• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR DALAM PDRB

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 155-161)

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1 ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH

3.1.2. KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR DALAM PDRB

Indikator yang seringkali digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi wilayah adalah distribusi persentase sektoral (lapangan usaha). Distribusi persentase PDRB secara sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan suatu sektor dalam PDRB perlu diperhatikan, tapi yang lebih penting lagi adalah melihat bagaimana peranan atau kontribusi sektor tersebut dalam PDRB. Persentase kontribusi sektor dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan atau peningkatanpertumbuhan sektoral dan evaluasi tahapan hasil yang telah dicapainya.

Fenomena umum dari struktur perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dengan mengelompokkan struktur perekonomian menjadi tiga kelompok. Semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita suatu wilayah maka peranan sektor primer akansemakin menurun, tetapi sebaliknya peranan sektor sekunder dan tersier semakin meningkat.

Demikian pula yang terjadi pada Kota Bandung yang tidak memiliki potensi sumber daya alam yang besar pada sektor pertanian maupun pertambangan (Sektor Primer). Pada tahun 2000 sektor primer memberi kontribusi terhadap total PDRB Kota Bandung sebesar 0,51 persen. Kontribusinya cenderung semakin menurun, hingga pada tahun 2013 hanya memberi kontribusi sebesar 0,20 persen terhadap total PDRB Kota Bandung atau mencapai 255,65 Milyar Rupiah.

Kelompok tersier menjadi kelompok sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian Kota Bandung. Struktur perekonomian Kota Bandung sudah sejak awal tahun 2000-an menunjukan bahwa Kota Bandung merupakan Kota Jasa. Hal ini terlihat dari dominasi sektor tersier dalam menopang pertumbuhan PDRB Kota Bandung.

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 5

Sektor sekunder pada tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 28,70 persen terhadap total PDRB Kota Bandung atau sebesar 37,37 Trilyun Rupiah. Tapi kontribusi sektor sekunder pun menunjukan kecenderungan menurun seperti sektor primer. Pada tahun 2010 memberi kontribusi sebesar 31,35 persen, sementara pada tahuna 2013 menurun kontribusinya menjadi 28,70 persen terhadap total PDRB Kota Bandung.

Sedangkan Sektor Tersiermenjadikelompok sektor yang memberi kontribusi terbesar terhadap total PDRB Kota Bandung, menunjukan kecenderungan kontribusi yang semakian meningkat sejak tahun 2010. Pada tahun 2010 sektor tersier memberi kontribusi sebesar 68,45 persen atau sebesar 56,13 Trilyun Rupiah, meningkat kontribusinya pada tahun 2013 menjadi 71,11 persen atau sebesar 92,59 Trilyun Rupiah terhadap Total PDRB Kota Bandung.

Tabel III.2

Kontribusi Sub Sektor Terhadap Kelompok Sektor Ekonomi Tahun 2010-2013

Sektor 2010 2011 2012*) 2013**)

[1] [3] [4] [5] [6]

