• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 ETNIK DAYA DESA PADANG BINDU

3.1. Status kesehatan

3.1.2 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

3.1.2.4 Bayi dan Balita

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Berdasarkan pengamatan Peneliti banyak bayi yang mulai mengkonsumsi makanan pendampig ASI (MP-ASI) sebelum usia 6 bulan. Ibu sudah memberikan MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan. Di Desa Padang Bindu masih terdapat tradisi memberikan pisang kepada bayi. Masyarakat telah menyadari pentingnya ASI bagi bayi namun pemberian pisang yang telah dibakar sudah menjadi suatu kebiasaan di Etnik Daya.

“Asi eksklusif ndak jalan. Dari keturunan. Dikiranya itu kalau bayi itu kalau ndak dikasi pisang itu kan bayi itu nangis terus kan. Dikiranya masih lapar. Dikasi pisang di panggang terus dikeruk. Padahal sudah saya tekankan kalau anak anak itu ususnya masih tipis. Jadi anak-anak disini itu saya pikir karna itu, baru umur empat bulan nanti ada yang panas kena tipus. Soalnya kita kasi obat tipus itu sembuh kan.” Bidan UM

Pemberian makanan pisang kepada bayi pertama kali biasanya dilakukan setelah bayi berusia 40 hari ( ± usia 2 bulan). Jenis pisang yang biasanya diberikan adalah pisang jantan (punti jantan) dan pisang ambon. Pemberian pisang ambon kepada bayi dimaksudkan agar pertumbuhan bayi tersebut tidak ketinggalan dengan teman-temannya yang lain.“biar tidak ketinggalan dengan teman teman-temannya” begitu katasalah satu ibu yang mempunyai balita.

Ibu akan memberi makanan nasi yang dihaluskankepada bayi setelah bayi berusia sekitar 3-4 bulan Beberapa masyarakat memberikan makanan berupa nasi yang dihaluskan menggunakan saringan tanpa tambahan sayur dan hanya diberi tambahan garam, yang biasa di sebut nasi tim.

“Kalo pertama Dikasi pisang, pisang bakar. Satu minggu dikasi lagi ganti tapi. Roti. Umur 3 bulan 4 bulan baru makan dia. Keliatan kalau dia mau makan itu.kalau dia ngelihat orang makan mulutnya begini (gerak-gerak) udah mau makan ” Ibu ASH

Pada saat anak berusia sekitar dua tahun Ibu akan memulai proses penyapihan. Ibu akan membalurkan sesuatu yang pahit ke puting susunya pada saat proses penyapihan. Hal ini dimaksudkan supaya bayi tidak mau lagi menyusu karena puting susu ibu terasa pahit. Anak akan mengkonsumsi makanan sehari-hari seperti orang tuanya setelah disapih dari ibu.

Gambar 3.8 Langkut, makanan pelancar ASI Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015

Namun bagaimana jika ASI tidak keluar ketika bayi baru saja dilahirkan? Keluarga ibu akan segera mencari langkut, yaitu sisa nasi yang masih menempel di panci setelah memasak nasi pada ibu yang ASI-nya tidak keluar. Panci dengan sisa nasi tersebut kemudian ditambah dengan air hangat dan dimakan oleh ibu. Biasanya tidak berapa lama kemudian ASI ibu akan keluar. “Keraknyo nasi dikasi air dengan garam, terus di-inumkan ibuknya itu. Maka keluar” ujar Mbay D. Seperti yang dialami oleh Yuk SR, pasca persalinan ASI-nya tidak

keluar sehingga Mbay D menyarankan untuk mengkonsumsi langkut. Beberapa jam setelah mengkonsumsi langkut, ASI Yuk SR mulai keluar. Masyarakat Desa Padang Bindu mengenal istilah njami pada balita. Balita yang rewel biasanya disebut njami. Gejala rewel pada balita sering kali mengindikasikan suatu masalah kesehatan pada balita11. Njami sendiri mengacu pada penyakit yang berulang-ulang dan tidak kunjung sembuh seperti batuk, demam atau sampot (bisul) . Menurut masyarakat Daya, kata njami artinya berulang ulang dan merunut pada istilah menanami kembali sawah setelah dipanen.

Selain rewel, balita njami dapat dikenali dengan tanda-tanda lainnya seperti dadanya cekung. “Ciri-ciri budak itu, budak yang nangis itu, sininya (dadanya) cekung. Agak kurus.” ujar Ibu SHN. Ibu SHN Juga menambahkan bahwa anak yang menderita njami sering menggigil serta kuping balita tersebut lebih tipis daripada biasanya.

“Ada yang penyakit namanya budak kecil itu njami yang masih umuran empat tahun, tiga tahun itu kan sering nggigil, kedinginan dia, kupingnya agak tipis. Seringnya wajahnya pucat itu njami namanya penyakitnya.

Ibu SHN

Menurut masyarakat, njami sangat sulit disembuhkan. “Njami itu susah, di suntik dak sembuh” ujar ibu SHN. Njami hanya dapat dikurangi frekuensi rewel dengan cara melakukan ritual petunggu.

