DIPERSAMAKAN DENGAN FAKTUR PAJAK
3. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
3. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER‐13/PJ/2010
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur
Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak, dikatakan bahwa
“Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas dan benar, serta
ditandatangani oleh pejabat/kuasa yang ditunjuk oleh Pengusaha Kena
Pajak untuk menandatanganinya”
Keterangan yang harus ada di dalam Faktur Pajak sesuai pasal 13
ayat 5 Undang‐undang PPN :
1) nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
2) nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
3) jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan
potongan harga;
4) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
Tanggal FP Nilai Kontrak Uang Muka DPP +PPN DPP PPN
10/01/2010 418.000.000 104.500.000 104.500.000 95.000.000 9.500.000
Tahap Tanggal FP Nilai Kontrak Penyerahan Uang Muka DPP + PPN DPP PPN
I 28/02/2010 418.000.000 83.600.000 20.900.000 62.700.000 57.000.000 5.700.000
II 31/03/2010 418.000.000 146.300.000 36.575.000 109.725.000 99.750.000 9.975.000
III 30/04/2010 418.000.000 125.400.000 31.350.000 94.050.000 85.500.000 8.550.000
IV 31/05/2010 418.000.000 62.700.000 15.675.000 47.025.000 42.750.000 4.275.000
418.000.000
104.500.000 313.500.000 285.000.000 28.500.000
Total PPN yang terutang 38.000.000
Total diterima PT Andalan 380.000.000
Hal. 120
5) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
6) kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
7) nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
Untuk Faktur Pajak berbentuk elektronik, tanda tangan berupa
Tanda Tangan Elektronik
Yang berhak menandatangani Faktur Pajak, sesuai Per‐24/PJ/2012
adlah yang sudah terdaftar , boleh lebih dari satu orang dalam
pemberitahuan secara tertulis nama PKP atau
pejabat/pegawai yang berhak menandatangani Faktur Pajak disertai
dengan contoh tandatangannya, dengan melampirkan fotokopi
kartu identitas pejabat/pegawai penandatangan Faktur Pajak yang
sah yang telah dilegalisasi pejabat yang berwenang kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak paling lama pada akhir bulan berikutnya
sejak bulan pejabat/pegawai tersebut mulai melakukan
penandatanganan Faktur Pajak. Bila tidak ditanda tangani akan
dianggan Faktur Pajak Tidak Lengkap.
Faktur Pajak yang dibuat tidak sesuai dengan ketentuan ini bukan
merupakan Faktur Pajak, dan PPN yang tercantum dalam Faktur
Pajak tersebut tidak dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak.
Faktur Pajak dapat berbentuk:
1) elektronik; atau
a) Faktur Pajak berbentuk elektronik wajib dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak kriteria tertentu mengikuti tata cara sebagaimana
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
b) Pengusaha Kena Pajak yang telah diwajibkan membuat Faktur
Pajak berbentuk elektronik namun tidak membuat Faktur Pajak
berbentuk elektronik atau membuat Faktur Pajak berbentuk
elektronik namun tidak mengikuti tata cara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pengusaha Kena Pajak tersebut
dianggap tidak membuat Faktur Pajak.
c) Faktur Pajak berbentuk elektronik yang tidak dilaporkan oleh
Pengusaha Kena Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak atau
dilaporkan tidak sesuai dengan tata cara pelaporan bukan
merupakan Faktur Pajak
d) Dalam hal terjadi keadaan tertentu yang menyebabkan PKP
Hal. 121
tidak dapat membuat Faktur Pajak berbentuk elektronik, PKP
tersebut diperkenankan untuk membuat Faktur Pajak
berbentuk kertas .Keadaan tertentu yang tersebut adalah
keadaan yang disebabkan oleh peperangan, kerusuhan,
revolusi, bencana alam, pemogokan, kebakaran, dan sebab
lainnya di luar kuasa PKP yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak
2) kertas (hardcopy).
Kode Faktur Pajak dan Nomor Seri Faktur Pajak
Berdasar Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER ‐ 24/PJ/2012 tentang
Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur
Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak;
1) Format Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak.
Format Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 16 (enam
belas) digit, yaitu:
a) 2 (dua) digit pertama adalah Kode Transaksi;
b) 1 (satu) digit berikutnya adalah Kode Status; dan
c) 13 (tiga belas) digit berikutnya adalah Nomor Seri Faktur Pajak
Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dikukuhkan akan
memberikan nomor seri Faktur Pajak ke PKP sesuai dengan tata cara
yang telah ditentukan dimulai dari Nomor Seri 900‐13.00000001 untuk
Faktur Pajak yang diterbitkan tanggal 1 April 2013. Untuk tahun 2014
akan dimulai dari nomor seri Faktur Pajak 000‐14.00000001 demikian
seterusnya.
Contoh penulisan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak sebagai
berikut:
010.900‐13.00000001, berarti penyerahan yang terutang Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan PPNnya dipungut oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) Penjual yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
Hal. 122
Faktur Pajak Pengganti), dengan nomor seri 900‐13.00000001
sesuaidengan nomor seri pemberian dari Direktorat Jenderal Pajak.
