• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 75-82)

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

PDRB P No Pendapatan Perkapita

3. Usaha menengah

2.1.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Suatu fasilitas wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan ketersediaannya(availability)dalam mendukung aktivitas ekonomi daerah di berbagai sektor di daerah dan antar-wilayah.

Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan

Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan dihitung untuk mengetahui tingkat ketersediaan sarana jalan dapat memberi akses tiap kendaraan. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan adalah perbandingan panjang jalan terhadap jumlah kendaraan.

Tabel II.64

Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan Kota Bandung Tahun 2010-2014

URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014

Panjang jalan (km) 1185,38 1185,38 1236,48 1236,48 1236,48

Jumlah kendaraan (kend) 1.215.585 1.320.749 1.352.089 1.443.217 1.539.409

Rasio (kend/km) 1025,48 1114,20 1093,50 1167,20 1244,99

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 48 2.1.4.3 Fokus IklimBerinvestasi

Angka Kriminalitas

Angka kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada tahun tertentu. Artinya dalam satu bulan rata-rata terjadi berapa tindak kriminalitas untuk berbagai kategori seperti curanmor, pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya. Indikator ini berguna untuk menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat.Keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas merupakan salah satu aspek strategis yang perlu dijaga untuk mewujudkan stabilitas suatu daerah yang berimbas pada Iklim investasi.

Tabel II.65

Angka Kriminalitas Kota Bandung Tahun 2010-2012

Jenis Kejadian 2010 2011 2012

1. Pencurian Kendaraan Roda 2 1758 973 1.178

2. Pencurian Kendaraan Roda 4 157 152 155

3...Pencurian dengan Pemberatan 737 619 767

4....Pencurian Dengan Kekerasan 425 513 493

5. Pencurian Biasa 267 261 327 6. Penganiayaan Ringan 121 136 163 7. Penganiayan Berat 294 219 278 8. Penipuan 906 828 890 9. Penggelapan 505 512 403 10. Pemerasan/Ancaman Keras 57 35 63 11. Pengrusakan 70 42 50 12. Kebakaran 33 8 5 13. Pembunuhan 5 3 10 14. Pemerkosaan 20 14 12 15. Perzinahan 15 10 8 16. Penculikan 6 1 10 17. Narkotika 222 220 13 0

18. Pemalsuan Mata Uang 3 5 5

19. Pemalsuan Surat 37 49 46

20. Pemalsuan Merk 9 5 3

21. Sumpah Palsu 2 - 7

22. Perjudian 36 62 66

23. Penghinaan 29 28 16

24. Cemar Nama Baik 70 70 81

25. Penadahan 2 1 1

26. Korupsi - -

27. Senpi, Handak, Sajam 28 30 35

28. Lain-lain Kriminalitas 453 511 675

Jumlah / Total 6277 5307 5877

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 49

Berdasarkan tabel di atas, pada periode tahun 2010-2011 angka kriminalitas di Kota Bandung mengalami penurunan. Akan tetapi, pada periode 2011-2012, angka kriminalitas di Kota Bandung cenderung meningkat.

Jumlah dan Macam Pajak Dan Retribusi Daerah

Instrumen utama dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal dilakukan melalui pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memungut pajak (taxing power) dan transfer ke daerah. Dalam hal ini, kebijakantaxing powerkepada daerah dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berdasarkan undang-undang tersebut, pajak daerah yang dapat dipungut oleh daerah adalah 16 jenis, meliputi 5 jenis yang dapat dipungut oleh daerah provinsi dan kabupaten/kota adalah sebanyak 11 jenis.Jenis pajak daerah yang direncanakan menjadi bagian pendapatan asli daerah Kota Bandung, meliputi: a) pajak hotel;b) pajak restoran; c) pajak hiburan; d) pajak reklame; e) pajak penerangan jalan; f) pajak parkir; g) Pajak Bumi Bangunan (PBB); h) Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan i) pajak air tanah.

