FASILITAS PPN & PPnBM
B. DESKRIPSI MATERI
3. Fasilitas Pajak Terutang Dibebaskan
3. Fasilitas Pajak Terutang Dibebaskan
a. BKP Tertentu yang Atas Impomya dan atau Penyerahannya Dibebaskan dari Pengenaan PPN.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2003 jo
Peraturan Pemerintah Nomor 69 th 2015 tentang Impor dan atau
Penyerahan BKP Tertentu dan atau Penyerahan JKP Tertentu yang
DIbebaskan dari Pengenaan PPN, maka atas impor dan atau
penyerahan BKP tertentu di bawah ini mendapat fasilitas bebas dari
pengenaan PPN :
1) Rumah sederhana, RSS, rusun sederhana, pondok boro, asrama
mahasiswa dan pelajar serta perumahan lain yg ditetapkan
KMK.
2) Senjata, amunisi, alat angkut di air, alat angkut di bawah air,
alat angkut di udara, kendaraan lapis baja, kendaraan angkutan
khusus lainnya dan komponen atau bahan yang diperlukan
dalam pembuatan senjata dan amunis oleh PT. PINDAD utk
TNI/Polri.
3) Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program PIN.
4) Buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku pelajaran
Hal. 63
a) Atas impor dan/atau penyerahan buku‐buku pelajaran
umum, kitab suci, dan buku‐buku pelajaran agama,
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
b) Buku‐buku pelajaran umum yang dimaksud merupakan
buku‐buku fiksi dan nonfiksi untuk meningkatkan
pendidikan dan kecerdasan bangsa, yang merupakan buku‐
buku pelajaran pokok, penunjang dan kepustakaan.
c) Kitab suci yaitu:
(1) Kitab suci agama Islam meliputi kitab suci Alquran,
termasuk tafsir dan terjemahannya baik secara
keseluruhan maupun sebagian, dan Jus Amma;
(2) Kitab suci agama Kristen Protestan meliputi kitab suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru termasuk tafsir
dan terjemahannya baik secara keseluruhan maupun
sebagian;
(3) Kitab suci agama Katolik meliputi kitab suci Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru termasuk tafsir dan
terjemahannya baik secara keseluruhan maupun
sebagian;
(4) Kitab suci agama Hindu meliputi kitab suci Weda,
Smerti, dan Sruti, Upanisad, Itihasa, Purnama,
termasuk tafsir dan terjemahannya baik secara
keseluruhan maupun sebagian;
(5) Kitab suci agama Budha meliputi kitab suci Tripitaka
termasuk tafsir dan terjemahannya baik secara
keseluruhan maupun sebagian; dan
(6) Kitab lainnya yang telah ditetapkan sebagai kitab suci
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agama atau pejabat lain yang
ditunjuk oleh menteri dimaksud.
d) Buku‐buku pelajaran agama adalah buku‐buku fiksi dan
nonfiksi untuk meningkatkan pendidikan dan kecerdasan
bangsa, yang merupakan buku‐buku pelajaran pokok,
penunjang dan kepustakaan di bidang agama.
5) Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh
Departemen Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas
dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia yang
Hal. 64
diimpor oleh Departemen Pertahanan, TNI atau pihak yang
ditunjuk oleh Departemen Pertahanan atau TNI
Catatan :
Dalam hal BKP Tertentu yang dibebaskan dari pengenaan PPN
dengan menggunakan Surat Keterangan Bebas ternyata digunakan
tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan kepada
pihak lain baik sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 5
tahun sejak saat impor dan atau perolehan, maka PPN yang
dibebaskan wajib dibayar kembali dalam jangka waktu 1 bulan sejak
barang modal tersebut dialihkan penggunaannya atau dipindahkan,
sedangkan PPN yang telah dibayarkan tidak dapat dikreditkan.
b. Penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari PPN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007,
maka BKP strategis yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah :
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis adalah :
1) barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam
keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku
cadang;
2) makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan;
3) barang hasil pertanian;
Barang hasil pertanian adalah barang yang dihasilkan dari
kegiatan usaha di bidang:
(1) pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
(2) peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun
penangkaran; atau
(3) perikanan baik dari penangkapan atau budidaya, yang
dipetik langsung, diambil langsung atau disadap langsung
dari sumbernya termasuk yang diproses awal dengan
tujuan untuk memperpanjang usia simpan atau
mempermudah proses lebih lanjut, sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini.
4) bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan,
Hal. 65
5) air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air
Minum;
6) listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600
(enam ribu enam ratus) watt; dan
7) Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI).
