• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saat ini, transportasi telah menjadi hal yang tidak dapat dilepaskan dari masyarakat, untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Sehingga perlu mendapatkan perhatian yang cukup dan pengelolaan yang tepat (Nisak & Prakoso, 2012). Di Indonesia sendiri, salah satu jenis transportasi yang cukup diminati oleh masyarakat Indonesia adalah jenis kendaraan bermotor, yang mana keberadaan kendaraan bermotor roda dua menjadi jenis kendaraan dengan pertumbuhan yang paling signifikan (Badan Pusat Statistik, 2018) .

Dengan terjadinya pertumbuhan transportasi, tentunya perlu diimbangi dengan penyediaan infrastruktur yang memadai. Salah satunya seperti infrastruktur jalan, yang memiliki peran cukup krusial dalam perkembangan transportasi. Jika penyediaan infrastruktur kurang memadai dan kurangnya peran pemerintah dalam pengendalian laju pertumbuhan transportasi, khususnya kendaraan bermotor roda dua. Tentunya dapat menimbulkan dampak negatif yang berkelanjutan dan dapat mengganggu aktivitas perekonomian, seperti kepadatan lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas.

Transportasi yang baik adalah transportasi yang dapat membuka aksesibilitas suatu wilayah. Dengan adanya aksesibilitas, suatu wilayah dapat dengan mudah untuk diakses oleh pihak dari luar wilayah tersebut. Kemudahan tersebut dapat tercapai dengan tersedianya, prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak melalui jalan tersebut. Bagi wilayah yang memiliki aksesibilitas yang baik, tentunya dapat mendorong perkembangan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu ketersediaan sarana dan prasarana transportasi, menjadi penting bagi perkembangan suatu wilayah (Salim, 2000).

2

Dengan tersedianya transportasi yang memadai dapat mendorong pemerataan pembangunan, melancarkan pendistribusian barang dan jasa, menyediakan barang dengan harga yang terjangkau serta mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi nasional lainnya. Transportasi juga berperan untuk membuka akses komunikasi antar wilayah, terjadinya spesialisasi antar wilayah, serta masuknya ide-ide baru yang dapat mendorong wilayah tersebut untuk maju dan berkembang (Kadir, 2006).

Pentingnya transportasi juga semakin dirasakan pada saat terjadinya perubahan sistem pemerintahan, dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Dengan begitu, peran transportasi menjadi lebih dibutuhkan untuk menjaga konektivitas antar wilayah (Talitha & Hudalah, 2014).

Berdasarkan Gambar 1.1 dapat terlihat bahwa, jenis kendaraan bermotor roda dua menjadi jenis kendaraan dengan pertumbuhan yang paling signifikan, yakni mencapai 6,40% per tahun. Pada tahun 2018, volume kendaraan bermotor roda dua menjadi jenis kendaraan yang paling mendominasi ketiga jenis kendaraan lainnya, yaitu sebanyak 106.657.952 unit.

Gambar 1. 1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenisnya Tahun 2015-2018

Sumber: Statistik Transportasi Darat 2019, Badan Pusat Statistik (BPS), diolah

12304221 13142958 13968202 14830698

196309 204512 213359 2228724145857 4326731 4450902 4797254

88656931 94531510 100200245 106657952

2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8

Mobil Penumpang Bis Mobil Barang Sepeda Motor

3

Terdapat perbedaan jumlah kendaraan yang cukup signifikan dan sangat terlihat jelas, yaitu dimana urutan kedua terbanyak diperoleh jenis mobil penumpang yang hanya mencapai 14.830.698 unit. Lalu mobil barang yakni sebanyak 4.797.254 unit dan bis sebanyak 222.872 unit pada Tahun 2018. Hal ini menggambarkan bahwa saat ini kendaraan bermotor roda dua telah menjadi kendaraan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Selain ditinjau berdasarkan jumlah dan pertumbuhannya, dapat juga dilihat dari komposisi kepemilikan jumlah penerbitan SIM seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.2.

Gambar 1. 2 Komposisi Jumlah Penerbitan SIM Menurut Jenis Tahun 2018

Sumber: Statistik Transportasi Darat 2018, Badan Pusat Statistik (BPS), diolah

Keberadaan Gambar 1.2 juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur, bahwa kendaraan bermotor roda dua menjadi jenis kendaraan yang diandalkan oleh masyarakat Indonesia. Gambar 1.2 menunjukkan persentase penerbitan SIM berdasarkan jenisnya, yang dikeluarkan oleh Kepolisian Republik Indonesia selama tahun 2018. Gambar tersebut menunjukkan bahwa persentase jumlah SIM yang dikeluarkan selama tahun 2018 paling banyak adalah jenis SIM C, yaitu SIM yang digunakan untuk kendaraan bermotor roda dua, yakni sebesar 66%.