Sektor Primer 0,20 0,20 0,21 0,20

Pertanian 0,20 0,20 0,21 0,20

Pertambangan dan Penggalian - - -

Sektor Sekunder 31,35 30,44 29,76 28,70

Industri Pengolahan 24,38 23,51 22,55 21,56

Listrik, Gas dan Air Bersih 2,31 2,30 2,35 2,45

Konstruksi 4,67 4,63 4,86 4,69

Sektor Tersier 68,45 69,35 70,03 71,11

Perdagangan, Hotel dan Restoran 40,61 41,25 41,67 42,40

Pengangkutan dan Komunikasi 11,97 12,38 12,47 13,31

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,23 6,37 6,64 6,57

Jasa-jasa 9,64 9,35 9,25 8,82

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014 *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Berdasarkan tren kontribusi kelompok sektor dari tahun 2010– 2013,maka dapat diprediksikan bahwa proporsi kontribusi sektor terhadap total PDRB Kota Bandung relatif tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kurun waktu 2010-2016. Kelompok sektor tersier masih menjadi kontributor terbesar bagi perekonomian Kota Bandung dan semakin mempertegas bahwa penopang utama perekonomian Kota Bandung adalah sektor jasa. Jika dilihat lebih rinci pada sektor yang termasuk dalam kelompok sektor tersier,maka sektor perdagangan, hotel,dan restoran merupakan sektor yang memberi kontribusi paling besar. Proporsi sektor perdagangan, hotel, dan restoranpada tahun 2016 diperkirakan masih memberikan kontribusi paling besar dengan proyeksi kontribusi kurang lebih 42 persen. Selanjutnya, sektor yang memberikan kontributor terbesar kedua adalah sektor pengangkutan dan komunikasidengan proyeksi kontribusi kaurang lebih 12 persen. Sedangkan sektor jasa-jasa diproyeksikan pada kisaran 8-9 persen. Sementara untuk kelompok sektor sekunder,sektor industri pengolahan diprediksikan masih merupakan sektor yang memberi kontribusi paling besar.Kontribusinya diperkirakan berkisar pada 21-22persen pada tahun 2016. Bentuk indutri pengolahannya bukan merupana industri pengolahan besar yang memerlukan lahan yang luas, tapi lebih mengarah pada industri kreatif yang relatif lebih efisien yang tidak memerluhan

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 6

lahan yang luas, mesih industri yang besar dan tenaga kerja yang banyak, tapi menghasilkan nilai tambah dan harga lebih tinggi.

Adapun sektor primer yang lebih identik dengan sektor pertanian di Kota Bandung diperkirakan kecenderungan kontribusinya akanmenurun. Seiring degan banyaknya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian di Kota Bandung. Pada tahun 2016 diproyeksikan sektor pertanian akan memberikan kontribusi berkisarkurang lebih 0,20persen.

Berdasarkan data tersebut di atas dapat terlihat sub sektor yang menjadi penopang utama perekonomian Kota Bandung dan sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan di Kota Bandung. Secara rinci menurut sektor ekonomi memberi kontribusi terbesar dan sektor-sektor ekonomi yang berpotensi untuk dikembangkan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung dapat dijelaskan berikut:

a. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor pedagangan, hotel dan restoran merupakan sektor ekonomi di Kota Bandung yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2010– 2013. Pada tahun 2010 sektor ini memberi kontribusi sebesar 40,61 persen terhadap total PDRB Kota Bandung. Kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 42,40 persen terhadap total PDRB Kota Bandung.

Nilai Tambah Bruto sektor perdagangan, hotel dan restoran atas harga berlaku pada tahun 2010 sebesar 33,30 trilyun rupiah dan meningkat menjadi 39,44 trilyun pada tahun 2011. Pada tahun 2012 NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 46,30 trilyun rupiah dan kemudian meningkat menjadi 55,21 trilyun rupiah pada tahun 2013. Kegiatan perdagangan di Kota Bandung menunjukan perkembangan yang positif setiap tahunnya, memberikan keterkaitan ke belakang (backward linkadge) maupun dampak ke depan (forward linkadge) terhadap beberapa sektor ekonomi lainnya di Kota Bandung.

Tabel III.3

Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor di Kota Bandung Tahun 2010-2013 (Milyar Rupiah)

Sub Sektor 2010 2011 2012*) 2013**) [1] [2] [3] [4] [5] Perdagangan 29.642,02 35.001,95 40.977,82 48.890,12 Hotel 988,20 1.171,32 1.435,41 1.709,35 Restoran 2.671,35 3.262,82 3.891,25 4.612,63 TOTAL 33.301,56 39.436,.09 46.304,47 55.212,10

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014 *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Keterkaitan ke depan (forward lingkadge) dari meningkatnya perdagangan adalah meningkatnya permintaan kebutuhan dari sub sektor hotel, restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi serta sektor jasa lainnya. Sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung maka pergerakan NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran perubahan sedikit saja akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung.

