• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beasiswa, Kunci Mencegah Layunya Bibit-Bibit Muda

Suasana belajar di dalam kelas sebuah SMA.

Sumber: Media Indonesia, Desember 2004

Setiap tahunnya puluhan pelajar Indonesia dikirim ke berbagai kejuaraan bidang studi.

.VMBJEBSJPMJNQJBEFLJNJBàTJLBCJPMPHJNBUF

matika, serta berbagai mata pelajaran lainnya. Tidak sedikit dari mereka yang kemu dian pulang dengan meraih gelar juara. Namun, selain me nabur ke banggaan, keung gulan prestasi remaja-remaja berotak cerdas itu kerap kali menoreh kan luka. Tidak saja bagi mereka, tetapi juga mencoreng wajah dunia pendidikan di Indonesia.

Mulyono, peraih medali perunggu dalam Olim piade Biologi Internasional (IBO) 2004 di Brisbane, Australia, Juli 2004, contohnya. Setelah mengharumkan nama bangsa dengan prestasi nya, anak muda asal Kediri, Jawa Timur, itu justru kesulitan mencari dana untuk membiayai kuliahnya di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Upaya mencari bantuan, baik itu dari lembaga sosial hingga dari lTB sendiri ter nya- ta tidak membuahkan hasil. Untunglah, setelah nyaris putus asa, remaja pintar anak se orang petani sederhana itu akhirnya mendapat

simpati dari berbagai pihak. Berkat kebaikan donatur pribadi, akhirnya Mulyono dapat kembali mengukir mimpinya untuk kuliah.

Namun, kisah yang dialami Mulyono ter nyata banyak dialami oleh para remaja berprestasi lainnya. Sebagian tunas-tunas muda yang mengukir prestasi, baik itu di tingkat nasional mau pun internasional ter pak sa gigit jari. Keber hasilan mereka meng ha rumkan nama bangsa ternyata tidak mendapat balasan setimpal. Selain tidak men dapat kemudahan apa pun untuk mela lui prosedur masuk sekolah yang lebih tinggi, mereka pun tidak mendapat fasilitas bea siswa untuk membiayai studinya. Padahal, tidak sedikit dari mereka berasal dari golongan ekonomi pas-pasan sehingga mem biayai sekolah di jenjang yang lebih tinggi bukanlah prioritas buat keluarga mereka.

Namun, rupanya fenomena yang terjadi pada Mulyono serta puluhan remaja cerdas lainnya, justru diantisipasi lebih baik oleh kalangan kampus dan industri negara maju. Mereka berlomba-lomba menjaring pelajar- pelajar berotak brilian itu untuk disekolah kan di universitas-universitas terbaik di ne gerinya. Bukan hanya itu, setelah lulus, mere ka pun langsung mendapat fasilitas penem patan di industri-industri andalan mereka.

Kenyataan ironis ini sebenarnya telah lama disadari oleh pemerhati dan birokrat pendidik an Indonesia. Bahkan, mantan Menteri Pendidikan Nasional Malik Fadjar mengakui bahwa pemerintah menengarai arus migrasi anak-anak muda cerdas itu telah terjadi sejak lama dan intensitasnya kian mengkhawatirkan.

"Selain diperlukan dana berupa beasiswa, sebenarnya diperlukan juga kebijakan garis besar dari pemerintah, misalnya dengan menetapkan prosedur khusus yang diterap-

Latihan Pemahaman

kan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk mem berikan saluran khusus bagi pelajar ber- prestasi," ujar Estiko Rijanto, salah seorang peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang pernah mencicipi kuliah gratis di Jepang dan kemudian ditam pung di divisi riset dan pengembangan atau research and development (R&D) milik perusahaan biokimia ternama di Jepang.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ines Irene Iskandar, peneliti mikroba yang me me- nangkan kompetisi periset perempuan dunia yang diselenggarakan Loreal. Ines menegaskan, beasiswa adalah instrumen pembangunan pendidikan yang sangat penting. Pasalnya, beasiswa merupakan jembatan penolong bagi pelajar-pelajar berprestasi yang memiliki ke-

NBNQVBO àOBOTJBM QBTQBTBO5BOQB CFBTJTXB

akan banyak bibit-bibit muda bangsa yang po- tensial yang terkubur pelan-pelan.

Kesadaran tentang pentingnya beasiswa, jauh lebih dipahami oleh negara-ne gara maju. Menurut pengalaman Ines yang pernah belajar di Australia dan Amerika Serikat, negara-negara maju telah memiliki kebijakan pemberian beasiswa yang ter struk tur, baik itu di kalangan pemerintah maupun swastanya.

"Pemerintah telah mengatur bagaimana informasi seputar beasiswa dapat diakses seca ra terbuka. Pemberi beasiswa pun ber- sikap jemput bola sehingga pelajar yang ber- pres tasi tidak perlu susah payah terbang ke mana-mana. Selain itu, ditentukan juga kebi- jakan pemberian beasiswa dari swasta, mereka mendapat insentif pajak jika memberi kon- tribusi pada dunia pendidikan, termasuk mem- beri beasiswa," kata Ines.

