EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonom
Tingkat kesejahteraan dan pemerataan ekonomimasyarakat merupakan tujuan utama pembangunan. Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dilakukan terhadap beberapa indikator, yaitu pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita, indeks gini, pemerataan pendapatan versi Bank Dunia, indeks ketimpangan Williamson (indeks ketimpangan regional), persentase penduduk diatas garis kemiskinan, dan angka kriminalitas.
2.1.2.1.1 Pertumbuhan PDRB
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Penyajian PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. Nilai PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah pergeseran dan struktur perekonomian daerah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dapat mencerminkan perkembangan riil ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun (LPE).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat mencerminkan kondisi dan pencapaian aktivitas atau kinerja perekonomian daerah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha adalah penghitungan PDRB dengan pendekatan produksi dimana setiap sektor/lapangan usaha dihitung nilai tambahnya selama kurun waktu satu tahun. Jumlah nilai tambah seluruh sektor merupakan nilai PDRB daerah tersebut pada tahun yang bersangkutan. Struktur perekonomian suatu daerah merupakan gambaran tentang komposisi perekonomian daerah yang terdiri atas sembilan sektor ekonomi.Berikut Nilai dan kontribusi sektoral (lapangan usaha) PDRB Kota Bandung tahun 2009-2013.
Tabel II.10
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Bandung Tahun 2009-2013 Atas Dasar Harga Konstan
SEKTOR 2009 2010 2011 2012* 2013**
Rp (Juta) % Rp (Juta) % Rp (Juta) % Rp (Juta) % Rp (Juta) %
Pertanian 74.461 0,25 63.340 0,20 67.070 0,19 71.176 0,19 72.974 0,18 Pertambangan dan penggalian - - - - Industri pengolahan 7.792.641 26,66 8.067.254 25,45 8.365.548 24,27 8.631.501 22,98 9.064.241 22,17 Listrik, gas
Dan air bersih
689.731 2,36 761.964 2,40 843.768 2,45 935.410 2,49 1.019.536 2,49 Bangunan/
Kontruksi
1.432.099 4,90 1.592.431 5,02 1.782.526 5,17 2.020.091 5,38 2.195.602 5,37 Perdagangan,
Hotel dan restoran
11.375.644 38,92 12.623.317 39,82 14.040.746 40,74 15.666.694 41,71 17.428.313 42,62 Pengangkutan dan komunikasi 3.147.347 10,77 3.501.283 11,05 3.885.215 11,27 4.309.552 11,47 4.753.252 11,62 Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan 1.538.871 5,27 1.670.210 5,27 1.813.112 5,26 1.986.038 5,29 2.182.531 5,34 Jasa - jasa 3.177.476 10,87 3.417.482 10,78 3.665.646 10,64 3.937.856 10,48 4.173.563 10,21 TOTAL PDRB 29.228.272 100 31.697.282 100 34.463.631 100 37.558.320 100 40.890.013 100
Nilai dan Kontribusi S Sektor 2009 Rp (Juta) % Pertanian 168.080 0,2 Pertambangan dan penggalian - Industri pengolahan 17.208.403 24,4 Listrik, gas dan air
bersih 1.616.732 2,3 Bangunan/ Kontruksi 3.223.944 4,5 Perdagangan,
Hotel dan restoran
28.781.328 40,9 Pengangkutan
Dan komunikasi
8.272.059 11,7 Keuangan,
Persewaan dan jasa perush
4.402.111 6,2
Jasa - jasa 6.608.505 9,4 Total PDRB 70.281.163 10
Sumber : BPS Kota Bandung, 2009-2013, ang
Berdasarkan nilai PDRB berdasar dan restoran memberikan kontribus sektor perdagangan. hotel. dan ditunjukkan oleh besarnya kontr peningkatan selama 5 tahun ter perdagangan, hotel, dan restoran Bandung. Pada tahun 2013, sektor menunjukkan bahwa sektor tersier
Perkembangan Kontribusi Sumber: BPS Kota B 26.66 38.92 10.77 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 2009 Kontribusi (%)
RKPD Kota Bandung Tahun 2016 Tabel II.11
ibusi Sektor dalam PDRB Kota Bandung Tahun 2009- Atas Dasar Harga Berlaku
2010 2011 2012*
% Rp (Juta) % Rp (Juta) Rp (Juta) %
0,24 161.743 0,20 192.743 0,20 229.013 0,2 - - - - 4,49 19.990.518 24,38 22.482.061 23,51 25.062.739 22,5 2,30 1.892.657 2,31 2.201.593 2,30 2.608.429 2,3 4,59 3.826.745 4,67 4.425.332 4,63 5.400.662 4,8 0,95 33.301.560 40,61 39.436.088 41,25 46.304.473 41,6 1,77 9.813.959 11,97 11.841.320 12,38 13.854.501 12,4 6,26 5.110.879 6,23 6.094.630 6,37 7.382.790 6,6 9,40 7.904.116 9,64 8.939.096 9,35 10.278.945 9,2 100 82.002.176 100 95.612.863 100 111.121.551 10