Mengingat relatif banyaknya dampak yang diturunkan oleh pergerakan NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran maka perlu diperhatikan lebih lanjut masalah ketersediaan barang perdagangan khususnya

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 7

yang berbasis lokal. Ketersediaan barang-barang perdagangan selain ditopang oleh pemenuhan dari sektor industri pengolahan, juga ditunjang oleh kondisi pengangkutan barang dari produsen ke pedagang atau konsumen akhir. Jika dirinci menurut subsektor, maka sub sektor perdagangan memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2013 sub sektor perdagangan memberikan kontribusi sebesar 88,55 persen, sub sektor hotel memberi kontribusi sebesar 3,10 persen dan sub sektor restoran memberi kontribusi sebesar 8,35 persen.

Berdasarkan tren kontibusi sektor perdagangan di atas,hotel dan restoran pada tahun 2016 diproyeksikan akan tetap tumbuh walaupunmengalami perlambatan. Kontribusinya diperkirakan akan tetap berkisar lebih dari 41 persen terhadap PDRB Kota Bandung. Walaupun pemulihan ekonomi global belum membaik dan pertumbuhan ekonomi nasional melambat, tapi tetap optimis kegiatan perdagangan di Kota Bandung akan menunjukkan perkembangan yang lebih positif pada tahun 2016. Sehingga mempunyai multiplier efekkepada sektor-sektor ekonomi lainnya yang dapat meningkatkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB Kota Bandung. Keterkaitan kebelakang (backward linkage) dari berkembangnya sektor perdagangan adalah permintaan barang-barang komoditi perdagangan dari hasil industri mengalami peningkatan.Sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung, maka pergerakan sektor perdagangan, hotel dan restoran sedikit saja akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung.

b. Sektor Industri Pengolahan

Kegiatan industri di Kota Bandung hanya mencakup industri pengolahan non minyak dan gas. Pada tahun 2013 nilai tambah bruto (NTB) atas harga berlaku sektor industri pengolahan memberi kontribusi sebesar 21,56 persen terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2013. Seiring dengan bergesernya struktur perekonomian Kota Bandung dari sektor industri ke sektor jasa, maka kontribusi sektor industri pengolahan dalam pembentukan PDRB Kota Bandung semakin mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Kegiatan indutri pengolahan yang memberi kontribusi paling besar adalah kegiatan tekstil, barang dari kulit dan alas kaki yang memberi kontribusi sebesar 10,75 persen. Oleh karena itu peningkatan atau penurunan sedikit saja dari angka pertumbuhan ekonomi kegiatan ini akan berpengaruh secara signifikan pada angka pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan secara umum. NTB kelompok kegiatan tekstil, barang dari kulit dan alas kaki atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 mencapai 14,00 trilyun rupiah. Sementara jika dihitung berdasarkan harga konstan maka NTB kelompok kegiatan tekstil, barang dari kulit dan alas kaki tahun 2013 mencapai 5,07 trilyun rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 2,68 persen jika dibandingkan tahun 2012.

Berkembangnya industri makanan (terkait kegiatan kuliner Kota Bandung) pada beberapa tahun belakangan ini juga berpengaruh pada meningkatnya produksi kelompok kegiatan industri makanan. NTB kelompok kegiatan industri makanan pada tahun 2013 senilai 2,37 trilyun rupiah. Jika dihitung berdasarkan harga konstan maka NTB kelompok kegiatan industri makanan mencapai 0,60 trilyun rupiah atau meningkat sebesar 8,51 persen dibandingkan 2012.

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 8 Tabel III.4

Nilai Tambah Bruto Sub Sektor Industri Pengolahan Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Kelompok Kegiatan di Kota Bandung Tahun 2010-2013 (Milyar Rupiah)

Kelompok Kegiatan 2010 2011 2012*) 2013**)

[1] [2] [3] [4] [5]

Makanan, minuman dan tembakau 1.418,77 1.769,22 2.141,06 2.374,59 Tekstil, barang kulit dan alas kaki 11.229,11 12.005,96 12.983,61 13.998,54 Barang kayu dan hasil hutan lainnya 238,01 270,85 310,63 341,93

