PERHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
4. PM yang Tidak Dapat Dikreditkan
3. Kriteria PM yang Dapat Dikreditkan
Berdasar pasal 13 ayat (1A) huruf G UU PPN 1984, Faktur Pajak
harus memenuhi persyaratan formal dan material. Faktur Pajak
memenuhi persyaratan formal apabila diisi lengkap, jelas dan benar atau
persyaratan yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak sesuai
dengan wewenang yang diberikan .
Faktur Pajak atau dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak memenuhi persyaratan material
apabila berisi keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya mengenai
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak,
ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, ekspor Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
Jadi syarat Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan baik formil
maupun materiil.
b. Faktur Pajak tersebut dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
c. Pajak Masukan ats perolehan BKP/JKP terebut berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha
4. PM yang Tidak Dapat Dikreditkan
Berdasar pasal 9 ayat 8 UU PPN, Pengkreditan Pajak Masukan
tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk :
a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum
pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan
dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan produksi,
distribusi, pemasaran, dan manajemen. Ketentuan ini berlaku untuk
semua bidang usaha. Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan juga
harus memenuhi syarat bahwa pengeluaran tersebut berkaitan
dengan adanya penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.
Hal. 144
adanya hubungan langsung dengan kegiatan usaha, masih
dimungkinkan Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan,
yaitu apabila pengeluaran dimaksud tidak ada kaitannya dengan
penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai
c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan
station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
e. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur
Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama,
alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak
atau penerima Jasa Kena Pajak
f. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);
g. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak
Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
Penjelasan :
Dalam hal tertentu dapat terjadi Pengusaha Kena Pajak baru
membayar Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas perolehan
atau pemanfaatan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak setelah
diterbitkan ketetapan pajak. Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar
atas ketetapan pajak tersebut tidak merupakan Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan
h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak
Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan
pemeriksaan; dan
i. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena
Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2a).
Hal. 145 5. Pengkreditan PM dan Pedoman Pengkreditan
a. Bagi PKP yang Melakukan Penyerahan Terutang Pajak dan Penyerahan Tidak Terutang Pajak
Berdasar pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
135/PMK.011/2014 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan
Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan
Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak
Terutang Pajak, dikatakan sebagai berikut :
Pengertian Umum
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Penyerahan yang
Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak antara
lain:
1) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan dan/atau memanfaatkan
kegiatan usaha terpadu (integrated), misalnya Pengusaha Kena
Pajak yang menghasilkan jagung, dan juga mempunyai pabrik
minyak jagung (minyak jagung merupakan Barang Kena Pajak),
yang sebagian jagung yang dihasilkannya dijual kepada pihak lain
dan sebagian lainnya diolah menjadi minyak jagung.
2) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan usaha jasa yang atas
penyerahannya terutang dan tidak terutang Pajak Pertambahan
Nilai, misalnya Pengusaha Kena Pajak yang bergerak di bidang
perhotelan, disamping melakukan usaha jasa di bidang
perhotelan, juga melakukan penyerahan jasa persewaan ruangan
untuk tempat usaha.
3) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan barang dan
jasa yang atas penyerahannya terutang dan yang tidak terutang
Pajak Pertambahan Nilai, misalnya Pengusaha Kena Pajak yang
kegiatan usahanya menghasilkan atau menyerahkan Barang Kena
Pajak berupa roti juga melakukan kegiatan di bidang jasa
angkutan umum yang merupakan jasa yang tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai.
4) Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak
yang terutang Pajak Pertambahan Nilai dan yang dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, misalnya pengusaha
pembangunan perumahan yang melakukan penyerahan berupa
Hal. 146
sangat sederhana yang dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai
Untuk Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Penyerahan yang
Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak
sebagaimana tersebut di atas, perlakuan pengkreditan Pajak
Masukan adalah sebagai berikut:
1) Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak yang nyata‐nyata hanya digunakan untuk kegiatan
yang terkait dengan penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan
Nilai, clapat dikreditkan seluruhnya, seperti misalnya:
a) Pajak Masukan untuk perolehan mesin‐mesin yang digunakan
untuk memproduksi minyak jagung;
b) Pajak Masukan untuk perolehan alat‐alat perkantoran yang
hanya digunakan untuk kegiatan penyerahan jasa persewaan
kantor;
2) Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak yang nyata‐nyata hanya digunakan untuk kegiatan
yang terkait dengan penyerahan yang tidak terutang Pajak
Pertambahan Nilai atau mendapatkan fasilitas dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, tidak dapat dikreditkan
seluruhnya, misalnya:
a) Pajak Masukan untuk pembelian truk yang digunakan untuk
jasa angkutan umum, karena jasa angkutan umum bukan
merupakan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya tidak
terutang Pajak Pertambahan Nilai;
b) Pajak Masukan untuk pembelian bahan baku yang digunakan
untuk membangun rumah sangat sederhana, karena atas
penyerahan rumah sangat sederhana dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
3) Sedangkan Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang belum dapat dipastikan
penggunaannya untuk Penyerahan yang Terutang Pajak dan
Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak, pengkreditannya
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini,
Hal. 147
a) Pajak Masukan untuk perolehan truk yang digunakan baik
untuk perkebunan jagung maupun untuk pabrik minyak
jagung, yang sebagian jagung tersebut dijual kepada pihak lain
dan tidak diolah sendiri oleh pemilik kebun jagung menjadi
minyak jagung;
b) Pajak Masukan untuk perolehan komputer yang digunakan
baik untuk kegiatan penyerahan jasa perhotelan maupun
untuk kegiatan penyerahan jasa persewaan kantor
Contoh perhitungan :
Contoh 1 :
1) Pengusaha Kena Pajak B adalah perusahaan yang bergerak di
bidang industri pembuatan sepatu.
2) Pada bulan Januari 2014, Pengusaha Kena Pajak B tersebut
membeli generator listrik yang dimaksudkan untuk digunakan
seluruhnya untuk kegiatan pabrik dengan nilai perolehan sebesar
Rp100.000.000,00 dengan Pajak Pertambahan Nilai sebesar
Rp10.000.000,00.
3) Pajak Masukan atas perolehan generator listrik sebesar
Rp10.000.000,00 secara keseluruhan dikreditkan pada Masa Pajak
Januari 2014.
4) Masa manfaat generator listrik tersebut sebenarnya adalah 5
(lima) tahun, tetapi untuk penghitungan kembali Pajak Masukan
ini, masa manfaat generator listrik tersebut ditetapkan 4 (empat)
tahun, sehingga alokasi pengkreditan Pajak Masukan untuk setiap
tahunnya adalah sebesar:
Rp 10.000.000,00 / 4 tahun =Rp2.500.000,00
5) Selama tahun 2014 ternyata generator listrik tersebut digunakan:
a) untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2014:
10% untuk perumahan karyawan dan direksi;
90% untuk kegiatan pabrik, dan
b) untuk bulan Juli sampai dengan Desember 2014:
20% untuk perumahan karyawan dan direksi;
80% untuk kegiatan pabrik.
Berdasarkan data tersebut di atas, rata‐rata penggunaan generator
listrik untuk kegiatan pabrik adalah:
Hal. 148
6) Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
untuk tahun buku 2014 dapat dilakukan paling lambat pada Masa
Pajak Maret 2015. Pengusaha Kena Pajak B melakukan
penghitungan kembali Pajak Masukan pada Masa Pajak Februari
2015. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk tahun buku
2014 seharusnya sebesar:
85% x (Rp10.000.000,00/4) = Rp2.125.000,00
7) Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan
mengurangi Pajak Masukan untuk Masa Pajak Februari 2015
adalah sebesar:
Rp2.500.000,00 ‐ Rp2.125.000,00 = Rp375.000,00
8) Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di atas
dilakukan sampai dengan masa manfaat generator listrik berakhir.
