PERHITUNGAN PPN OLEH PEMUNGUT
1) Bendaharawan Pemerintah
Tata Cara Pelaporan
1) Bendaharawan Pemerintah
Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pemungutan dan
Hal. 181
PPn BM yang telah dipungut dan disetor, setiap bulan ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat Bendaharawan Pemerintah terdaftar
dengan menggunakan formulir "Surat Pemberitahuan Masa bagi
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai" yang dibuat dalam rangkap
3 (tiga) paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya
bulan dilakukan pembayaran tagihan, yang masing‐masing
diperuntukkan sebagai berikut :
‐ lembar ke‐1, dilampiri Faktur Pajak lembar ke‐3 untuk KPP ‐ lembar ke‐2, untuk KPKN
‐ lembar ke‐3, untuk arsip Bendaharawan Pemerintah.
2) KPKN
‐ KPKN setiap hari kerja menyampaikan lembar ke‐3 Faktur
Pajak yang telah dibubuhi catatan nomor dan tanggal advis
kepada Kantor Pelayanan Pajak dengan Surat Pengantar. ‐ Dalam hal tidak ada Faktur Pajak yang disampaikan pada
hari itu, Surat Pengantar tetap dibuat dengan catatan "Faktur
Pajak NIHIL".
b. Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin
Berdasar pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
73/PMK.03/2010.
1) Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut oleh
Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin dalam hal:
a) pembayaran yang jumlahnya paling banyak
Rp10.000.000,00(sepuluh juta rupiah) termasuk jumlah
Pajak PPN &/atau PPnBM yang terutang dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah‐pecah;
b) pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang
menurut ketentuan perundang‐undangan di bidang
perpajakan mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
c) pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan
bahan bakar bukan minyak oleh PT Pertamina (Persero);
d) pembayaran atas rekening telepon;
e) pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh
Hal. 182
f) pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau
jasa yang menurut ketentuan perundang‐undangan di
bidang perpajakan tidak dikenai PPN atau PPN & PPn BM.
2) Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan
huruf e dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Rekanan sesuai
dengan peraturan perundang‐undangan di bidang perpajakan
3) Faktur Pajak dan juga pemungutan PPN & atau PPn BM dibuat
pada saat:
a) penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa
Kena Pajak;
b) penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; atau
c) penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan
4) Pelaporan PPN atau PPN & PPn BM yang telah dipungut ke
Kantor Pos/Bank Persepsi paling lama tanggal 15 (lima belas)
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
5) Pelaporan PPN atau PPN & PPn BM yang telah dipungut ke
Kantor Pelayanan Pajak tempat Kontraktor atau Pemegang
Kuasa/Pemegang Izin terdaftar paling lama pada akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
6) Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN atau PPN &
PPn BM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai bagi pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran :
1) Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP atas setiap
penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Kontraktor atau
Pemegang Kuasa/Pemegang Izin.
2) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1 dibuat sesuai
dengan ketentuan di bidang perpajakan
3) SSP sebagaimana dimaksud pada angka 1 diisi dengan
membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi
Hal. 183
Pemegang Kuasa/Pemegang Izin sebagai penyetor atas nama
Rekanan
4) Dalam hal penyerahan BKP selain terutang PPN juga terutang
PPnBM, maka Rekanan harus mencantumkan juga jumlah
PPnBM yang terutang pada Faktur Pajak
5) Faktur Pajak dibuat dalam rangkap 3 (tiga):
‐ lembar kesatu untuk Kontraktor atau Pemegang
Kuasa/Pemegang Izin
‐ lembar kedua untuk Rekanan; dan
‐ lembar ketiga untuk Kontraktor atau Pemegang
Kuasa/Pemegang Izin yang dilampirkan pada SPT Masa PPN
bagi Pemungut PPN
6) SSP sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dibuat dalam
rangkap 5 (lima) dengan peruntukkan sebagai berikut : ‐ lembar kesatu untuk Rekanan
‐ lembar kedua untuk KPPN melalui Bank Persepsi atau
Kantor Pos;
‐ lembar ketiga untuk Rekanan yang dilampirkan pada SPT
Masa PPN
‐ lembar keempat untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos; dan ‐ lembar kelima untuk Kontraktor atau Pemegang
Kuasa/Pemegang Izin yang dilampirkan pada SPT Masa PPN
bagi Pemungut PPN
7) Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin yang
melakukan pemungutan wajib membubuhkan cap "Disetor
Tanggal ..." dan menandatanganinya pada Faktur Pajak
sebagaimana dimaksud dalam angka 5
8) Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan
penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM.
Tata cara Pelaporan :
Pelaporan dilakukan setiap bulan ke KPP tempat Kontraktor atau
Pemegang Kuasa/Pemegang Izin terdaftar dengan menggunakan
formulir "Surat Pemberitahuan Masa PPN bagi Pemungut PPN"
paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak,
dilampiri Faktur Pajak lembar ke‐3 dan SSP lembar ke‐5.
Hal. 184 c. BUMN
Berdasar pada PMK Nomor 85/PMK.03/2012 yang diperbarui
dengan PMK Nomor 136/PMK. 03/2012 :
1) PPN atau PPN & PPn BM tidak dipungut oleh Badan Usaha
Milik Negara dalam hal :
a) pembayaran yang jumlahnya paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) termasuk jumlah
PPN atau PPN & PPn BM yang terutang dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah‐pecah;
b) pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan perundang‐
undangan di bidang perpajakan mendapat fasilitas Pajak
Pertambahan Nilai tidak dipungut atau dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;
c) pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan
bahan bakar bukan minyak oleh PT Pertamina (Persero);
d) pembayaran atas rekening telepon;
e) pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh
perusahaan penerbangan; dan/atau
f) pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau
jasa yang menurut ketentuan perundang‐undangan di
bidang perpajakan tidak dikenai PPN atau PPN & PPn BM
2) PPN atau PPN & PPn BM yang terutang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e,
dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh rekanan sesuai dengan
peraturan perundang‐undangan di bidang perpajakan.
3) Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan
BKP dan/atau JKP kepada BUMN, sekaligus memungut pajak
terutang saat :
a) penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa
Kena Pajak;
b) penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau
sebelum penyerahan JKP; atau
c) penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan.
4) Badan Usaha Milik Negara wajib menyetorkan PPN atau
Hal. 185
Persepsi paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
5) Badan Usaha Milik Negara wajib melaporkan PPN atau PPN &
PPn BM yang telah dipungut dan disetor ke Kantor Pelayanan
Pajak tempat Badan Usaha Milik Negara terdaftar paling lama
pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
dilakukan setiap bulan dengan menggunakan SPT Masa PPN
bagi pemungut PPN
6) SPT MasaP PN sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib
dilampiri dengan daftar nominatif Faktur Pajak dan Surat
Setoran Pajak.