Kertas dan barang cetakan 349,19 425,94 508,90 621,91

Pupuk, kimia dan barang dari karet 1.628,44 1.818,97 2.024,56 2.246,36 Semen dan barang galian bukan

logam 58,37 72,89 81,26 96,29

Logam dasar dan baja 1,83 2,17 2,52 2,96

Alat angkutan, mesin dan

peralatannya 4.702,86 5.673,70 6.505,63 7.776,31

Barang lainnya 363,94 442,37 504,57 615,17

TOTAL 19.990,52 22.482,06 25.062,74 28.074,06

Sumber : BPS Kota Bandung 2014 *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Berdasarkan tren kontribusi di atas, sektor industri pengolahan sebagai kontributor kedua terbesar terhadap total PDRB Kota Bandung diperkirakan pada tahun 2016pertumbuhannya bisa meningkat dari tahun sebelumnya. Nilai kontribusinya pada tahun 2016 diproyeksikan masih berkisar kurang lebih 21-22 persen terhadap total PDRB Kota Bandung dan diharapkan bisa menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Kota Bandung yang diperkirakan akan melambat. Sehingga perlambatan ekonomi Kota Bandung tidak terlalu drastis dan pertumbuhan ekonomi nya masih diatas delapan persen.Perlambatan ekonomi Kota Bandung tidak terlepas dari melambatnya pertumbuhan ekonomidunia yang kemungkinan akan berdampak pada menurunnya permintaan tekstil, barang dari kulit dan alas kakiyang menjadi andalan ekspor Kota Bandung. Disamping itu bila penurunan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika masih berlanjut pada tahun 2016 maka akan mempunyai pengaruh cukup signifikan terhadap produktivitas industri pengolahan di Kota Bandung. Namun demikian semakin berkembangnya industri kreatif (kuliner, design, fashion) di Kota Bandung diharapkan dapat mempertahankan kontribusi sektor Industri Pengolahan sebagai penopang pertumbuhan ekonomi Kota Bandung pada tahun 2016 agar tetap stabil pada kisaran 8 persen.

c. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor industri pengolahan. Pada tahun 2012 sektor pengangkutan dan komunikasi memberi kontribusi sebesar 13,85trilyun rupiah terhadap total PDRB Kota Bandung atau sebesar 12,47 persen. Sementara pada tahun 2013 sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar 13,31 persen terhadap total PDRB Kota Bandung atau sebesar 17,33 trilyun rupiah (atas dasar harga berlaku). NTB sektor pengangkutan dan komunikasi atas dasar harga konstan pada tahun 2013 ini mencapai 4,75 trilyun rupiah dan mengalami peningkatan sebesar 10,30 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4,31 trilyun.

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 9

Jika dirinci menurut sub sektor maka sub sektor pengangkutan memberikan kontribusi yang lebih besar daripada sub sektor komunikasi dalam pembentukan NTB sektor pengangkutan dan komunikasi. Pada tahun 2013 NTB sub sektor pengangkutan atas dasar harga berlaku mencapai 10,52 trilyun rupiah, atau meningkat sebesar 34,45 persen dibandingkan tahun 2012. Sedangkan NTB sub sektor komunikasi mencapai 6,82 trilyun rupiah pada tahun 2013.

Berdasarkan tren kontribusi di atas, sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2016 diperkirakan akan terus berkembang. Walaupun pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan, diprediksikan sektor pengangkutan dan komunikasi akan tetap mengalami pertumbuhan.Karena bagaimanapun pengangkutan dan komunikasi sudah menjadi bagian dari kebutuhan pokok masyarakat yang tidak dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, salah satu akibat positif dari melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia yaitu menurunnya harga bahan bakar minyak (BBM), yang berdampak pada menurunnya harga-harga kebutuhan lainnya seperti listrik, bahan pangan, dan tarif komunikasi. Jika hal tersebut terus berlanjut pada tahun 2016 tidak menutup kemungkinan sektor pengangkutan dan komunikasi akan terus meningkat. Namun demikian proyeksi pada tahun 2016 sektor pengangkutan dan komunikasi akan memberi kontribusi pada total PDRB Kota Bandung diprediksikan akan berkisar pada angka 12-13 persen.

d. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa yang terdiri dari jasa pemerintahan umum dan jasa swasta pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku memberikan kontribusi terhadap total PDRB Kota Bandung sebesar 11,48 trilyun rupiah atau memberi kontribusi sebesar 8,82 persen terhadap total PDRB Kota Bandung. Nilai Tambah Bruto sub sektor jasa pemerintahan umum pada tahun 2013 ini mencapai 8,48 trilyun rupiah. Sedangkan sub sektor jasa swasta senilai 3,00 trilyun rupiah. NTB sektor jasa-jasa pada tahun 2013 mengalami perlambatan ekonomi. Jika pada tahun 2012 NTB jasa-jasa tumbuh sebesar 7,43 persen, dan pada tahun 2013 melambat menjadi sebesar 5,99 persen.