Contoh 2 :
1) Pengusaha Kena Pajak D adalah perusahaan yang menghasilkan
jagung, dan memproses jagung tersebut menjadi minyak jagung
yang merupakan Barang Kena Pajak, dengan titip olah
menggunakan fasilitas pengolahan Pengusaha Kena Pajak E.
Selanjutnya, Pengusaha Kena Pajak D hanya menjual minyak
jagung.
2) Pada bulan Maret 2014, Pengusaha Kena Pajak D membayar jasa
titip olah kepada Pengusaha Kena Pajak E sebesar
Rp25.000.000,00 dengan Pajak Pertambahan Nilai sebesar
Rp2.500.000,00.
3) Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha
Kena Pajak D pada masa Maret 2014 adalah sebesar
Rp2.500.000,00
Contoh 3
1. Pengusaha Kena Pajak N adalah perusahaan integrated (terpadu)
yang bergerak di bidang perkebunan jagung dan pabrik minyak
jagung. Sebagian jagung yang dihasilkannya diolah lebih lanjut
menjadi minyak jagung dan sebagian lainnya dijual kepada pihak
lain.
2. Pada bulan April 2014, Pengusaha Kena Pajak N membeli truk
yang digunakan baik untuk perkebunan jagung maupun untuk
Hal. 149
Rp200.000.000,00 dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar
Rp20.000.000,00.
3. Berdasarkan data‐data yang dimiliki, diperkirakan persentase
rata‐rata jumlah penyerahan minyak jagung terhadap
penyerahan seluruhnya adalah sebesar 70%, sedangkan 30%
merupakan penyerahan jagung kepada pihak lain.
4. Berdasarkan data tersebut maka Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan dalam SPT Masa PPN Masa Pajak April 2014 sebesar:
Rp20.000.000,00 x 70% = Rp14.000.000,00
5. Selanjutnya diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun
buku 2014 adalah Rp100.000.000.000,00, yang berasal dari
penjualan jagung kepada pihak lain sebesar Rp40.000.000.000,00
dan penjualan minyak jagung sebesar Rp60.000.000.000,00.
6. Masa manfaat truk sebenarnya adalah 5 (lima) tahun, tetapi
untuk tujuan penghitungan Pajak Masukan berdasarkan
Peraturan Menteri ini ditetapkan 4 (empat) tahun.
7. Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan truk yang
dapat dikreditkan selama tahun buku 2014 yang dilakukan pada
Masa Pajak Maret 2015 adalah:
8. Alokasi Pajak Masukan atas perolehan truk untuk tiap tahun
buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah:
Rp14.000.000,00/4 =Rp 3.500.000,00
9. Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan
mengurangi Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2015 adalah
sebesar:
Rp3.500.000,00 ‐ Rp3.000.000,00 = Rp500.000,00
10. Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di
atas dilakukan setiap tahun sampai dengan masa manfaat truk
berakhir.
Contoh 4:
1) Kelanjutan dari contoh 3, diketahui bahwa total peredaran usaha
selama tahun buku 2015 adalah Rp100.000.000.000,00, yang
berasal dari penjualan jagung sebesar Rp10.000.000.000,00 dan
penjualan minyak jagung sebesar Rp90.000.000.000,00.
. . ,
Hal. 150
2) Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan truk yang
dapat dikreditkan selama tahun buku 2015 yang dilakukan pada
Masa Pajak Maret 2016 adalah:
3) Alokasi Pajak Masukan atas perolehan truk untuk tiap tahun
buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah:
Rp14.000.000,00/4 = Rp3.500.000,00
4) Jadi Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan
menambah Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2016 adalah
sebesar:
Rp4.500.000,00 ‐ Rp3.500.000,00 = Rp 1.000.000,00
5) Penghitungan seperti di atas terus dilakukan sampai akhir tahun
ke 4 umur manfaat truk tersebut.
b. Bagi PKP yang Melakukan Kegiatan Usaha Tertentu
Berdasar pada PMK Nomor 79/PMK.03/2010 tentang Pedoman
Penghitungan Pengkreditan PM bagi PKP yang Mempunyai
Peredaran Usaha Tidak Melebihi Jumlah Tertentu, yang diperbarui
dengan PMK Nomor 30/PMK.03/2014 tentang Penyerahan Emas
Perhiasan, diatur sebagai berikut:
1) Kegiatan Usaha Tertentu adalah kegiatan usaha yang semata‐
mata melakukan :
a) penyerahan kendaraan bermotor bekas secara eceran; atau
b) penyerahan emas perhiasan dan/atau jasa yang terkait
dengan Emas Perhiasan oleh Pengusaha Emas Perhiasan.
