• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belanj a N egara

Dalam dokumen Kementerian PPN Bappenas :: Ekonomi 2006 RAPBN (Halaman 103-106)

Arah kebijakan belanja negara dalam penyusunan RAPBN 2006 mengacu kepada dua pedoman pokok. Pertama, agenda pembangunan dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) tahun 2004-2009. Kedua, prioritas, program dan kegiatan pembangunan yang tertuang dalam rencana kerja pemerintah (RKP) tahun 2006.

Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, Pemerintah telah menetapkan 3 (tiga) agenda pembangunan tahun 2004-2009, yaitu (i) mewujudkan Indonesia yang aman dan damai; (ii) mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis; dan (iii) mewujudkan Indonesia yang sejahtera. Untuk mewujudkan agenda pembangunan tersebut ditempuh 2 (dua) strategi pokok pembangunan jangka menengah. Pertama, strategi penataan kembali Indonesia yang diarahkan untuk menyelamatkan sistem kenegaraan Republik Indonesia berdasarkan semangat, jiwa, nilai, dan konsensus dasar yang melandasi berdirinya negara kebangsaan Republik Indonesia yang meliputi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan tetap berkembangnya pluralisme dan keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Kedua, strategi pembangunan Indonesia yang diarahkan untuk membangun Indonesia di segala bidang, yang merupakan perwujudan dari amanat yang tertera jelas dalam pemenuhan hak dasar rakyat, dan penciptaan landasan pembangunan yang kokoh. Selanjutnya, ketiga agenda pembangunan dalam jangka menengah tersebut di atas menjadi dasar berpijak bagi penentuan prioritas pembangunan dalam RKP tahun 2006 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2005 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006. Dari hasil pembahasan antara Pemerintah dan DPR RI dalam rangka pembicaraan pendahuluan penyusunan RAPBN 2006, disepakati ada 7 (tujuh) prioritas pembangunan dalam tahun 2006 seperti yang tertuang dalam RKP tahun 2006, yang menjadi pedoman penyusunan RAPBN 2006, khususnya di sisi belanja negara. Ketujuh prioritas pembangunan dalam tahun 2006 tersebut meliputi: (i) penanggulangan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan; (ii) peningkatan kesempatan kerja, investasi, dan ekspor; (iii) revitalisasi pertanian dan perdesaan; (iv) peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan; (v) penegakan hukum, pemberantasan korupsi, dan reformasi birokrasi; (vi) penguatan kemampuan pertahanan, pemantapan keamanan dan ketertiban, serta penyelesaian konflik; dan (vii) rehabilitasi dan rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Nias (Sumatera Utara).

Mengacu kepada RKP 2006, kebijakan belanja negara dalam tahun 2006 akan diarahkan kepada dua hal pokok, yaitu: (i) peningkatan efektivitas pengeluaran negara, dan (ii) pemantapan pelaksanaan sistem penganggaran. Dalam rangka peningkatan efektivitas pengeluaran negara akan dilakukan antara lain beberapa langkah sebagai berikut. Pertama, perbaikan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunannya dengan tetap mempertimbangkan kemampuan keuangan negara dalam batas-batas anggaran negara yang terjaga kesinambungannya. Kedua, mempertajam prioritas anggaran yang dikelola pemerintah pusat maupun daerah, melalui upaya pemberian pelayanan dan

Penyusunan RAPBN 2006 berpedoman kepada RPJM tahun 2004-2009 dan RKP tahun 2006. Kebijakan belanja negara diarahkan kepada dua hal pokok.

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006 Bab IV

pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing tingkatan pemerintahan, baik yang ada di pusat maupun di daerah. Ketiga, mempertajam prioritas penyediaan subsidi agar lebih tepat sasaran, dan menyediakan belanja bantuan sosial dengan tetap mempertimbangkan kemampuan keuangan negara. Keempat, penyediaan harga satuan (unit cost) untuk pengadaan barang dan jasa yang menjadi beban APBN, serta pengembangan dan implementasi e-procurement untuk sistem pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah. Kelima, menyusun dan merumuskan peraturan perundangan di bawah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, serta melakukan revisi Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Keenam, penyusunan dan perumusan kebijakan pendapatan daerah dan harmonisasi peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan secara nasional. Ketujuh, penyusunan dan perumusan kebijakan dalam penetapan alokasi dana transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Dalam rangka pemantapan pelaksanaan sistem penganggaran dalam APBN akan dilakukan antara lain beberapa langkah sebagai berikut. Pertama, pemantapan pelaksanaan penyatuan anggaran rutin dan pembangunan (unified budget). Kedua, mempersiapkan penerapan penyusunan: (i) anggaran belanja dalam kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure framework, MTEF), dan (ii) anggaran berbasis kinerja (Lihat Boks IV.3: Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) 2006). Pada dasarnya, besaran anggaran belanja dalam RAPBN 2006 akan sangat ditentukan oleh langkah-langkah kebijakan yang akan ditempuh dalam tahun 2006. Selain itu, secara langsung juga akan dipengaruhi oleh asumsi ekonomi makro yang mendasari perhitungan RAPBN 2006, terutama indikator tingkat harga dan produksi minyak mentah Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan tingkat suku bunga SBI-3 bulan.

