• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pem biayaan Anggaran

-1,0 2,0 3,0 4,0 % t h d P D B 2003 2004 2005 Tahun Anggaran Grafik III.4

PERKEMBANGAN BELANJA DAERAH, TAHUN 2003-2005

Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

Ke se im ba nga n Um um da n D e fisit APBN

Sejalan dengan upaya pencapaian fiscal sustainability dan penyehatan APBN, yang di satu sisi dilaksanakan melalui berbagai kebijakan dalam rangka meningkatkan pendapatan negara dan di sisi lain dengan terus meningkatkan efektifitas serta efisiensi belanja negara, dalam tiga tahun terakhir rasio defisit APBN terhadap PDB cenderung mengalami penurunan. Apabila pada tahun 2003 realisasi defisit anggaran mencapai 1,7 persen terhadap PDB, maka pada tahun 2004, realisasi defisit APBN menurun menjadi 1,3 persen terhadap PDB. Selanjutnya, dalam tahun 2005, rasio defisit APBN terhadap PDB diperkirakan akan bisa diturunkan menjadi 1,0 persen.

Pem biayaan Anggaran

Sejalan dengan semangat kemandirian, upaya pemenuhan pembiayaan defisit anggaran lebih diprioritaskan dengan menggunakan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri. Hal ini tercermin dari rasio realisasi pembiayaan dalam negeri terhadap total pembiayaan yang cenderung meningkat dalam tiga tahun terakhir. Bahkan sumber pembiayaan luar negeri tidak lagi cukup untuk dapat digunakan menutup defisit anggaran secara optimal, tetapi cenderung lebih banyak ditujukan untuk pembayaran kewajiban pokok utang yang jatuh tempo.

Dalam APBN tahun 2003, proporsi realisasi pembiayaan dalam negeri mencapai 98,2 persen terhadap total pembiayaan. Kemudian, pada tahun anggaran 2004 proporsi tersebut meningkat menjadi 176,9 persen. Sementara itu, dalam tahun 2005 proporsi pembiayaan dalam negeri terhadap total pembiayaan mencapai menjadi 117,9 persen.

Di lain pihak, proporsi realisasi pembiayaan luar negeri terhadap total pembiayaan anggaran dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun, yaitu

Dalam tiga tahun anggaran terakhir rasio defisit APBN terhadap PDB cenderung menga-lami penurunan.

Dalam tiga tahun ter-akhir, realisasi rasio pembiayaan dalam ne-geri terhadap total pem-biayaan cenderung me-ningkat, sebaliknya pro-porsi pembiayaan luar negeri terhadap total pembiayaan semaki menurun.

Bab III Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Realisasi pembiayaan defisit tahun 2003 bersumber dari pem-biayaan dalam negeri Rp32,1 triliun dan pembiayaan luar negeri (neto) Rp0,6 triliun.

Realisasi pembiayaan defisit tahun 2004 bersumber dari pem-biayaan dalam negeri Rp52,9 triliun dan pembiayaan luar negeri (neto) negatif Rp23,0 triliun.

Realisasi pembiayaan defisit tahun 2005 bersumber dari pem-biayaan dalam negeri Rp30,9 triliun dan pembiayaan luar negeri (neto) negatif Rp4,7 triliun.

masing-masing mencapai 1,8 persen pada tahun 2003, negatif 76,9 persen pada tahun 2004, dan negatif 17,9 persen pada tahun 2005.

Perkembangan realisasi defisit anggaran dan pembiayaannya dalam tiga tahun terakhir sangat dipengaruhi oleh realisasi pendapatan negara dan hibah serta realisasi belanja negara. Dalam tahun 2003, realisasi defisit anggaran mencapai Rp35,1 triliun. Sementara itu, realisasi pembiayaan dalam rangka menutup defisit anggaran mencapai Rp32,7 triliun atau 1,6 persen terhadap PDB, terdiri dari pembiayaan dalam negeri sebesar Rp32,1 triliun dan pembiayaan luar negeri (neto) Rp0,6 triliun. Sumber pembiayaan dalam negeri tersebut berasal dari perbankan dalam negeri atau penggunaan sisa anggaran lebih tahun-tahun sebelumnya (SAL) yang terdapat dalam rekening pemerintah pada Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan sebesar Rp8,3 triliun, dan pembiayaan yang berasal dari nonperbankan dalam negeri sebesar Rp23,8 triliun. Sedangkan pembiayaan yang bersumber dari luar negeri (neto) sebesar Rp0,6 triliun berasal dari penarikan pinjaman luar negeri Rp20,4 triliun dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebesar Rp19,8 triliun.

Dengan realisasi defisit anggaran yang mencapai Rp35,1 triliun, sementara di sisi yang lain pembiayaan anggaran hanya mencapai sebesar Rp32,7 triliun, maka dalam tahun 2003 terdapat sisa kurang pembiayaan anggaran sebesar Rp2,4 triliun.