Disisi lain, pada Tahun 2018 kepemilikan SIM A hanya mencapai 30%, serta kepemilikan SIM BI dan B II yang menjadi persentase terkecil yaitu hanya sebesar 3% dan 1%. Komposisi penerbitan SIM yang didominasi oleh jenis SIM C, juga dapat dijadikan tolak ukur bahwa tingginya minat masyarakat terhadap penggunaan kendaraan bermotor roda dua.

SIM A 30%

SIM B I 3%

SIM B II 1%

SIM C 66%

4

Gambar 1. 3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Kepulauan Tahun 2015-2018 (Unit)

Sumber: Statistik Transportasi Darat 2019, Badan Pusat Statistik (BPS), diolah

Berdasarkan letak kepulauan, Pulau Jawa menjadi Pulau yang memiliki populasi kendaraan bermotor paling banyak di Indonesia. Hal ini terlihat melalui Gambar 1.3, yang mana sejak Tahun 2015-2018 Pulau Jawa memiliki proporsi kendaraan bermotor yang paling signifikan dibandingkan ketujuh Pulau lainnya.

Pulau Jawa berhasil mencapai angka 76.041.434 unit kendaraan bermotor pada Tahun 2018. Kondisi ini sejalan dengan fakta bahwa selama Tahun 2018, terdapat sebanyak 56,46% penduduk Indonesia yang bertempat tinggal di Pulau Jawa (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2019).

Fenomena ini membuktikan, bahwa keberadaan penduduk dapat mempengaruhi banyaknya transportasi yang dibutuhkan. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk, maka akan semakin banyak jumlah angkutan transportasi yang tersedia. Sebaliknya, jika semakin rendah tingkat kepadatan penduduk, akan semakin sedikit jumlah angkutan transportasi yang tersedia (Arsandi et al., 2017).

(Gielge, 2004) menyatakan bahwa, kondisi wilayah dengan kepadatan yang rendah, memiliki ketergantungan pada mobil yang cukup tinggi dan digunakan untuk perjalanan sehari-hari, sekolah, kerja ataupun belanja. Namun karakteristik

22243662 23402135 24709717 26176464

62712227 67220043 71434635 76041434

5601626 5965382 6251824 66336117685601 8033146 8479920 9057520

5982046 6448839 6856661 7347639

1078156 1136166 1189951 1252108

2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8

Sumatera Jawa Bali-Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Papua-Kep. Maluku

5

penduduk dengan kepadatan yang tinggi, memiliki ketergantungan pada mobil yang lebih banyak digunakan untuk perjalanan rekreasi dan keluar dari kepadatan kota.

Penyebab lainnya yang membuat volume kendaraan bermotor roda dua di Indonesia begitu tinggi, salah satunya alasannya dikarenakan kendaraan bermotor roda dua menjadi alat transportasi yang praktis dan cocok untuk kondisi lalu lintas yang padat seperti di Indonesia. Alasan lainnya disebabkan karena jenis kendaraan ini memiliki biaya service dan bahan bakar yang lebih ekonomis (Lady et al., 2020).

Faktor lainnya juga disebabkan karena, saat ini pembelian kendaraan bermotor roda dua dapat dilakukan dengan hanya membayar sejumlah uang muka (down payment), yang kemudian sisa pembayarannya dapat dicicil setiap bulannya.

Dengan adanya sistem tersebut, calon pembeli tidak perlu memiliki uang tunai dalam jumlah yang besar (Nisak & Prakoso, 2012). Ecky Awal Mucharam (Anggota Komisi XI DPR) menyatakan bahwa, kondisi ini sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia yang di dominasi oleh masyarakat kelas menengah, dimana mayoritas pemilik kendaraan bermotor roda dua berasal dari masyarakat menengah ke bawah.

Indonesia memiliki 52 juta penduduk yang termasuk ke dalam kelas menengah, yang mana kelas menengah ini menjadi penggerak utama perekonomian Indonesia.

Terjadinya peningkatan kelas menengah sebanyak 10% selama periode 2010-2016, menimbulkan pergeseran pola konsumsi masyarakat Indonesia. Konsumsi yang pada awalnya berdasarkan kebutuhan dasar berupa makanan, kemudian bergeser menjadi konsumsi non makanan. Sehingga membuat penjualan sepeda motor, mobil, handphone dan juga rumah ikut mengalami peningkatan (World Bank, 2019).