Tabel II.66

Perincian Pendapatan Pajak Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2014 (Sebelum Dilakukan Audit BPK-RI)

NO Uraian Tahun Anggaran 2014 Anggaran Pendapatan (Rp) Realisasi Pendapatan (Rp) % 1 Pajak Hotel 202.850.000.000,00 204.152.062.826,00 100,64 2 Pajak Restoran 140.000.000.000,00 142.399.711.300,00 101,71 3 Pajak Hiburan 45.000.000.000,00 40.730.151.211,00 90,51 4 Pajak Reklame 24.000.000.000,00 23.643.479.085,00 98,51

5 Pajak Penerangan Jalan 158.000.000.000,00 159.123.681.023,00 100,71

6 Pajak Parkir 12.000.000.000,00 12.155.079.775,00 101,29

7 PBB 360.000.000.000,00 372.575.609.204,00 103,49

8 BPHTB 428.150.000.000,00 418.786.427.368,00 97,81

9 Pajak Air Tanah 30.000.000.000,00 26.032.655.125,00 86,78

Jumlah 1.400.000.000.000,00 1.399.598.856.917,00 99,97

Sumber:Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2014

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa pajak hotel realisasinya melampaui target, (100,64%) dari yang telah ditetapkan pada tahun 2014. Hal ini dikarenakan adanya penambahan hotel-hotel baru dan meningkatnya okupansi hotel. Walaupun realisasi tidak setinggi tahun 2013, tetapi capaian ini merupakan sebuah prestasi yang harus dipertahankan, terutama dalam meningkatkan fungsi dan citra Kota Bandung sebagai kota perdagangan dan pariwisata.Realisasi pajak restoran juga melampaui target pada tahun 2014. Hal ini sejalan dengan penambahan jumlah restoran dan rumah makan baru, serta penerapan pajak restoran atas jasa boga/cateringsebagai pengganti pajak pertambahan nilai yang dimulai pada tahun 2012.

Kontribusi Tiap Komponen P

Sum

Berdasarkan grafik tersebut, terlihat diperoleh dari BPHTB yang menc 26,6%, kemudian diikuti oleh paj kewenangan BPHTB dan PBB yang semakin dominannya peran sektor menunjukkan akselerasinya di Kota dari survei yang dilakukanFastbook kota favorit di ASEAN, urutan ke-

Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan yang khusus disediakan dan/atau badan. Retribusi memiliki dua prins (regulatory). Hal ini tercantum dal menjadi bagian PAD Kota Bandung, m a) retribusi pelayanan kesehatan b) retribusi pelayanan pem

pengabuan mayat;

c) retribusi pelayanan parkir umum;

d) retribusi pengujian kendaraan e) retribusi pemeriksaan al

kebakaran;

Adapun rincian pendapatan dari berikut.

Paj Ta

1

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 Grafik II.15

omponen Pendapatan Pajak Daerah Kota Bandung Tahun Anggar

umber:Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2014

erlihat bahwa komponen pajak daerah yang memberikan encapai 29,9%. Kontribusi terbesar kedua berasal dari P pajak hotel sebesar 14,6%. Hal ini menunjukkan efek

yang diserahkan kepada pemerintah daerah. Selain itu ektor jasa dan perdagangan di Kota Bandung. Sektor par di Kota Bandung sangat mendorong penerimaaan pajak daer

stbooking.comdi akhir 2014, Kota Bandung menempati ur ke-5 di Asia Pasifik, dan urutan ke-21 di dunia.

gutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pem tau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan ua prinsip yaitu sebagai sumber pendapatan (budgetary) da

dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Jenis retr dung, meliputi:

ehatan;

pemakaman dan

kir di tepi jalan

ndaraan bermotor; alat pemadam

f) retribusi bidang perhubun g) retribusi rumah potong hew h) retribusi tempat rekreasi dan i) retribusi izin mendirikan bangu j) retribusi izin gangguan/ker k) retribusi ijin trayek.

dari retribusi daerah pada tahun anggaran 2014 dapat

Pajak Hotel 14.6% Pajak Restoran 10.2% Pajak Hiburan 2.9% Pajak Reklame 1.7% Pajak Penerangan Jalan 11.4% Pajak Parkir 0.9% PBB 26.6% BPHTB 29.9% Pajak Air Tanah 1.9% andung Tahun 2016 II - 50

andung Tahun Anggaran 2014 (%)

an kontribusi terbesar ari PBB yang mencapai efektifnya pelimpahan n itu juga menunjukkan pariwisata yang terus ak daerah, apalagi hasil pati urutan ke-1 sebagai

pemberian izin tertentu ngan orang pribadi atau dan sebagai pengatur retribusi daerah yang

hubungan; ng hewan;

easi dan olah raga; an bangunan; n/keramaian; dan

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 51 Tabel II.67

Perincian Penerimaan Retribusi Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2014 (Sebelum Dilakukan Audit BPK-RI)

