• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Penelitian Terdahulu

2. Permintaan Transportasi

a. Muhammad Choirul Amin (2017), Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor Roda Dua di Kota Pekanbaru (2005 – 2014)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi pemerintah yang berkaitan dengan penelitian. Data dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif dan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode regresi berganda. Terdapat dua jenis variabel yang digunakan yaitu, variabel dependen yang terdiri dari jumlah kendaraan bermotor roda dua dan variabel independen yang terdiri dari pendapatan per kapita serta jumlah pajak kendaraan bermotor.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap jumlah pertumbuhan kendaraan roda dua.

Artinya, semakin banyaknya jumlah penduduk akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua di Kota Pekanbaru.

Selain itu, pendapatan per kapita juga berpengaruh positif terhadap jumlah kendaraan bermotor roda dua. Sehingga setiap terjadi peningkatan pada pendapatan per kapita penduduk pekanbaru, akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua di Kota Pekanbaru. Semakin tinggi pendapatan per kapita maka akan semakin meningkat jumlah pertumbuhan kendaraan roda dua di Kota Pekanbaru.

48

Namun jumlah pajak kendaraan bermotor tidak berpengaruh terhadap jumlah kendaraan roda dua. Artinya, tinggi nya pendapatan pajak kendaraan bermotor tidak berpengaruh positif terhadap jumlah kendaraan roda dua, di karena kan banyak nya masyarakat yang tidak membayar pajak sehingga menjadi salah satu faktor yang membatasi pertumbuhan kendaraan roda dua di Kota Pekanbaru.

b. Muhammad Ridwan, Renni Anggraini dan Nurlely (2012), Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Kepemilikan Mobil dan Sepeda Motor di Kota Langsa

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari kuesioner, yang disebar di lima kecamatan di Kota Langsa. Metode pengambilan sampling dilakukan secara acak, sehingga seluruh anggota populasi memiliki kesempatan untuk terpilih menjadi sampel. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda, bertujuan agar dapat melihat pengaruh antar variabel yang sedang di teliti.

Hasil penelitian terbagi menjadi dua jenis analisis, yaitu analisis bivariat dan multivariat. Berdasarkan hasil analisis bivariat, bahwa kepemilikan mobil tidak dipengaruhi oleh luas kecamatan dan jarak tempat tinggal ke pusat kota. Lain halnya dalam model kepemilikan sepeda motor, luas kecamatan dapat mempengaruhi, namun jarak tempat tinggal ke pusat kota tidak mempengaruhi kepemilikan sepeda motor di Kota Langsa.

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa kepemilikan mobil di Kota Langsa di pengaruhi oleh jumlah pendapatan rumah tangga, kepemilikan SIM A dalam rumah tangga, jumlah anggota keluarga dan jumlah yang bekerja dalam rumah tangga. Begitu pula dalam kepemilikan sepeda motor dipengaruhi oleh faktor jumlah pendapatan rumah tangga, jumlah yang bekerja dalam rumah tangga, kepemilikan SIM C dan jumlah yang bersekolah dalam rumah tangga.

49

c. Bona Saoloan Sitio (2015), Pengaruh Variabel Ekonomi Terhadap Jumlah Sepeda Motor di Indonesia

Penelitian ini menggunakan data time series berdasarkan tahun periode 1980-2012. Data yang digunakan diperoleh dari Badan Pusat Statistik, IMF, dan Dinas PU. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Pengujian secara parsial digunakan dengan uji t-statistik dan pengujian serempak digunakan dengan uji F-statistik.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah variabel jumlah penduduk dan GDP berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. Namun variabel panjang jalan berpengaruh negatif dan signifikan karena pembangunan jalan di Indonesia yang masih berfokus pada perbaikan jalan, sedangkan masih minim dalam penambahan ruas jalan. Variabel inflasi juga memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan karena adanya kredit dalam pembelian sepeda motor dan kerja sama produsen sepeda motor dengan pihak non bank dalam membantu pembelian sepeda motor.

d. Jeowono T.B, Lauw B.Z dan Hendy H (2013), Motorcycle in West Java Province, Indonesia: Its Growth and Characteristics

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pertumbuhan dan kepemilikan sepeda motor di Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder, data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat Tahun 1988 – 2009 untuk mengestimasi jumlah kendaran bermotor. Data primer diperoleh dengan menyebar kuesioner kepada para pengguna sepeda motor di lima wilayah Bandung yaitu Gede Bage, Ujung Berung, Tegalega, Bojonagara dan Cibeunying.

Untuk mengestimasi pertumbuhan jumlah kendaraan sepeda motor di Provinsi Jawa Barat, peneliti menggunakan metode regresi linier berganda. Untuk mengestimasi model kepemilikan sepeda motor, metode yang digunakan adalah model binomial probit. Variabel

50

independen yang digunakan terdiri dari jumlah penduduk, PDRB dan PDRB Per Kapita. Selain itu penelitian ini juga membagi menjadi beberapa bagian seperti menganalisis demografi responden, karakteristik pengguna sepeda motor, dan kondisi ekonomi responden.

Hasil menunjukkan bahwa pengguna sepeda motor berasal dari masyarakat kelas menengah bawah. Mayoritas pengguna dengan usia muda dan produktif, memiliki lebih banyak sepeda motor. Individu menjadi semakin konsumtif atas sepeda motor, saat memiliki kemampuan untuk membayar dengan uang tunai. Fenomena meningkatnya jumlah sepeda motor bukan hanya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, tapi juga perilaku individu dalam melakukan perjalanan dan jenis aktivitas.

Adapula karakteristik pengguna sepeda motor seperti penggunaan sepeda motor biasa digunakan untuk bekerja, menempuh pendidikan, jalan-jalan dan kunjungan kerabat. Selain itu alasan menggunakan sepeda motor karena efisiensi waktu dan jarak, sesuai dengan kebutuhan, biaya operasional yang terjangkau, lebih murah daripada mobil dan hanya mampu membeli sepeda motor. Biasa digunakan mulai dari 1 kali sehari bahkan lebih dari empat kali sehari dan rata-rata digunakan untuk jarak dekat dan sedang