• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI EKONOMI DAERAH TAHUN 2014 DAN PRAKIRAAN

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 152-155)

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1 ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH

3.1.1. KONDISI EKONOMI DAERAH TAHUN 2014 DAN PRAKIRAAN

Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukan oleh tiga nilai pokok, yaitu: (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia).Berdasarkan konsep tersebut maka perlu disadari bahwa pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, tidak terbatas pada bagaimana meningkatkan angka PDRB saja, namun lebih pada bagaimana mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun demikian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sampai saat ini masih menjadi salah satu alat ukur yang dijadikan acuan untuk menggambarkan kondisi ekonomi makro suatu daerah. Produk domestik Regional Bruto adalah nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi disuatu wilayah yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu yang biasanya dihitung dalam satu tahun. Secara struktur ada 9 sektor ekonomi yang memberi kontribusi pada total PDRB suatu daerah. Sektor tersebut terdiri dari Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Bangunan/Konstruksi, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-Jasa. Setiap daerah akan mempunyai struktur sektor ekonomi pembentuk PDRB yang berbeda sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Secara umum berdasarkan data total PDRB Kota Bandung atas dasar harga konstan dalam kurun 2009- 2013 menunjukan tren pertumbuhan yang relatif stabil, cenderung meningkat sedikit berfluktuasi. Tapi berdasarkan data BPS Kota Bandung tahun 2014, laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 menunjukan kecenderungan akan mengalami perlambatan. Sebagaimana terlihat dalam laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung tahun 2013 yang dapat tumbuh sebesar 8,87 persen. Sementara jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang dapat tumbuh sebesar 8.98 persen, maka pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mengalami perlambatan sebesar 0,11 persen.

Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 terjadi karena adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi pada beberapa sektor ekonomi Kota Bandung yang berkontribusi pada total laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung. Secara umumsektor-sektor ekonomi yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi terdiri dari : Sektor Pertanian, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan,Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, dan Sektor Jasa-Jasa. Perlambatan sektor ekonomi yang paling dominan di Kota Bandung yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Hal tersebut disebabkan oleh melambatnya impor Kota Bandung yang mempengaruhi perlambatan Sub Sektor Perdagangan. Sehingga dampak secara agregat dari perlambatan ini sangat berpengaruh pada angka pertumbuhan ekonomi secara total.

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 2

Sementara sektor-sektor ekonomi lainnya yang mampu tumbuh pada tahun 2013 adalahSektor Industri Pengolahan dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan ini mampu menopang pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, sehingga tidak mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terlalu besar. Bahkan secara umum laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung dapat dikatakan relatif stabil karena masih berada pada kisaran lebih dari 8 persen. Laju pertumbuhan Kota Bandung tahun 2013 tersebut berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat dan nasional yang juga mengalami perlambatan, yaitu pada tahun 2012 LPE Provinsi Jawa Barat sebesar 6,28 persen, sementara pada tahun 2013 melambat menjadi 6,06 persen. Sementara laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pun mengalami perlambatan, pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,2 persen, sedang tahun 2013 melambat menjadi 5,7 persen. Namun demikian jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi Kota Bandung masih lebih baik jika dibandingkan dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat atau Nasional pada tahun 2013.

Walaupun mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013, tapi dari sisi kontribusi terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan yang cukup signifikan terhadap total PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2013. Pada tahun 2012 PDRB Kota Bandung menyumbang sebesar 12,75 persen terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat. Sementara pada tahun 2013 kontribusi Kota Bandung meningkat menjadi 13,16 persen.

Hal yang perlu kita pahami bahwa pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang tidak terlepas dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dunia luar, mengingat sistem pembangunan ekonomi di negara kita bersifat terbuka.Dinamika pertumbuhan ekonomi Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dan ekonomi nasional yang belum stabil dan masih berfluktuasi. Hal tersebut disebabkan oleh krisis ekonomi global yang belum sepenuhnya dapat diatasi, sehingga proses pemulihan ekonomi global secara keseluruhan masih memerlukan waktu.

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung pada tahun 2013 mengalami perlambatan, tapi secara agregat total PDRB Kota Bandung sebenarnya mengalami peningkatan. Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai130,21 TrilyunRupiah, mengalami peningkatan sebesar17,18 persenjika dibandingkan tahun 2012 yang hanya mencapai111,12 Trilyun Rupiah.

Sementara untuk membandingkan capaian produktivitas berbagai sektor ekonomi biasanya digunakan indikator PDRB atas harga dasar konstan, dimana melalui indikator ini dapat dilihat laju produktivitas kinerja secara riil tanpa adanya pengaruh inflasi atau kenaikan harga. Berdasarkan harga konstan tahun 2000 PDRB Kota Bandung pada tahun 2013 mencapai40,89 Trilyun Rupiahatau meningkat sebesar

8,87 persenjika dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai37,56 Trilyun Rupiah.

Secara umum ada 9 sektor ekonomi yang membentuk struktur perekonomian suatu wilayah/daerah. Jika dikelompokan berdasarkan proses pengolahan atau produksinya maka 9 sektor ekonomi tersebut dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) kelompok sektor sebagai berikut :

1. Sektor Primer yaitu sektor yang tidak mengolah bahan baku melainkan hanya menggunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit di dalamnya yaituSektor pertanian,danSektor PertambangandanPenggalian.