Rumah Susun Sederhana Milik, yang selanjutnya disebut
RUSUNAMI, adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian
yang dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur, baik
bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan
penggunaan komunal, yang perolehannya dibiayai melalui
kredit kepemilikan rumah bersubsidi atau tidak bersubsidi,
yang memenuhi ketentuan :
(1) luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 (dua puluh satu
meter persegi) dan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam
meter persegi);
(2) harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp
144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah);
(3) diperuntukkan bagi orang pribadi yang mempunyai
penghasilan tidak melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta
lima ratus ribu rupiah) per bulan dan telah memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
(4) pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai persyaratan
teknis pembangunan rumah susun sederhana; dan
(5) merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan
sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak dimiliki
Dalam hal Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis
RUSUNAMI yang dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai, ternyata di gunakan tidak sesuai dengan
tujuan semula atau dipindahtangankan kepada pihak lain
sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
atau kurang sejak perolehannya atas Pajak Pertambahan Nilai
yang telah dibebaskan wajib dibayar dalam jangka waktu 1
(satu) bulan sejak Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat
Hal. 66
dipindahtangankan,dengan ditambah sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang‐undangan.
Dan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan Pajak
Pertambahan Nilai yang dibebaskan tidak dibayar, Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang‐undangan.
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat yang
mendapatkan fasilitas bebas PPN :
(1) Barang modal yang diperlukan secara langsung dalam
proses menghasilkan Barang Kena Pajak, oleh Pengusaha
Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut;
(2) makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku
untuk pembuatan makanan ternak, unggas, dan ikan
(3) barang hasil pertanian
(4) bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan
(5) air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air
Minum
(6) istrik kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6600
(enam ribu enam ratus) watt
(7) RUSUNAMI
c. Penyerahan JKP Tertentu dengan Fasilitas PPN Dibebaskan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2003 jo
Peraturan Pemerintah Nomor 69 th 2015 tentang Impor dan atau
Penyerahan BKP Tertentu dan atau Penyerahan JKP Tertentu yang
DIbebaskan dari Pengenaan PPN, maka atas impor dan atau
penyerahan BKP tertentu di bawah ini mendapat fasilitas bebas dari
pengenaan PPN :
1) Jasa perawatan atau reparasi yang diterima oleh PT. KAI.
2) Jasa kontraktor bangunan rmh sederhana, RSS, rusun
sederhana, pondok boro, asrama masahasiswa atau pelajar serta
perumahan lainnya yang ditetapkan oleh KMK.
Hal. 67
4) Jasa yang diserahkan oleh TNI / DepHan sehubungan data
batas/foto udara wilayah NKRI
d. Impor BKP Tertentu yang Bersifat Strategis
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007,
maka atas impor BKP strategis yang dibebaskan dari pengenaan
PPN adalah :
1) Barang modal yang diperlukan secara langsung dalam proses
menghasilkan BKP oleh PKP.
2) Makanan ternak, unggas, ikan dan atau bahan baku pembuatan
makan‐an ternak, unggas dan ikan.
3) bibit dan atau benih dari barang hasil pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan.
4) Barang Hasil Pertanian.
Berdasarkan PMK Nomor 31/PMK.03/2008 :
1) Pengusaha Kena Pajak yang mengimpor dan/atau menerima
penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat Strategis
berupa barang modal, diwajibkan mempunyai Surat Keterangan
Bebas Pajak Pertambahan Nilai yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
2) Permohonan untuk memperoleh Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan melampirkan dokumen impor dan/atau dokumen
pembelian yang bersangkutan
3) Atas permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan
Nilai, Direktur Jenderal Pajak memberikan keputusan dalam
jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah permohonan diterima
lengkap.
4) Atas Impor Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis
yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tidak
diperlukan Surat Setoran Pajak.
5) Dalam hal Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis
yakni barang modal yang dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai, ternyata digunakan tidak sesuai dengan
tujuan semula atau dipindahtangankan kepada pihak lain baik
sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu paling lama 5
(lima) tahun sejak impor dan/atau perolehannya, maka Pajak
Hal. 68
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Barang Kena Pajak Tertentu
yang bersifat strategis tersebut dialihkan penggunaanya atau
dipindahtangankan.
Dalam hal Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas impor atau
penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis
dibayar oleh PKP yang mengimpor atau dipungut oleh PKP yang
melakukan penyerahan maka:
1) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut harus disetorkan ke
Kas Negara;
2) Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas perolehan Barang
Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis oleh Pengusaha
Kena Pajak Pembeli, dapat dikreditkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan
3) Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas perolehan Barang
Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis oleh pembeli yang
bukan Pengusaha Kena Pajak, dapat diminta kembali sesuai
dengan ketentuan yang berlaku