• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemukiman dan rumah adat suku Daya Padang Bindu

BAB 2 ETNIK DAYA DESA PADANG BINDU

2.5. Gambaran Umum Desa Padang Bindu

2.5.3. Pemukiman dan rumah adat suku Daya Padang Bindu

Lokasi pemukiman penduduk suku Daya Desa Padang Bindu dikelilingi oleh lahan pertanian seperti perkebunan tanaman kopi dan persawahan. Jarak lokasi perkebunan dan persawahan dengan pemukiman penduduk relatif cukup jauh. Untuk menuju ke perkebunan atau persawahan, biasanya dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor maupun dengan berjalan kaki. Mayoritas penduduk Desa Padang Bindu menempuh perjalanan menuju ke perkebunan dengan berjalan kaki karena akan lebih mudah melalui jalan setapak dengan berjalan kaki. Lokasi perkebunan milik penduduk Desa Padang Bindu jarak yang paling jauh diukur dari pemukimam warga yaitu sekitar 2 jam apabila di tempuh dengan berjalan kaki.

Gambar 2.18 Sebelah kiri : bentuk rumah lama Sebelah kanan : bentuk rumah baru Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2015

Rumah-rumah penduduk di Desa Padang Bindu berbentuk memanjang dan berjajar di tepi jalan utama desa. Dalam istilah Suku Daya rumah disebut dengan bahan. Ada beberapa bahan yang tidak berjajar melainkan di belakang bahan yang lain, seperti bahan-bahan yang ada di Dusun 1 dan Dusun 2. Jarak antar bahan di Desa Padang Bindu relatif sangat rapat. Bahan di Desa Padang Bindu berbentuk limas, ada 2 jenis yaitu jenis Depok dan jenis Panggung. Bahan limas Panggung yaitu bahan yang mempunyai tiang-tiang penyangga pada bagian bawahnya atau lantai dasarnya dan tiang penyangga itu menembus sampai ke atap. Bahan Depok adalah yang tidak memakai tiang penyangga, lantainya berada di tanah. Mayoritas bahan di Desa Padang Bindu adalah yang limas panggung dan hanya beberapa bahan saja yang berupa Depok.

Gambar 2.19 Kayu bulat sebagai pengunci bangunan rumah. Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2015

Pada jaman dulu rumah berfungsi untuk menghindar dari serangan binatang buas, sehingga dibuat tinggi. Atap rumah pada jaman dulu harus searah dengan jalannya matahari. Seperti apa yang di ceritakan oleh Bapak Cik Mas,

“…atapnya harus ikut arah jalannya matahari timur ke barat, secara kesehatan sinar matahari akan tembus, panas pagi sudah datang panas sore juga suda kena. Rumah pada jaman dulu tidak dibuat melintang, karena bisa menyebabkan sakit. Letak pintu jendela diusahakan untuk menghadap matahari terbit…”

Bahan-bahan biasanya terbentuk dari kayu pohon rimba baik

Gambar 2.20 Penahan lantai berupa kayu bulat utuh yang berfungsi untuk menahan goncangan gempa atau tanah yang bergerak.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2015.

Kayu pohon rimba yang belum tua tidak akan ditebang. Atapnya terbuat dari bambu atau yang disebut dengan gelumpai. Namun sekitar tahun 1950an, atap-atap rumah sudah ada yang menggunakan atap dari tanah liat atau genteng. Bahan di Desa Padang Bindu memang sangat memungkinkan bila terbuat dari kayu, karena memang wilayahnya dulu berupa hutan dan kayunya juga didapatkan dengan mudah. Untuk merekatkan antar bagian bahan jaman dulu tidak memakai paku melainkan hanya memakai kayu sebagai pengunci. Ada kayu batang pohon yang bulat utuh sebagai penopang lantai dan tidak ada paku atau tali untuk menguncinya. Batang pohon kayu tersebut mempunyai fungsi untuk menggerakkan

bahan apabila ada gempa sehingga rumah hanya bergerak-gerak saja

tidak sampai ambruk. Tiap-tiap bagian bahan saling berhubungan, mulai dari dinding atap sampai lantainya sehingga apabila penguncinya dilepas maka seluruh bagian lepas dan dapat ambruk. Suatu hal yang unik adalah pada jaman dulu bahan tersebut bisa dilepas dan dipindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara

diangkat secara bergotong royong. Konon menurut cerita dari mulut ke mulut, bahwa barang siapa yang memegang pengunci bahan akan dikenai sanksi. Sanksinya bisa berupa uang, namun denda yang ditetapkan tidak ada yang tahu secara pasti berapa besaran jumlahnya. Tidak ada pembagian ruang di bagian dalam bahan pada jaman dulu, hanya ada pembatas dari kayu yang tingginya sekitar 25 cm. Pembatas ruang itu yang disebut dengan pada. Bagian-bagian dari

bahan adalah bagian depan yang disebut dengan lap ulap, bagian

tengah yang di sebut dengan peraduan, bagian belakang yang disebut dengan penaksaan, bagian serambi yang berada di kanan kiri bahan disebut dengan ambin.

Bahan limas di Desa Padang Bindu memiliki banyak tiang

penyangga. Tiang penyangga itu biasanya setinggi dua meter dari tanah sampai lantai. Karena bahan Limas dan lantainya ada di atas, untuk masuk ke dalam bahan diperlukan tangga. Tangga bahan biasanya berada di bagian depan rumah yang berada di samping kanan atau kiri. Di bahan Limas ada ruang kosong antara tanah dan lantai bahan. Pada jaman dulu ruang kosong itu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyimpan barang dan untuk tempat memelihara hewan ternak. Namun pada saat ini ruang yang kosong di bawah

bahan dimanfaatkan untuk ruang tamu atau ruang untuk berdagang.

Pada saat ini rumah-rumah penduduk disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bentuk rumahnya mengalami perubahan yang sangat drastis. Rumah sudah tidak lagi menghadap arah sinar matahari. Bagian dalam rumah sudah diberi pembatas dan ada ruang-ruang khusus untuk tempat tidur, sehingga ruang-ruang dalam rumah kurang mendapatkan cahaya matahari. Tempat memasak berada di bagian belakang rumah, dan biasanya bahan bakar untuk memasak dengan menggunakan kayu sehingga asap yang ditimbulkan masuk ke dalam rumah. Rumah penduduk Desa Padang Bindu sangat sedikit sekali memiliki ventilasi. Untuk menyambung kayu atau merekatkan kayu sudah memakai paku, dan tidak ada lagi kayu bulat besar untuk

penyangga lantai yang berfungsi untuk meredam gempa. Keadaan rumah jaman sekarang yang masih sama dengan rumah jaman dulu dan tidak mengalami perubahan adalah di bagian dalam rumah tidak ada ruang untuk kamar mandi. Hal ini memang sesuai dengan kebiasaan masyarakat jaman dulu yang masih berlangsung secara turun temurun bahwa untuk mandi, cuci dan buang air besar masih memanfaatkan sungai di desa.

2.6. Agama dan Kepercayaan Orang Suku Daya Desa Padang