Pengusaha Emas Perhiasan meliputi :
(1) pabrikan Emas Perhiasan dan
Pabrikan Emas Perhiasan adalah Pengusaha yang
Menghasilkan Emas Perhiasan dan melakukan kegiatan
antara lain jual beli, jasa perbaikan/modifikasi, dan/atau
jasa lain yang berkaitan dengan Emas Perhiasan
(2)pedagang Emas Perhiasan.
Pengusaha yang semata‐mata melakukan kegiatan jual
beli Emas Perhiasan.
2) Bagi PKP yang melakukan penyerahan kendaraan bermotor
bekas eceran, PPN terutang adalah Pajak Keluaran dikurangi
. . ,
Hal. 151
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. Besarnya Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan adalah 90% (sembilan puluh persen) dari
Pajak Keluaran. Atau sama dengan 1% (satu persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak.
3) Bagi PKP penyerahan emas perhiasan, PPN terutang adalah 20%
(delapan puluh persen) kali Dasar Pengenaan Pajak. DPP adalah
harga jual emas perhiasan atau nilai penggantian.
Dalam hal penyerahan Emas Perhiasan oleh Pengusaha Emas
Perhiasan dilakukan dengan cara mengganti atau menukar Emas
Perhiasan dengan emas batangan kadar 24 (dua puluh empat)
karat sebagai pengganti seluruh bahan baku pembuatan Emas
Perhiasan, Dasar Pengenaan Pajak adalah sebesar 20% (dua
puluh persen) dari selisih antara Harga Jual Emas Perhiasan
dikurangi dengan harga emas batangan kadar 24 (dua puluh
empat) karat yang terkandung dalam emas perhiasan tersebut
4) Dalam hal pada suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan Kegiatan Usaha Tertentu beralih usaha di luar
Kegiatan Usaha Tertentu, berlaku ketentuan sebagai berikut :
a) Pengusaha Kena Pajak dapat menghitung besarnya Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan atau
menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak Masukan
dengan Pajak Keluaran apabila peredaran usahanya dalam 1
(satu) tahun buku tidak melebihi Rp 1.800.000.000,00 (satu
miliar delapan ratus juta rupiah);
b) Pengusaha Kena Pajak wajib menggunakan mekanisme
pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran apabila
peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun buku di atas Rp
1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah),
terhitung sejak Masa Pajak saat Pengusaha Kena Pajak tidak
melakukan Kegiatan Usaha Tertentu.
c. Bagi PKP yang Peredaran Usahanya dalam 1 Tahun Tidak Melebihi Jumlah Tertentu
Berdasar pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
74/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak
Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Mempunyai Peredaran
Hal. 152
1) Pengusaha Kena Pajak yang dapat menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan adalah Pengusaha
Kena Pajak yang mempunyai peredaran usaha dalam 1 (satu)
tahun buku tidak melebihi Rp1.800.000.000,00 (satu miliar
delapan ratus juta rupiah).
2) Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dapat menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan apabila memenuhi syarat :
a) mempunyai peredaran usaha dalam 2 (dua) tahun buku
sebelumnya tidak melebihi Rp 1.800.000.000,00 (satu miliar
delapan ratus juta rupiah) untuk setiap 1 (satu) tahun buku;
atau
b) Wajib Pajak yang baru dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak.