NO URAIAN TAHUN ANGGARAN 2014 Anggaran Pendapatan (Rp) Realisasi Pendapatan (Rp) % SKPD

1 Retribusi Kesehatan Pelayanan 19.815.447.500,00 19.316.871.000,00 97,48

Dinkes, RSUD, RSKGM, RSKIA, DistanKP 2 Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat 3.071.953.500,00 3.952.350.000,00 128,66 Diskamtam

3 Retribusi Pelayanan Parkirdi Tepi Jalan Umum 6.855.000.000,00 5.528.338.000,00 80,65 Dishub 4 Retribusi Pengujian

Kendaraan Bermotor 6.837.000.000,00 5.464.529.000,00 79,93 Dishub 5 Retribusi Pemeriksaan

Alat Pemadam Kebakaran 950.000.000,00 533.957.100,00 56,21 DPPK 6 Retribusi Pengendalian

Menara Telekomunikasi 15.114.245.000,00 1.629.159.022,00 10,78 Diskominfo 7 Retribusi Bidang

Perhubungan 11.166.027.650,00 8.120.073.800,00 72,72 Dishub 8 Retribusi Rumah PotongHewan 1.500.000.000,00 1.523.570.000,00 101,57 Dispertapa 9 Retribusi Tempat Rekreasidan Olahraga 408.049.950,00 999.563.500,00 244,96 Diskamtam 10 Retribusi Ijin Mendirikan

Bangunan (IMB) 61.290.026.267,00 49.218.086.494,00 80,30 BPPT

11 Retribusi Ijin

Gangguan/Keramaian 4.000.000.000,00 2.723.896.471,00 68,10 BPPT 12 Retribusi Ijin Trayek 150.000.000,00 181.925.000 121,28 Dishub, BPPT

Jumlah 131.157.749.867,00 99.192.319.387,00 75,63

Sumber:Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2014

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa total perolehan retribusi daerah tidak mencapai target yang diharapkan dan hanya terealisasi sebesar Rp99.192.319.387,00 atau mencapai 75,63% dari target. Adapun beberapa retribusi yang melebihi target yang telah ditetapkan, adalah sebagai berikut.

a) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan yang dikelola oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan dengan perolehan sebesar Rp3.952.350.000,00 dari target sebesar Rp3.071.953.500,00 atau mencapai 128,66%. Retribusi ini berhasil melebihi target dikarenakan optimalnya sosialisasi Peraturan Daerah tentang Pelayanan Pemakaman melalui media massa/elektronik dan tatap muka dengan warga masyarakat dan perangkat pemerintah kewilayahan, serta adanya kesadaran ahli waris terhadap keberadaan makam keluarganya.

b) Retribusi rumah potong hewan yang dikelola oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dengan perolehan sebesar Rp1.523.570.000,00 dari target sebesar Rp1.500.000.000,00 atau mencapai 101,57%. Retribusi ini melebihi target, dikarenakan:

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 52

(1) adanya kebijakan pemerintah untuk membebaskan kuota impor sapi bakalan asal Australia sehingga para importir bebas menyediakan sapi potong dan

(2) pada tahun 2014, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan bekerjasama dengan beberapa feedloter, diantaranya Bisnis Lintas Indonesia (BLI), Agri Satwa, dan Santori melaksanakan pemotongan sapi impor di rumah potong hewan Pemerintah Kota Bandung.

c) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga yang dikelola oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan dengan perolehan sebesar Rp999.563.500,00 dari target sebesar Rp408.049.950,00 juta atau mencapai 244,96%. Retribusi ini melebihi target dikarenakan semakin banyaknya kunjungan wisatawan ke tempat rekreasi.

d) Retribusi izin trayek yang dikelola oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Dinas Perhubungan dengan capaian sebesar Rp181.925.000,00 dari target sebesar Rp150.000.000,00 atau mencapai 121,28%. Retribusi ini melebihi target sehubungan dengan adanya penambahan trayek baru, seperti halnya taksi.