11

Menurut dunia medis barat, tangisan dan rengekan pada anak-anak dikarenakan kekurangan protein terutama pada saat anak tersebut dilepaskan dari susu ibunya di sapih. (Foster dan Anderson, Antropologi Kesehatan)

Gambar 3.9 Njami sampot (bisul) pada balita Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015

Petunggu merupakan ritual yang dilakukan setiap tahun

sebelum seorang anak dapat menyelam sendiri, biasanya pada saat anak berusia sekitar 3- 5 tahun. Petunggu dilakukan pada tanggal yang sama setiap tahunnya. Ritual ini merupakan sebuah penebusan bagi orang tua gaib anak. Menurut kepercayaan Etnik Daya, yang menyebabkan balita rewel adalah adanya gangguan dari orang tua gaib balita tersebut yang belum rela melepaskan anak kepada orang tua yang ada di dunia. Petunggu dilakukan dengan cara menyembelih dua ekor ayam putih dengan paruh putih pucat dan seekor ayam putih dengan paruh putih kuning. Kedua ayam tersebut kemudian dibakar dan disajikan bersama dengan dua gelas air cendana dan sirih. Seorang dukun akan dipanggil untuk melakukan doa yang dipanjatkan kepada Tuhan melalui puyang dengan diiringi membakar kemenyan.

“Namanya kan petunggu tu setahun sekali dibayarkan sampai dia bisa mandi sendiri itu. Taroklah kira kira umur empat tahun lah itu.” Pak ALDN.

Jika petunggu sudah rutin diakukan dan anak tersebut masih rewel, maka akan dilakukan sedekah besak (besar) dengan menyembelih ayam hitam. Sedekah besak ini untuk menghilangkan

gangguan bujang taha yang mengganggu anak tersebut. Bujang Taha adalah arwah manusia yang mninggal ketikan belum menikah namun usianya sudah lanjut. Bujang taha dipercaya sering mengganggu balita sehingga menyebabkan rewel.

“Kala petunggu sudah di tutup tapi masih sering nangis nangis itu nah ke dukun itu, masih belum sehat taunya ada dukun lagi. Ini mau mintak sedekahan ayam besar, bilagnya. Ayam besar itu kan ngidangnya dak diwadahi piring dak. Langsung nasinya masih di periuk. Yang sayurnya masih di ajan itulah.” Ibu SHN

Salah satu jenis njami adalah rewel yang disertai dengan batuk. Masyarakat setempat biasa menyebut penyakit batuk menahun yang biasa di derita oleh anak-anak dengan istilah hiyog megah. Mereka biasanya mengobati hiyog megah dengan kayu mahang yang di dalamnya ada semut hitam kecil. Semut hitam kecil biasanya sulit diperoleh jika tidak di dalam kayu mahang. Batang kayu mahang kemudian disumpal di kedua ujungnya dan kemudian dipanaskan hingga semutnya mati. Semut yang mati di dalam kayu mahang diambil dan di-oseng hingga menjadi arang. Setelah itu semut dicampur dengan minyak dan diusapkan di leher penderita pada pagi dan sore hari.

Salah satu balita yang mengalami njami ketika Peneliti berada di lokasi penelitian adalah Dek AU. Sejak kembali dari pasar (Muaradua) Dek AU menangis terus menerus sepanjang malam. Dek AU yang biasanya terlihat ceria, selalu minta digendong oleh ibunya atau ayahnya. Dek AU terlihat menderita flu, namun ibunya membawanya ke Mbay D untuk diurut. Malam setelah Dek AU diurut,

Dek AU masih tetap rewel. Keesokan harinya ibunya meminta oat

kepada Bidan MP. Setelah mengkonsumsi obat yang berasal dari Bidan MP, flu yang dialami Dek AU sudah mulai berkurang. Namun,

Sugih Waras untuk menemui salah satu tokoh agama yang dianggap dapat mengobati Dek AU. Dek AU diharuskan mengenakan semacam

obat berupa kalung yang terbuat dari kain berwarna putih yang ditulisi

dengan bacaan Arab. Peneliti tidak dapat melihat dengan jelas bacaan tersebut. Kalung tersebut dipakai Dek Au hingga Peneliti selesai melakukan penelitian.

Gambar 3.10 Obat berupa kalung yang dipakai Dek Au. Sumber: Dokumentasi Peneliti 2015

Malam harinya Yuk RN mengundang Peneliti untuk datang ke rumahnya untuk melihat ritual petunggu yang rutin dilakukan untuk

Dek AU setiap tahunnya. Di rumah Yuk RN telah ada Pak ALDN yang

biasa memimpin acara ritual. Yuk RN telah mempersiapkan dua ekor ayam panggang serta dua piring kan taboh (nasi uduk) dan dua piring

cambay (sirih) dengan segelas air cendana di masing-masing

piringnya. Pak ALDN membacakan doa yang cukup cepat. Peneliti beberapa kali mendengar Pak ALDN mengucapkan kata puyang.

Gambar 3.11 Ritual petunggu Dek AU Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015

Kondisi njami perlu menjadi perhatian khusus bagi tenaga kesehatan. Balita njami sering rewel dan sering kali disertai dengan penyakit infeksi seperti demam, flu, dan batuk. Hal ini tentunya akan mengganggu perkembangan balita pada masa emas pertumbuhannya yaitu 1000 hari pertama. Tidak ada data balita gizi buruk atau gizi kurang di Desa Padang Bindu sehingga perlu dilakukan pendataan balita dan pengukuran antropometri yang baik pada saat pelaksanaan posyandu. Sebab, menurut Ajong CM, mantan kepala Desa Padang Bindu, njami pada balita termasuk dalam kondisi kurang gizi. Pertumbuhan balita njami agak kurang normal karena sering sakit