• Tidak ada hasil yang ditemukan

PNBP lainnya merupakan penerimaan yang berasal dari berbagai pungutan yang dikelola oleh kementerian/lembaga, sehubungan dengan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pos penerimaan ini juga menampung penerimaan yang berasal dari pelunasan piutang yang berupa penyetoran penerimaan neto Rekening Dana Investasi (RDI). Di samping dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi makro, perkembangan PNBP lainnya juga dipengaruhi oleh jenis dan tarif pungutan, serta volume atau aktivitas pelayanan yang diberikan oleh masing-masing kementerian/lembaga terkait. Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan PNBP lainnya, telah ditempuh langkah-langkah kebijakan untuk terus melakukan penyesuaian jenis dan tarif pungutan pada berbagai kementerian/lembaga. Di samping itu, pada saat yang bersamaan juga dilakukan upaya peningkatan pengawasan di dalam pelaksanaan pemungutan dan penyetorannya ke kas negara.

Dalam tiga tahun terakhir, PNBP lainnya menunjukkan kecenderungan yang berfluktuasi. Apabila dalam tahun 2003, realisasi PNBP lainnya mencapai Rp18,8 triliun (0,9 persen terhadap PDB), maka dalam tahun 2004 realisasi PNBP lainnya menjadi Rp25,5 triliun (1,1 persen terhadap PDB), atau naik sekitar 35,8 persen dari realisasinya tahun 2003. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh adanya realisasi penerimaan premi penjaminan perbankan nasional sebesar Rp2,2 triliun, yang dalam tahun 2003 nihil. Sementara itu, dalam tahun 2005, realisasi PNBP lainnya diperkirakan mencapai Rp23,8 triliun (0,9 persen terhadap PDB). Perkiraan realisasi PNBP lainnya tahun 2005 tersebut sudah termasuk rencana pencairan penerimaan untuk program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) sebesar Rp3,6 triliun. Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2004, jumlah tersebut berarti mengalami penurunan sebesar Rp1,7 triliun atau 6,4 persen. Penurunan ini terutama disebabkan oleh lebih rendahnya perkiraan realisasi penerimaan pelunasan piutang, serta lebih rendahnya perkiraan realisasi penerimaan premi penjaminan perbankan nasional dibandingkan dengan penerimaannya dalam tahun-tahun sebelumnya.

Perkembangan dividen BUMN dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

Perkembangan PNBP Lainnya juga dipenga-ruhi oleh jenis dan tarif pungutan serta kebi-jakan yang ditempuh oleh pemerintah.

Perkembangan PNBP lainnya dalam tiga tahun terakhir cenderung ber-fluktuasi.

Bab III Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Perkembangan hibah dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

Hibah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang dimaksud pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Oleh karena hibah yang diterima oleh pemerintah dari para donatur dapat menambah nilai kekayaan bersih, maka dikelompokkan ke dalam pendapatan negara. Perhitungan penerimaan hibah dalam APBN selama ini bersifat in-out, yaitu jumlah yang diterima sama dengan jumlah yang dikeluarkan (dibelanjakan). Hal tersebut dikarenakan pada umumnya hibah yang diterima oleh pemerintah harus dibelanjakan untuk keperluan tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama yang tertuang dalam nota kesepahaman (Memorandum of Understanding). Demikian pula, besaran penerimaan hibah dalam setiap tahun anggaran relatif sulit untuk diproyeksikan secara tepat, mengingat hibah merupakan pemberian yang besar kecilnya tergantung pada komitmen dan kesediaan negara atau lembaga donor dalam membantu pemerintah Indonesia.

Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, realisasi pendapatan negara yang berasal dari hibah jumlahnya kurang dari Rp500,0 miliar, kecuali tahun anggaran 2005. Dalam tahun anggaran 2003, realisasi penerimaan hibah mencapai Rp467,7 miliar, sedangkan pada tahun 2004 realisasi penerimaan hibah hanya mencapai Rp278,0 miliar atau terjadi penurunan sekitar 40,6 persen dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun anggaran sebelumnya. Sementara itu, dalam tahun 2005, penerimaan hibah diperkirakan akan mencapai Rp7.226,9 miliar, atau jauh mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan realisasinya tahun anggaran sebelumnya. Tingginya penerimaan hibah pada tahun 2005 tersebut terkait dengan komitmen dunia internasional guna membantu korban bencana alam gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias. Perkembangan penerimaan negara yang berasal dari PNBP dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik III.3.