Nilai Investasi

Selama kurun waktu 10 tahun dari tahun 2005-2014, nilai investasi Kota Bandung Tahun 2005-2014 mengalami fluktuasi yang cukup dinamis. Pada tahun 2014, nilai investasi Kota Bandung (PMDN dan PMA) mencapai 3.611.107.060.000 dengan jumlah proyek 71 proyek, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 7.336 orang. Berikut merupakan data lengkap, nilai investasi Kota Bandung Tahun 2005-2014.

Tabel II.68

Nilai Investasi Kota Bandung Tahun 2005-2014

Tahun

PMA PMDN T O T A L PMA dan PMDN

Proy ek

Nilai Investasi Tenaga Kerja

Proy

ek Nilai Investasi Tenaga Kerja Jumlah Proyek Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Investasi 2005 11 75.288.931.796 280 4 75.493.288.889 209 15 489 150.782.220.685 2006 8 154.342.972.040 194 6 26.813.306.158 764 14 958 181.156.280.198 2007 12 341.560.986.723 1.020 2 11.100.000.000 125 14 1.145 352.660.986.723 2008 21 1.627.484.123.532 4.397 6 1.064.698.994.914 913 27 5.310 2.692.183.118.446 2009 16 168.384.928.000 805 5 260.177.320.330 1.984 21 2.789 428.562.248.330 2010 41 855.457.502.923 6.717 10 13.304.641.269.029 1.315 51 8.032 14.160.098.771.952 2011 35 9.016.289.000.990 6.601 15 515.098.065.067 57.576 50 64.177 9.531.387.066.057 2012 48 624.103.940.700 8.801 17 933.165.548.509 4.419 65 13.220 1.557.269.489.209 2013 40 183.836.466.000 2.339 13 1.578.456.900.000 6.291 53 8.630 1.762.293.366.000 2014 51 190.530.250.000 4.103 20 342.057.681.000 3.233 71 7.336 3.611.107.060.000 Sumber:Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung, 2014

2.1.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Hal ini dapat disadari oleh karena manusia sebagai subyek dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 53

mampu memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional.

Kualitas sumberdaya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat sejauh mana beban ketergantungan penduduk.

Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3)

Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan S1, S2 dan S3.

Tabel II.69

Rasio Lulusan S1/S2/S3 Kota Bandung Tahun 2010-2014

No Uraian 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah Lulusan S1/S2/S3 298.962 282.337 271.984 261.402 2 Jumlah Penduduk 2.394.873 2.424.957 2.455.517 2.483.977

3 Rasio Lulusan S1/S2/S3 12,48 % 11,64 % 11,07% 10,52 %

Sumber: BPS Kota Bandung, Tahun 2014

Data dari tabel diatas, menunjukkan rasio pendidikan sarjana dan pasca sarjana masyarakat kota Surakarta masih rendah dan cenderung menurun setiap tahun. Implikasi kebijakan ke depan adalah mendorong masyarakat meningkatkan jenjang pendidikan anak-anaknya hingga sarjana atau pasca sarjana, untuk mengantisipasi tuntutan kebutuhan lapangan pekerjaan formal.

Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)

Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Rasio ketergantungan(dependency ratio)dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependencyratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentasedependency ratioyang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 54 Tabel II.70

Rasio Ketergantungan Kota Bandung Tahun 2010-2014

No Uraian 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah Penduduk < 15 Tahun 599.861 607.955 615.051 575.782 2 Jumlah Penduduk > 64 Tahun 103.110 102.156 105.721 136.660 3 Jumlah Penduduk usia Tidak Produktif

(1+2)

702.971 710.111 720.772 712.442

4 Jumlah Penduduk 15-64 1.691.902 1.714.846 1.734.745 1.771.535

5 Rasio Ketergantungan 41,55 41,41 41,55 40,22

Sumber: BPS Kota Bandung, Tahun 2014

Dari tabel di atas, trend angka ketergantungan Kota Bandung dari tahun 2010-2013 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2013, nilai rasio ketergantungan Kota Bandung sebesar 40,22. Artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 40 orang yang belum produktif dandianggap tidak produktif lagi. Dari data demografi Kota Bandung, isu pengendalian jumlah penduduk dan pengendalian penduduk tumbuh seimbang perlu mendapat perhatian dan prioritas.

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 75-82)