2. Sektor Sekunderyaitu sektor yang mengolah bahan baku baik yang berasal dari sektor primer maupun dari sektor sekunder sendiri, menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini mencakup Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan Sektor Konstruksi.

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 3

3. Sektor Tersieratau Sektor Jasa, yaitusektor-sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa PerusahaandanSektor Jasa-Jasa.

Pada tahun 2010 sampai dengan 2013 kelompok tersier merupakan kelompok sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian Kota Bandung. Struktur perekonomian Kota Bandung sudah sejak awal tahun 2000-an menunjukan bahwa Kota Bandung merupakan Kota Jasa. Hal ini terlihat dari dominasi sektor tersier dalam menopang pertumbuhan PDRB Kota Bandung.

Tabel III.1

PDRB Kota Bandung Menurut Kelompok Sektor Tahun 2010 – 2013 (Milyar Rupiah)

Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014 *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Seperti pada umumnya daerah perkotaan, Kota Bandung tidak memiliki potensi sumber daya alam yang besar pada sektor pertanian maupun pertambangan (Sektor Primer). Pada tahun 2000 sektor primer memberi kontribusi terhadap total PDRB Kota Bandung sebesar 0,51 persen. Kontribusinya cenderung semakin menurun, hingga pada tahun 2013 hanya memberi kontribusi sebesar 0,20 persen terhadap total PDRB Kota Bandung atau mencapai 255,65 Milyar Rupiah.

Sektor sekunder pada tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 28,70 persen terhadap total PDRB Kota Bandung atau sebesar 37,37 Trilyun Rupiah. Seperti halnya dengan sektor primer maka kontribusi sektor sekunder pun menunjukan kecenderungan menurun, pada tahun 2010 memberi kontribusi sebesar 31,35 persen menjadi 28,70 persen pada tahun 2013 terhadap total PDRB Kota Bandung.

Sementara sektor tersier sebagai sektor yang memberi kontribusi terbesar terhadap total PDRB Kota Bandung menunjukan kecenderungan kontribusi yang semakin meningkat sejak tahun 2010. Pada tahun 2010 sektor tersier memberi kontribusi sebesar 68,45 persen atau sebesar 56,13 Trilyun Rupiah, meningkat pada tahun 2013 menjadi 71,11 persen atau sebesar 92,59 Trilyun Rupiah terhadap Total PDRB Kota Bandung.

Berdasarkan prediksi Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia padatahun 2014 berkisar antara 5,1– 5, 3 persen. Sementara pada tahun 2015pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,2– 5,6 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut lebih lambat dibanding dengan tahun 2013 yang mencapai lebih dari 6 persen.

Kelompok Sektor 2010 2011 2012*) 2013**) [1] [2] [3] [4] [5] Sektor Primer 161,74 192,74 229,01 255,65 Sektor Sekunder 25.709,92 29.108,99 33.071,83 37.366,79 Sektor Tersier 56.130,51 66.311,13 77.820,71 92.587,20 PDRB ADH Berlaku 82.002,18 95.612,86 111.121,55 130.209,65 Sektor Primer 63,34 67,07 71,18 72,97 Sektor Sekunder 10.421,65 10.991,84 11.587,00 12.279,38 Sektor Tersier 21.212,29 23.404,72 25.900,14 28.537,66 PDRB ADH Konstan 2000 31.697,28 34.463,63 37.558,32 40.890,01

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 III - 4

Melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan investasi dan ekspor. Selain itu Bank Dunia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, yang berakibat pada melemahnya harga sejumlah komoditas Indonesia, yang pada akhirnya berdampak pada semakin mengecilnya peluang-peluang baru. Namun, estimasi pertumbuhan yang mengecil tersebut dapat berbalik arah jika investasi yang terjadi tahun depan melampaui ekspektasi.

Sementara Asia Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 berkisar pada 5,1 persen. Sementara pada tahun 2015 ADB memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,6 persen. Pada tahun 2014 terjadi perlambatan karena adanya perlambatan penyerapan anggaran belanja pemerintah Indonesia. Sementara pada tahun 2015 terjadi perlambatan karena perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas yang mempengaruhi ekspor. Secara umum hal tersebut menjadi dasar acuan untuk memprediksikan laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung pada tahun 2014 dan 2015 diperkirakan akan mengalami perlambatan.Karena bagaimanapun kondisi ekonomi Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dan nasional. Melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia akan berimbas pada perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Pada akhirnya akan berdampak pula pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Kota Bandung pada tahun 2014 dan 2015. Gejala melambatnya pertumbuhan ekonomi Kota Bandung sudah mulai tampak, didukung dengan data LPE Kota Bandung Tahun 2013 sebesar 8,87 persen, lebih lambat pertumbuhan ekonominya jika dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 8,98 persen. Namun demikian diperkirakan perlambatan ekonomi Kota Bandung tersebut tidak terlalu drastis dan diharapkan pertumbuhan ekonominya masih tetap pada kisaran lebih dari 8 persen.

Dalam dokumen B93X RKPD 2016 Final (Halaman 152-155)