Dalam pelaksanaan APBN tahun anggaran 2004, realisasi pembiayaan defisit anggaran mencapai Rp29,9 triliun atau 1,3 persen terhadap PDB. Realisasi pembiayaan defisit anggaran tersebut bersumber dari pembiayaan dalam negeri sebesar Rp52,9 triliun dan pembiayaan luar negeri (neto) negatif Rp23,0 triliun. Dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan dalam negeri untuk dapat menutup defisit anggaran telah digunakan sumber yang berasal dari perbankan dalam negeri sebesar Rp26,8 triliun (1,2 persen terhadap PDB), yang berarti telah terjadi penggunaan saldo anggaran lebih tahun-tahun sebelumnya (SAL) yang terdapat dalam rekening pemerintah pada Bank Indonesia. Sementara itu, pembiayaan yang berasal dari nonperbankan dalam negeri, berupa privatisasi, penjualan aset restrukturisasi perbankan, dan SUN, jumlahnya mencapai Rp26,1 triliun (1,1 persen terhadap PDB). Sedangkan pembiayaan defisit anggaran yang bersumber dari luar negeri (neto) berasal dari penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp23,5 triliun (1,0 persen terhadap PDB) dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri yang jatuh tempo sebesar Rp46,5 triliun (2,0 persen terhadap PDB).

Selanjutnya, pada tahun 2005, defisit anggaran diperkirakan mencapai Rp26,2 triliun atau 1,0 persen terhadap PDB. Defisit anggaran tersebut diperkirakan dapat dipenuhi oleh pembiayaan dalam negeri sebesar Rp30,9 triliun (1,2 persen terhadap PDB), dan oleh pembiayaan luar negeri sebesar negatif Rp4,7 triliun (0,2 persen terhadap PDB). Realisasi pembiayaan dalam negeri diperkirakan akan dapat dipenuhi dari perbankan dalam negeri sebesar Rp4,2 triliun (0,2 persen terhadap PDB) atau terjadi penggunaan saldo anggaran lebih tahun-tahun sebelumnya (SAL) yang terdapat dalam rekening pemerintah pada Bank Indonesia. Penggunaan SAL sebesar Rp4,2 triliun dengan perhitungan sebagai berikut: sampai dengan akhir tahun anggaran 2005 diperkirakan akan terjadi penggunaan dana rekening pemerintah pada perbankan dalam negeri sebesar Rp17,7 triliun. Namun, dalam periode yang sama terdapat dana yang

Bab III Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

tersimpan dalam rekening pemerintah pada perbankan dalam negeri sebesar Rp13,5 triliun yang berasal dari debt moratorium atau penundaan pembayaran utang luar negeri Indonesia dari negara-negara donor yang tergabung dalam Paris Club dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi NAD dan Nias. Sementara itu, pembiayaan yang berasal dari nonperbankan dalam negeri diperkirakan mencapai Rp26,7 triliun (1,0 persen terhadap PDB). Sedangkan realisasi pembiayaan luar negeri (neto) diperkirakan dapat dipenuhi dari penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp31,6 triliun (1,2 persen terhadap PDB) dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri yang jatuh tempo sebesar Rp36,3 triliun (1,4 persen terhadap PDB). Mengenai perkembangan pembiayaan anggaran secara ringkas dapat diikuti dalam

Tabel III.9 dan Grafik III.5.

PAN % thd PDB Re a l. % thd PDB Pe rk. Re a l. % thd PDB I. Pe m bia ya a n Da la m Ne ge ri 32,1 1,6 52,9 2,3 30,9 1,2

1. Perbankan Dalam Negeri 8,3 0,4 26,8 1,2 4,2 0,2

2. Non-Perbankan Dalam Negeri 23,8 1,2 26,1 1,1 26,7 1,0

II. Pe m bia ya a n Lua r Ne ge ri 0,6 0,0 -23,0 -1,0 -4,7 -0,2

1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto) 20,4 1,0 23,5 1,0 31,6 1,2 2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN -19,8 -1,0 -46,5 -2,0 -36,3 -1,4

32,7 1,6 29,9 1,3 26,2 1,0

1) Perbedaan s atu angka di belakang kom a terhadap angka penjum lahan adalah karena pem bulatan 2) Realis as i Revis i II

Sum ber : Departem en Keuangan RI

PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2003 - 2005 1) Ta be l III.9 (triliun rupiah) Jum la h Ura ia n 2003 2004 2) 2005 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5 P er s en tase t er h ad ap P D B 2003 2004 2005 Tahun Anggaran Grafik III.5

PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2003-2005

Bab IV Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006

BAB I V