 15.203,54

Produk Domestik Regional Bruto 29.228,27 31.697,28 34.463,63 37.558,32 Sumber: BPS Kota Bandung, PDRB Menurut Penggunaan Kota Bandung Tahun 2009-2012

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 47

Secara total pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki kecenderungan yang meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan tingkat perekonomian di Kota Bandung.

Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita (Persentase Konsumsi RT untuk Non Pangan)

Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita dibuat untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga di luar pangan. Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita dapat dicari dengan menghitung persentase konsumsi RT untuk non pangan, yaitu proporsi total pengeluaran rumah tangga untuk non pangan terhadap total pengeluaran. Sejak tahun 2009 konsumsi non makanan memiliki proporsi yang lebih besar daripada konsumsi makanan. Pada tahun 2009, konsumsi non makanan mencapai Rp 25.055,14 milyar dan meningkat menjadi Rp 39.237,73 milyar pada tahun 2012 (atas dasar harga berlaku). Komposisi pengeluaran non makanan yang makin besar menjadi indikasi bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan.

Tabel II.63

Kontribusi Kelompok Pengeluaran Makanan dan Non Makanan

Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Kota Bandung Periode 2010-2013 (%)

Kelompok Pengeluaran Tahun

2010 2011 2012 2013

Atas Dasar Harga Berlaku

 Makanan 41,91 41,85 43,29 41,70

 Non Makanan 58,09 58,15 56,71 58.30

TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00

Atas Dasar Harga Konstan

 Makanan 42,56 41,61 40,89 38,94

 Non Makanan 57,44 58,39 59,11 61,06

TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kota Bandung, PDRB Menurut Penggunaan Kota Bandung Tahun 2009-2012 (olahan)

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 72-75)