Dengan memperhitungkan kondisi tersebut di atas, anggaran belanja negara dalam RAPBN 2006 diperkirakan akan mencapai Rp559,2 triliun atau setara dengan 18,7 persen terhadap PDB. Jumlah anggaran belanja negara tersebut berarti mengalami peningkatan 9,2 persen dari pagu anggaran belanja negara dalam APBN-P 2005, atau 3,1 persen di atas perkiraan realisasi belanja negara dalam tahun 2005. Peningkatan anggaran belanja negara dalam tahun 2006 tersebut, berasal dari belanja pemerintah pusat dan belanja daerah. Dari rencana anggaran belanja negara dalam RAPBN 2006 sebesar Rp559,2 triliun tersebut, diperkirakan sekitar 67,1 persen dialokasikan untuk belanja pemerintah pusat, sedangkan bagian lainnya sekitar 32,9 persen dialokasikan ke belanja daerah. Rincian mengenai belanja negara dapat dilihat pada

Tabel IV.3.

Bela nj a Pem erint a h Pusa t

Dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara serta

langkah-Anggaran belanja Negara dalam RAPBN 2006 sebesar Rp559,2 triliun mengalami peningkatan dari anggarannya dalam tahun 2005.

pu-Bab IV Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006

tersebut menunjukkan peningkatan 3,0 persen dari pagu anggarannya dalam APBN-P 2005, namun mengalami penurunan 4,5 persen dari perkiraan realisasinya dalam tahun 2005. Penurunan keseluruhan anggaran belanja pemerintah pusat dalam tahun 2006 dibandingkan dengan perkiraan realisasinya dalam tahun 2005 terutama disebabkan oleh lebih rendahnya anggaran subsidi BBM yang direncanakan dalam tahun 2006 dari perkiraan realisasinya dalam tahun 2005, terkait dengan lebih rendahnya asumsi tingkat harga minyak mentah Indonesia yang dipakai dalam RAPBN 2006 dibandingkan dengan perkiraannya dalam tahun 2005.

Rencana anggaran belanja pemerintah pusat tahun 2006 tersebut akan dialokasikan antara lain untuk: (i) perbaikan pendapatan dan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan; (ii) peningkatan pelayanan publik; (iii) penyediaan sarana dan prasarana pembangunan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan pengentasan kemiskinan; (iv) memenuhi kewajiban pembayaran bunga utang pemerintah; (v) membantu meringankan beban masyarakat miskin dan petani, serta menjaga stabilitas harga barang dan jasa, dan (vi) melanjutkan bantuan sosial langsung ke masyarakat, khususnya melalui program sekolah gratis dan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan rawat inap kelas III di rumah sakit pemerintah, dan rumah sakit swasta yang ditunjuk pemerintah, yang programnya mulai dilaksanakan pada pertengahan tahun 2005.

Di samping dipengaruhi oleh kebijakan yang akan diambil dalam tahun 2006, besaran belanja pemerintah pusat dalam RAPBN 2006 juga ditentukan oleh asumsi ekonomi makro yang dipergunakan, seperti harga minyak mentah

% thd PDB

% thd PDB I. Belanja Pemerintah Pusat 364,1 13,9 392,8 14,9 375,1 12,5 1. Belanja Pegawai 61,1 2,3 61,1 2,3 77,8 2,6 2. Belanja Barang 35,1 1,3 35,1 1,3 45,7 1,5 3. Belanja Modal 49,6 1,9 53,6 2,0 45,0 1,5 4. Pembayaran Bunga Utang 58,4 2,2 59,2 2,2 73,5 2,5 5. Subsidi 96,6 3,7 121,9 4,6 81,0 2,7 6. Belanja Hibah - - - - - -7. Bantuan Sosial 29,3 1,1 29,3 1,1 28,8 1,0 8. Belanja Lainnya 33,9 1,3 32,5 1,2 23,3 0,8 II. Belanja Daerah 147,8 5,6 149,6 5,7 184,2 6,1 1. Dana Perimbangan 140,6 5,4 142,3 5,4 181,1 6,0

a. Dana Bagi Hasil 47,0 1,8 49,2 1,9 49,3 1,6 b. Dana Alokasi Umum 88,8 3,4 88,8 3,4 126,2 4,2 c. Dana Alokasi Khusus 4,8 0,2 4,3 0,2 5,6 0,2

2. Dana Otonomi Khusus dan

Penyesuaian 7,2 0,3 7,2 0,3 3,1 0,1 JUMLAH 511,9 19,5 542,4 20,6 559,2 18,7

1) Perbedaan satu angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan. Sumber : Departemen Keuangan RI

RAPBN 2006 BELANJA NEGARA APBN 2005 DAN RAPBN 2006 1)

APBN-P (triliun rupiah) Perk. Realisasi % thd PDB Uraian 2005 Tabel IV.3

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006 Bab IV

Boks IV.3: Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL)

Dalam dokumen Kementerian PPN Bappenas :: Ekonomi 2006 RAPBN (Halaman 103-106)