3) Pengusaha Kena Pajak yang menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan wajib beralih
menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak Masukan dengan
Pajak Keluaran mulai Masa Pajak berikutnya setelah peredaran
usahanya melebihi Rp 1.800.000.000,00 (satu miliar delapan
ratus juta rupiah). Jika tidak dapat dikenai sanksi sesuai
peraturan yang berlaku di bidang perpajakan.
4) Dalam hal Pengusaha Kena Pajak menggunakan mekanisme
pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran, Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan mulai
Masa Pajak saat digunakannya mekanisme pengkreditan Pajak
Masukan
5) Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan yaitu sebesar :
a) Untuk penyerahan JKP = 60% (enam puluh persen) dari
Pajak Keluaran atau PPN terutang sama dengan 4% dari DPP
(peredaran usaha)
b) Untuk penyerahan BKP =70% (tujuh puluh persen) dari
Pajak Keluaran, atau PPN Terutang sama dengan 3 % dari
DPP (peredaran usaha)
6) Pengusaha Kena Pajak yang menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan menurut ketentuan
Hal. 153
membebankan Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sebagai biaya untuk
penghitungan Pajak Penghasilan.
Contoh perhitungan :
Nilai Peredaran Bruto BKP masa Juli 2010
(tidak termasuk PPN) = Rp 40.000.000,00 PK = 10% x Rp 40.000.000,00 = Rp. 4.000.000,00 PM yang dapat dikreditkan
= 70% x Rp 4.000.000,00 = Rp. 2.800.000,00
PPN yang terhutang = Rp. 1.200.000,00
C. LATIHAN
1. PKP Lestari adalah perusahaan integrated (terpadu) yang bergerak
di bidang perkebunan jagung dan pabrik minyak jagung. Sebagian
jagung yang dihasilkannya diolah lebih lanjut menjadi minyak
jagung dan sebagian lainnya dijual kepada pihak lain.
Pada bulan Maret 2014, PKP Lestari membeli truk yang digunakan
baik untuk perkebunan jagung maupun untuk pabrik minyak
jagung dengan harga perolehan sebesar Rp350.000.000,00 dan
Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp35.000.000,00.
Berdasarkan data‐data yang dimiliki, diperkirakan persentase rata‐
rata jumlah penyerahan minyak jagung terhadap penyerahan
seluruhnya adalah sebesar 80%, sedangkan 20% merupakan
penyerahan jagung kepada pihak lain.
Selanjutnya diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun
buku 2014 adalah Rp80.000.000.000,00, yang berasal dari penjualan
jagung kepada pihak lain sebesar Rp20.000.000.000,00 dan
penjualan minyak jagung sebesar Rp60.000.000.000,00.
Masa manfaat truk sebenarnya adalah 5 (lima) tahun, tetapi untuk
tujuan penghitungan Pajak Masukan berdasarkan Peraturan
Menteri ini ditetapkan 4 (empat) tahun
Berdasarkan data di atas hitunglah :
a. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam SPT Masa PPN
Masa Pajak Maret 2014 !
b. Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan
Hal. 154
c. Buatlah perhitungan pada huruf b, sampai dengan habisnya
masa manfaat menurut fiskal!
2. Pengusaha Anton, omzet BKP tahun 2012 adalah 1,5 M. Tahun 2013
omzetnya naik menjadi 1,7 M. Hitunglah PPN yang harus disetor
oleh pengusaha Anton untuk Januari 2014, dengan omzetnya tanpa
PPN 150 juta!
3. Toko “Nona” menjual pakaian untuk konsumen di Pasar Induk
dengan omzet penjualan setahun tanpa PPN Rp 800 juta tahun
2012. Penghitungan penghasilan neto untuk Pajak Penghasilan
Onah selaku pemilik Toko memutuskan untuk menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Selama bulan September
2013, omzet penjualannya adalah Rp 150 juta dan membeli bahan
dagangannya sebesar Rp 80 juta. Hitung PPN yang harus disetor
atas masa pajak September 2013!