Belanj a N egara

Sebagai salah satu piranti kebijakan fiskal, pengalokasian anggaran belanja negara senantiasa diarahkan untuk mendukung upaya konsolidasi fiskal, serta melaksanakan berbagai fungsi pemerintahan. Langkah-langkah konsolidasi fiskal di sisi belanja negara diupayakan melalui pengalokasian anggaran secara efisien dan efektif agar dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan skala prioritas.

Dalam rangka melaksanakan berbagai fungsi pemerintahan, anggaran belanja negara senantiasa diarahkan antara lain untuk: (i) peningkatan pelayanan publik melalui belanja pegawai dan barang; (ii) pemenuhan kewajiban negara dalam pembayaran bunga utang kepada masyarakat dan negara/lembaga donor; (iii) distribusi dan stabilisasi barang dan jasa kepada masyarakat melalui subsidi, terutama untuk masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan rendah; (iv) pembangunan sarana dan prasarana pembangunan untuk menstimulasi ekonomi nasional (fiscal stimulus); serta (v) pelaksanaan desentralisasi fiskal untuk mendukung otonomi daerah.

Bab III Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Selain itu, besaran anggaran belanja negara setiap tahun juga sangat rentan terhadap perubahan berbagai indikator ekonomi makro, terutama harga minyak mentah, tingkat suku bunga SBI-3 bulan, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Realisasi dan asumsi beberapa indikator ekonomi makro akan sangat menentukan perubahan anggaran belanja, khususnya subsidi BBM, pembayaran bunga utang, dan dana perimbangan ke daerah.

Dalam tahun 2005, sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, format belanja negara telah diubah dengan menyatukan antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan (unified budget). Selain itu, mulai APBN 2005, anggaran belanja pemerintah pusat juga diklasifikasikan menurut jenis belanja, organisasi, dan fungsi. Perubahan format belanja negara tersebut dalam APBN ditujukan antara lain untuk mengurangi duplikasi anggaran agar lebih efisien dan efektif, serta menuju kepada standar keuangan pemerintah yang berlaku secara internasional (Government Finance Statistic/GFS).

Dalam perkembangan pelaksanaan APBN beberapa tahun terakhir, realisasi belanja negara terus menunjukkan peningkatan, yakni dari Rp376,5 triliun (18,4 persen dari PDB) dalam tahun 2003 menjadi Rp437,7 triliun (19,0 persen dari PDB) dalam tahun 2004, dan diperkirakan mencapai Rp542,4 triliun (20,6 persen dari PDB) dalam tahun 2005. Peningkatan realisasi dan perkiraan belanja negara tersebut selain dipengaruhi oleh perkembangan asumsi ekonomi makro, khususnya harga minyak mentah Indonesia dan nilai tukar rupiah (kurs), juga ditentukan oleh kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah, seperti perubahan harga BBM di dalam negeri, rehabilitasi dan rekonstruksi NAD dan Nias (Sumut), serta program kompensasi pengurangan subisidi BBM (PKPS-BBM). Dari keseluruhan realisasi dan rencana belanja negara dalam APBN selama tiga

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 % t hd P D B 2003 2004 2005 Tahun Anggaran Grafik III.3

PERKEMBANGAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 2003 - 2005

Bab III Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

tahun terakhir (periode tahun 2003-2005), masing-masing sekitar 68,0 persen, 70,4 persen, dan 72,4 persen dialokasikan untuk belanja pemerintah pusat, sedangkan sebagian lainnya, yaitu masing-masing 32,0 persen, 29,6 persen, dan 27,6 persen dialokasikan bagi belanja daerah.