Sebagian besar NTB sub sektor jasa pemerintahan umum ditopang oleh kelompok kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, dimana pada tahun 2013 mencapai 5,50 trilyun rupiah. Adapun kegiatan jasa pemerintahan lainnya seperti jasa kesehatan dan jasa pendidikan pemerintah mencapai 2,99 trilyun rupiah.

Sementara untuk sub sektor jasa swasta, kelompok kegiatan jasa perseorangan dan rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 1,95 trilyun rupiah. Adapun jasa sosial kemasyarakatan swasta memberikan kontribusi sebesar 825,88 milyar rupiah, sedangkan jasa hiburan dan rekreasi berkontribusi sebesar 220,22 milyar rupiah terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2013.

Tabel III.5

Nilai Tambah Bruto Sektor Jasa-jasa Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2010-2013 (Milyar Rupiah)

Sub Sektor 2010 2011 2012*) 2013**)

[1] [2] [3] [4] [5]

Pemerintahan Umum 5.998,02 6.720,09 7.665,45 8.484,21

Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan 3.881,92 4.339,88 4.982,24 5.499,03

Jasa Pemerintahan Lainnya 2.116,10 2.380,21 2.683,21 2.985,17

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 10

Sosial Kemasyarakatan 534,00 631,51 720,88 825,88

Hiburan dan Rekreasi 123,70 141,69 170,51 220,22

Perseorangan dan Rumahtangga 1.248,40 1.445,81 1.722,11 1.950,17

TOTAL 7.904,12 8.939,10 10.278,94 11.480,48

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014 *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Berdasarkan tren kontribusi di atas, sektor jasa-jasa diproyeksikan pada tahun 2016 tetap mengalami pertumbuhan walaupun melambat, diprediksikan kontribusinya kurang lebih berkisar sebesar 8-9 persen.

e. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Secara garis besar, sektor ini terbagi menjadi lima kelompok kegiatan utama, yaitu bank, lembaga keuangan lainnya, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan. Tiga kegiatan pertama disebut juga dengan sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamannya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan, berupa penarikan dana dari masyarakat serta penyalurannya kembali kepada masyarakat dan pelaku ekonomi.

Pada tahun 2013 NTB sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mempunyai kontribusi sekitar 6,57 persen terhadap struktur perekonomian Kota Bandung atau senilai 8,56 trilyun rupiah. Sektor finansial menyumbang sebesar 5,44 trilyun rupiah terhadap PDRB Kota Bandung, sedangkan sub sektor sewa bangunan sebesar 2,25 trilyun rupiah dan sub sektor jasa perusahaan sebesar 867,99 milyar rupiah.

Tabel III.6

Nilai Tambah Bruto Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor di Kota Bandung Tahun 2010-2013 (Milyar Rupiah)

Sub Sektor 2010 2011 2012*) 2013**)

[1] [2] [3] [4] [5]

Bank 2.513,29 2.961,27 3.674,79 4.124,88

Lembaga Keuangan Bukan Bank 696,50 863,35 1.082,19 1.291,98

Jasa Penunjang Keuangan 11,48 14,01 17,87 22,11

Sewa Bangunan 1.304,91 1.602,59 1.863,32 2.254,22

Jasa Perusahaan 584,69 653,40 744,62 867,99

TOTAL 5.110,88 6.094,63 7.382,79 8.561,18

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014 *) Angka Perbaikan

**) Angka Sementara

Berdasarkan tren kontribusi di atas, pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2016 diprediksikan pertumbuhannya akan melambat, tapi kontribusinya terhadap total PDRB Kota Bandung diperkirakan relatif stabil kurang lebih berkisar pada 6 persen.

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 155-161)