angka perbaikan, **angka sementara
asarkan harga konstan maupun harga berlaku, sektor per ntribusi terbesar dalam sktruktur PDRB Kota Bandung. an restoran merupakan salah satu sektor unggulan Kota
ntribusi sektor ini terhadap perekonomian Kota Bandung terakhir. Berdasarkan harga konstan, berlaku pada tahu oran memberikan kontribusi sebesar 38,92% terhadap per
ektor ini mengalami peningkatan kontribusi menjadi sebes rsier telah menjadi penopang utama perekonomian Kota B
Grafik II.6
ontribusi di Tiga Sektor Terbesar Kota Bandung Tahun 20 Atas Dasar Harga Konstan
a Bandung, 2014 25.45 24.27 22.98 22.17 39.82 40.74 41.71 42.62 11.05 11.27 11.47 11.62 2010 2011 2012 2 Industri Pen
Perdagangan, Hotel & Rest
Pengangkutan & Komunik
andung Tahun 2016 II - 17 Tahun 2009-2013 2013** % Rp (Juta) % 0,21 255.651 0,20 - - - 2,55 28.074.055 21,56 2,35 3.185.681 2,45 4,86 6.107.057 4,69 1,67 55.212.099 42,40 2,47 17.333.449 13,31 6,64 8.561.178 6,57 9,25 11.480.479 8,82 100 130.209.649 100
tor perdagangan. hotel. andung. Dengan kata lain, Kota Bandung. Hal ini dung dan mengalami da tahun 2009, sektor p perekonomian Kota ebesar 42,62%. Hal ini ota Bandung. andung Tahun 2009-2013 22.17 42.62 11.62 2013 engolahan estoran nikasi
RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 18
Kontribusi sektor terbesar kedua berdasarkan harga konstan, adalah sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 22,17% terhadap perekonomian Kota Bandung di tahun 2013. Namun jika dilihat dari trend-nya. kontribusi sektor industri pengolahan cenderung mengalami penurunan tiap tahunnya. Makin mengecilnya kontribusi industri pengolahan pada perekonomian Kota Bandung terutama akibat semakin tingginya tingkat persaingan secara nasional ataupun global yang mempengaruhi penurunan kinerja industri pengolahan lokal Kota Bandung, terutama di sektor padat karya, seperti TPT (tekstil dan produk tekstil). Selain itu, adanya tekanan eksternal, seperti adanya kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) juga turut menekan kinerja industri pengolahan Kota Bandung. Akan diberlakukannyaASEAN Economic Community(AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 31 Desember tahun 2015 juga perlu diperhatikan dan dipersiapkan lebih lanjut oleh kalangan dunia usaha Kota Bandung untuk dapat menjaga kelangsungan usaha dan daya saing. Sedangkan. kontribusi sektor terbesar ketiga adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dimana pada tahun 2013 mencapai 11,62% (berdasarkan harga konstan).
Tabel II.12
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)Tahun 2009-2013
No Sektor 2009 2010 2011 2012 2013
Hb Hk Hb Hk Hb Hb Hb Hk Hb Hk
1 Pertanian 0.24 0.25 0.2 0.2 0.2 0.19 0.2 0.19 0,20 0,18
2 Industri Pengolahan 24.49 26.66 24.38 25.45 23.51 24.27 22.55 23.09 21,56 22,17 3 Listrik. Gas. dan Air Bersih 2.3 2.36 2.31 2.4 2.3 2.45 2.35 2.48 2,45 2,49
4 Bangunan/Konstruksi 4.59 4.9 4.67 5.02 4.63 5.17 4.86 5.55 4,69 5,37
5 Perdagangan. Hotel. dan Restauran
40.95 38.92 40.61 39.82 41.25 40.74 41.67 41.55 42,40 42,62
6 Pengangkutan dan Komunikasi 11.77 10.77 11.97 11.05 12.38 11.27 12.47 11.55 13,31 11,62 7 Keuangan. Persewaan. dan Jasa
Perusahaan
6.26 5.27 6.23 5.27 6.37 5.26 6.64 5.16 6,57 5,34
8 Jasa-Jasa 9.4 10.87 9.64 10.78 9.35 10.64 9.25 10.43 8,82 10,21
Sumber : BPS Kota Bandung.2009-2013
Dilihat dari pertumbuhannya, pada tahun 2012 pertumbuhan PDRB atau bisa disebut laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Bandung mencapai 8,98.%. Namun pada tahun 2013 sedikit mengalami penurunan menjadi sebesar 8,87%. Walaupun LPE Kota Bandung masih relatif tinggi, namun kondisi ini menunjukkan sedikit pelambatan. Pemulihan pertumbuhan ekonomi global yang masih belum sesuai harapan dan perekonomian Indonesia masih terus mengalami perlambatan berpengaruh terhadap LPE Kota Bandung yang juga mengalami sedikit penurunan di tahun 2013. Lokomotif utama pertumbuhan ekonomi Kota Bandung selama ini terutama ditopang oleh pertumbuhan sektor tersier.