4. PT Jasaku adalah PKP di bidang jasa arsitektur, dan memilih
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak
masukan untuk menghitung PPN yang harus disetor. Tahun 2012
omzet PT Jasaku adalah Rp 1.750.000.000. Hitung berapa PPN yang
harus disetor PT Jasaku Januari 2013 jika omzetnya Rp 200.000.000!
5. PT Prima bulan Januari 2014 menyerahkan JKP senilai Rp
275.000.000( dengan PPN) dan membeli BKP senilai Rp 150.000.000
(tanpa PPN). Jika PT Prima menggunakan P4M, hitunglah PPN
yang harus disetor PT Prima masa Januari 2014!
D. TUGAS PETUNJUK :
• Tugas ini adalah Tugas VIII Mata Kuliah Perpajakan 2
• Tugas diketik dalam kertas ukuran A4, dengan margin ukuran
normal, jenis huruf Arial ukuran 12, spasi 1,15
• Tugas dilengkapi dengan keterangan : nama, NIM, ruang kelas, dan
nilai (dikosongkan saja) pada pojok kanan atas. Contoh layout
Hal. 155
• Tugas dikumpulkan pada saat pertemuan berikutnya.
• Sanksi keterlambatan adalah dianggap tidak mengerjakan dan
mendapatkan nilai 0 (nol) untuk Tugas VIII
RINCIAN TUGAS :
1. PKP Lestari adalah perusahaan integrated (terpadu) yang bergerak
di bidang perkebunan jagung dan pabrik minyak jagung. Sebagian
jagung yang dihasilkannya diolah lebih lanjut menjadi minyak
jagung dan sebagian lainnya dijual kepada pihak lain.
Pada bulan April 2014, PKP Lestari membeli mobil pick up yang
digunakan baik untuk perkebunan jagung maupun untuk pabrik
minyak jagung dengan harga perolehan sebesar Rp150.000.000,00
dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp15.000.000,00.
Berdasarkan data‐data yang dimiliki, diperkirakan persentase rata‐
rata jumlah penyerahan minyak jagung terhadap penyerahan
seluruhnya adalah sebesar 75%, sedangkan 25% merupakan
penyerahan jagung kepada pihak lain.
Selanjutnya diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun
buku 2014 adalah Rp70.000.000.000,00, yang berasal dari penjualan
jagung kepada pihak lain sebesar Rp20.000.000.000,00 dan
penjualan minyak jagung sebesar Rp50.000.000.000,00.
Masa manfaat truk sebenarnya adalah 5 (lima) tahun, tetapi untuk
tujuan penghitungan Pajak Masukan berdasarkan Peraturan
Menteri ini ditetapkan 4 (empat) tahun
Berdasarkan data di atas hitunglah :
Nama :
NIM :
Ruang Kelas : Nilai :
Hal. 156
a. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam SPT Masa PPN
Masa Pajak April 2014 !
b. Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan
mengurangi Pajak Masukan untuk Masa Pajak April 2015!
c. Buatlah perhitungan pada huruf b, sampai dengan habisnya
masa manfaat menurut fiskal!
2. Jelaskan siapakah yang dimaksud dengan PKP yang melakukan
kegiatan usaha tertentu, dan bagaimana cara menghitung pajak
masukannya disertai dengan contoh soal masing‐masing satu soal!
E. RINGKASAN MATERI
Pajak Masukan adalah mengurangkan jumlah Pajak Keluaran (PPN
yang dipungut PKP penjual) dengan Pajak Masukan (PPN yang sudah
dibayar PKP pembeli) sehingga menghasilkan PPN kurang bayar yang harus
disetor atau PPN lebih bayar untuk dapat dikompensasi ke masa pajak
berikutnya atau direstitusikan.
Untuk dapat dikreditkan Pajak Masukan harus memenuhi beberapa
prasyarat yang diatur berdasar undang‐undang dan aturan pelaksanaan lain
yang ada di bawahnya seperti : (1) Menggunakan Faktur Pajak yang
memenuhi persyaratan baik formil maupun materiil, (2) Faktur Pajak
tersebut dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak, (3) Pajak Masukan ats
perolehan BKP/JKP tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan
usaha.