Kondisi tersebut merupakan hal yang lumrah terjadi, karena masyarakat modern merupakan masyarakat yang konsumtif. Yaitu sebuah kondisi, dimana masyarakat secara terus menerus melakukan konsumsi. Namun konsumsi yang saat ini dilakukan, bukan hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dasar saja, tetapi sudah didasari pada kebutuhan pergaulan sosialnya.

Terjadinya pertambahan volume kendaraan bermotor di Indonesia, juga tidak bisa terlepas dari semakin baiknya kondisi infrastruktur jalan di Indonesia. Jalan

6

yang merupakan penghubung antar wilayah, menjadi prasarana paling penting untuk menunjang transportasi darat. Bintarto menyatakan bahwa dengan dilakukannya perluasan jalur jalan dapat menghubungkan interaksi antara desa dan kota (Bintarto, 1984 dalam Andriansyah, 2015).

Lemhmnas juga menambahkan bahwa tersedianya infrastruktur jalan yang semakin baik dan luas, juga dapat melancarkan arus pengangkutan manusia dan barang. Serta dapat memperbesar kesempatan masyarakat untuk memperoleh kesejahteraan (Lemhmnas, 1997 dalam dalam Andriansyah, 2015).

Tabel 1. 1 Rasio Jumlah Kendaraan Bermotor dengan Panjang Jalan Menurut Pulau Tahun 2018

Pulau Panjang Jalan (Km)

Sumatera 183.303 26.176.464 142

Jawa 117.034 76.041.434 649

Bali-Nusa Tenggara

40.861 6.633.611 162

Kalimantan 67.313 9.057.520 134

Sulawesi 81.907 7.347.639 89

Papua-Kepulauan

Maluku 51.892 1.252.108 24

Sumber: Statistik Transportasi Darat 2018, Badan Pusat Statistik (BPS), data diolah

Pertambahan volume kendaraan yang terjadi saat ini, dapat menjadi ancaman tersendiri bagi masalah transportasi. Penyediaan infrastruktur jalan yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan transportasi saat ini, dapat menyebabkan kondisi lalu lintas yang tersendat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 menunjukkan bagaimana kepadatan jalan di masing-masing Pulau yang ada di Indonesia. Mengacu pada tabel tersebut, terlihat jelas bahwa Pulau Jawa menjadi wilayah dengan kondisi lalu lintas terpadat, dimana setiap 1 km jalan dapat

7

melayani sebanyak 649 kendaraan. Berbanding terbalik dengan kondisi lalu lintas di Pulau Papua dan Kepulauan Maluku yang hanya melayani sebanyak 24 kendaraan setiap 1 km jalan.

Gambar 1. 4 Jumlah Kecelakaan (Kasus) Tahun 2014-2018

Sumber: Statistik Transportasi Darat 2018, Badan Pusat Statistik (BPS)

Selain itu, penyediaan infrastruktur jalan yang kurang baik dan tidak disesuaikan dengan tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua, seperti jalan rusak atau belum diaspal, dapat menimbulkan dampak lain yaitu kecelakaan lalu lintas. Semakin banyaknya volume kendaraan, juga berisiko memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Gambar 1.4 menunjukkan bahwa angka kasus kecelakaan lalu lintas terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor saat ini (Badan Pusat Statistik, 2018).

Di Indonesia jumlah korban kecelakaan lalu lintas yang meninggal dunia mencapai 120 jiwa per hari, yang mana sebagian besar kasus kecelakaan tersebut berasal dari pengendara kendaraan bermotor roda dua (Prima & Kurniawan, 2016).

Ini sejalan dengan laporan yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO), bahwa Indonesia berada di posisi kelima sebagai Negara dengan jumlah kematian paling banyak akibat kecelakaan lalu lintas di dunia.

Permasalahan transportasi saat ini menjadi penting untuk diperhatikan, agar dapat ditemukan solusi yang baik untuk menekan volume kendaraan. Namun sebelum itu, agar kebijakan yang dikeluarkan dapat tepat sasaran, maka perlu

95.906 96.233

106.644

104.327

109.215

2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Kasus Kecelakaan

8

dipahami faktor-faktor apa saja yang terus membuat jumlah kendaraan bermotor khususnya roda dua cenderung terus meningkat. Oleh karena itu, berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan sebelumnya, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Roda Dua di Pulau Jawa Tahun 2018”.