Laju Pertumbuhan dan Perbandinganny
Keterangan :
LPE Kota Bandung dan Jawa Barat 2008-201 LPE Nasional 2008-2014 (Sumber BPS Pusa
Selama periode 2008-2013, laju per dengan Provinsi Jawa Barat dan Kota Bandung relatif lebih baik j Barat dan nasional.
2.1.2.1.2 Laju Inflasi
Salah satu indikator perkembangan inflasi. Inflasi merupakan salah satu perkembangan harga barang dan kemampuan daya beli masyarak inflasi tiap tahunnya. Pada tahun yang ada mengalami penurunan Kota Bandung mengalami kenaik Bandung sedikit mengalami penur
Perkembangan Inf Provinsi Jaw
No Cakup
1 Kota Bandung 2 Prov. Jawa Barat 3 Nasional
Sumber:BPS Kota Bandung,
RKPD Kota Bandung Tahun 2016 Grafik II.7
umbuhan Ekonomi Kota Bandung Tahun 2008–2013 bandingannya dengan Jawa Barat dan Nasional (%)
2014 (Sumber: BPS Kota Bandung & Jawa Barat). sat).
ju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung selalu lebih tingg dan Tingkat Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pert aik jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi makro sec
angan perekonomian di Kota Bandung dapat dilihat dari h satu indikator penting yang dapat memberikan informas g dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dan berpe
rakat Kota Bandung selama periode 2010-2014 menga un 2010 tingkat inflasi ada di kisaran 4,53%, pada tahun an menjadi hanya sebesar 2,75%. Namun pada tahun 201 naikan yang cukup signifikan menjadi 7,97%.Pada tahun enurunan menjadi sebesar 7,76%.
Tabel II.13
erkembangan Inflasi Tahunan Tingkat Kota Bandung, rovinsi Jawa Barat, dan Nasional Periode 2010-2014
kupan Tingkat Inflasi (%)
2010 2011 2012 2013
4,53 2,75 4,02 7,97
at 6,62 3,10 3,86 9,15
6,96 3,79 4,30 8,38
ng, BPS Provinsi Jawa Barat, BPS Pusat, dan Bank Indonesia
andung Tahun 2016 II - 19
2013 )
nggi bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara regional Jawa
dari perkembangan laju masi tentang dinamika erpengaruh terhadap engalami fluktuasi laju tahun 2011 tingkat inflasi hun 2013, tingkat inflasi ahun 2014, inflasi Kota
ng, 2014 013 2014 7 7,76 5 7,41 8 8,36
Tingginya tingkat inflasi pada tahun BBM. Selain itu juga, adanya gej inflasi. Dibandingkan dengan hi menyebabkan inflasi mencapai 2 1 (satu) digit.
Inflasi Tahunan Kota Bandu
Sumber:BPS Kota B Secara umum, inflasi pada tahun administered pricesdanvolatile BBM bersubsidi dan dampak gej BBM bersubsidi telah mendorong lanjutan (second round effect). S sepanjang 2014 pada Tarif Tenaga didorong oleh biaya distribusi ak November 2014.
Tekanan inflasi dari sisi permintaan c dan kapasitas terpakai seiring deng BBM bersubsidi. Di sisi lain, tekanan tengah harga global yang masih ter
1
Bank Indonesia, Tinjauan Kebijakan Mo 4.53 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2010
Prov. Jawa Barat Persen
RKPD Kota Bandung Tahun 2016
tahun 2013 terutama dipicu oleh kebijakan pemerintah a gejolak perekonomian global ikut memberikan andil n historikal ketika terdapat shock kenaikan BBM di i 2 (dua) digit, tekanan inflasi 2013 secara tahunan berha
Grafik II.8
a Bandung, Provinsi Jawa Barat, dan Nasional Periode 2
ta Bandung, BPS Jawa Barat, dan BPS Pusat
tahun 2014 masih tetap terkendali di tengah tekanan atile food. Kenaikan inflasi terutama disebabkan pengar
gejolak harga pangan domestik pada akhir tahun 2014 rong kenaikan harga-harga, baik oleh dampak langsung ). Selain BBM, penyesuaian harga barangadministered enaga Listrik (TTL) dan LPG. Tekanan hargavolatile food i akibatcost-pushdari kenaikan harga BBM bersubsidi
ntaan cenderung melemah, seperti ditunjukkan oleh perla g dengan menurunnya daya beli masyarakat akibat m ekanan eksternal terindikasi meningkat di dorong oleh pel
ih terkoreksi. Moneter, Januari 2015 2.75 4.02 7.97 2011 2012 2013 2014
Prov. Jawa Barat Nasional Kota Bandung
andung Tahun 2016 II - 20
intah akibat kenaikan dil akan tinggi tingkat di tahun 2008 yang berhasil ditekan di level
iode 2010-2014
nan yang tinggi dari pengaruh kenaikan harga 0141. Kenaikan harga ung maupun dampak edlainnya juga terjadi e foodpada akhir 2014 idi pada pertengahan
eh perlambatan retail sales bat meningkatnya harga h pelemahan rupiah di
7.76
2014