/BPNJ+BNBSSP$PNNVOJDBUJPO0GàDFS

Sampoerna Foundation, sebuah yayasan pem beri beasiswa yang didirikan PT HM Sampoerna, menyatakan perusahaan rokok terbesar di Indonesia itu mengalokasikan 2% keun tung an nya untuk memberikan beasiswa.

Rubiana, konsultan pendidikan yang juga pengajar Universitas Sahid menyatakan ideal- nya, pemberian beasiswa mempertimbang kan

BTQFLQSFTUBTJTFLBMJHVTLPOEJTJàOBOTJBM

"ldealnya, peraih beasiswa itu memi liki prestasi yang bagus, namun juga tidak me miliki

EVLVOHBOàOBOTJBMZBOHDVLVQ,IVTVTVOUVL

mereka yang tidak terlalu pintar tapi tidak mampu, seharusnya juga ada plafon tertentu. Namun, harus diper hatikan jangan sampai orang yang mampu justru mendapat bea siswa, itu na manya salah sasaran," kata Rubiana, kon- sul tan pendidikan yang mengaku menerima beasiswa dari Ford Foundation saat mengambil beasiswa di Universitas Indonesia.

Sementara, Rektor Universitas Negeri Jakarta Sutjipto yang juga pengamat pendi- dikan men yatakan alokasi anggaran yang diberikan pe merintah, selain berupa beasiswa, idealnya juga diwujudkan dalam bentuk pinjaman pelajar (student loan) seperti yang diterapkan di negara maju. Student loan adalah dana pinjaman yang diberikan pada pelajar dan mahasiswa berprestasi yang tak mampu. Dana pinjaman itu dikembalikan setelah mereka bekerja.

"Masak sih kita bisa berikan Bantuan Likui ditas Bank Indonesia (BLBI) yang kemu- dian banyak dikemplang, tapi untuk pelajar dan mahasiswa tidak bisa."

Jika mau jujur, kata Pembantu Rektor Universitas Negeri Jakarta, Tjipto Sumadi, hampir 50% mahasiswa berada dalam kondisi pas-pasan.

Hal itu terlihat dengan puluhan aplikasi beasiswa yang setiap minggunya sampai ke me- janya. Padahal, dapat dibilang biaya kuliah yang ditetapkan Universitas Negeri Jakarta sangat murah, yaitu hanya Rp400 ribu per bulan. Hing- ga kini, baru 17% mahasiswa Univer sitas Negeri Jakarta yang beruntung menda patkan bea siswa.

Dari sebanyak 25 pemberi beasiswa, hanya lima di antaranya yang berasal dari pemerintah, sedangkan 20 sisanya disumbang- kan pihak swas ta. Padahal, kata Tjipto, idealnya jumlah beasiswa yang dapat digunakan maha- siswa untuk mem bayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) biaya hidup, dan transportasi setiap bulannya Rp247 ribu.

Sumber: Media Indonesia, Desember 2004 dengan pengubahan

2. Berapakah waktu yang Anda butuhkan untuk membaca teks ter sebut?

3. Jawablah pertanyaan berikut, untuk mengukur pemahaman Anda ter hadap teks.

a. Siapakah peraih medali perunggu dalam Olimpiade

#JPMPHJ*OUFSOBTJPOBMEJ#SJTCBOF

b. Apakah kesulitan peraih medali tersebut setelah menjadi juara?

c. Apakah fungsi beasiswa bagi pelajar?

d. Bagaimana idealnya bagi penerima beasiswa?

e. Berapa persenkah mahasiswa yang berada dalam kondisi pas-pasan menurut Tjipto Sumadi?

f. Bagaimana sistem pemberian beasiswa di luar negeri? g. Berapa persenkah dari mahasiswa Universitas Negeri

Jakarta yang menerima beasiswa?

h. Berapakah idealnya jumlah beasiswa yang diperoleh tiap bulan oleh mahasiswa?

i. Kenyataan ironi apa yang telah lama disadari oleh

pemerhati dan CJSPLSBUQFOEJEJLBO*OEPOFTJB

j. Apakah yang dimaksud dengan Student Loan?

4. Hitunglah pemahaman Anda dengan menggunakan rumus yang telah Anda pelajari.

5. Temukanlah gagasan pokok dari teks tersebut.

6. Tentukanlah makna tersurat dan tersirat dari teks tersebut.

Tugas Kelompok

1. Anda dapat berlatih bersama teman-teman Anda.

2. Carilah bacaan-bacaan dalam majalah, surat kabar, atau internet! Anda juga dapat menggunakan bacaan-bacaan yang tersedia dalam Pelajaran 1 bagian A dan 1 bagian B. Akan tetapi, waktunya harus disesuaikan dengan jumlah kata dalam tiap bacaan.

3. Buatlah pertanyaan-pertanyaan tentang bacaan tersebut. 4. Bacalah bacaan secara bergiliran.

5. Hitunglah waktu membacanya.

6. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang dibuat.

7. Hitunglah pemahaman Anda atas bacaan dengan meng- gunakan rumus yang telah tersedia.

8. Selanjutnya, Anda dapat saling memberikan penilaian dengan teman-teman kelompok Anda.

Menganalisis Wacana