011.900‐13.00000001, berarti penyerahan yang terutang PPN dan
PPNnya dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau JKP dengan status Faktur Pajak Pengganti. Faktur Pajak
Pengganti diterbitkan dengan nomor seri 900‐13.00000001 sesuai
dengan nomor seri Faktur Pajak yang diganti.
a. Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak
1) 01 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang terutang
PPN dan PPNnya dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan
penyerahan BKP dan/atau JKP.
Kode ini digunakan dalam hal bukan merupakan jenis
penyerahan sebagaimana dimaksud pada kode 04 sampai dengan
kode 09.
2) 02 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
Pemungut PPN Bendahara Pemerintah yang PPNnya dipungut
oleh Pemungut PPN Bendahara Pemerintah.
3) 03 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
Pemungut PPN Lainnya (selain Bendahara Pemerintah) yang
PPNnya dipungut oleh Pemungut PPN Lainnya (selain
Bendahara Pemerintah) .
Pemungut PPN Lainnya selain Bendahara Pemerintah, dalam hal
ini adalah Kontraktor Kontrak Kerja Sama Pengusahaan Minyak
dan Gas, Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin
Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi, Badan Usaha Milik
Negara atau Wajib Pajak lainnya yang ditunjuk sebagai
Pemungut PPN, termasuk perusahaan yang tunduk terhadap
Kontrak Karya Pertambangan yang di dalam kontrak tersebut
secara lex specialist ditunjuk sebagai Pemungut PPN
4) 04 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang
menggunakan DPP Nilai Lain yang PPNnya dipungut oleh PKP
Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP.
5) 05 Kode ini tidak digunakan.
6) 06 digunakan untuk penyerahan lainnya yang PPNnya dipungut
oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau
Hal. 123
luar negeri (turis asing) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E
Undang‐ Undang Pajak Pertambahan Nilai.
Kode ini digunakan atas penyerahan BKP dan/atau JKP selain
jenis penyerahan pada kode 01 sampai dengan kode 04 dan
penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar
negeri (turis asing), antara lain:
(1) Penyerahan yang menggunakan tarif selain 10%.
(2) Penyerahan hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri oleh
Pengusaha Pabrik hasil tembakau atau hasil tembakau yang
dibuat di luar negeri oleh importir hasil tembakau dengan
mengacu pada ketentuan yang diatur dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 62/KMK.03/2002 tentang Dasar
Penghitungan, Pemungutan dan Penyetoran Pajak
Pertambahan Nilai atas Penyerahan Hasil Tembakau.
(3) Penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar
negeri (turis asing) oleh PKP Toko Retail yang ditunjuk,
terkait dengan penerbitan Faktur Pajak Khusus.
7) 07 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang
mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Ditanggung
Pemerintah (DTP).
Kode ini digunakan atas Penyerahan yang mendapat fasilitas
PPN Tidak Dipungut atau Ditanggung Pemerintah (DTP),
berdasarkan peraturan khusus yang berlaku, antara lain:
(1) Ketentuan yang mengatur mengenai Bea Masuk, Bea Masuk
Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah dan Pajak Penghasilan Dalam Rangka
Pelaksanaan Proyek Pemerintah Yang Dibiayai Dengan Dana
Pinjaman/Hibah Luar Negeri.
(2)Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Perpajakan
bagi Pengusaha Kena Pajak Berstatus Entrepot Produksi
Tujuan Ekspor (EPTE) Dan Perusahaan Pengolahan Di
Kawasan Berikat (KB).
(3)Ketentuan yang mengatur mengenai Tempat Penimbunan
Berikat.
(4)Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Perpajakan
Hal. 124
(5)Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Pajak
Pertambahan Nilai atas Penyerahan Avtur Untuk Keperluan
Penerbangan Internasional.
(6)Ketentuan yang mengatur mengenai Toko Bebas Bea.
(7)Ketentuan yang mengatur mengenai Pajak Pertambahan
Nilai Ditanggung Pemerintah Atas Penyerahan Bahan Bakar
Nabati Di Dalam Negeri.
(8)Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Kepabeanan,
Perpajakan, dan Cukai Serta Pengawasan Atas dan
Pengeluaran Barang Ke dan Dari Serta Berada Di Kawasan
Yang Telah Ditunjuk Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas.
(9)Ketentuan yang mengatur mengenai Tata Cara Pengawasan,
Pengadministrasian, Pembayaran, serta Pelunasan Pajak
Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah Atas Pengeluaran dan/atau Penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak Dari Kawasan Bebas Ke
Tempat Lain Dalam Daerah Pabean dan Pemasukan
dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak Dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean Ke Kawasan
Bebas.
(10)Ketentuan yang mengatur mengenai Tata Cara Pemasukan
dan Pengeluaran Barang Ke dan Dari Kawasan Yang Telah
Ditunjuk Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas
8) 08 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang
mendapat fasilitas Dibebaskan dari pengenaan PPN. Kode ini
digunakan atas penyerahan yang mendapat fasilitas dibebaskan
dari pengenaan PPN, berdasarkan peraturan khusus yang
berlaku antara lain:
a) Ketentuan yang mengatur mengenai Impor dan/atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau
Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
b) Ketentuan yang mengatur mengenai Impor dan/atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat
Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak
Hal. 125
c) Ketentuan yang mengatur mengenai pemberian pembebasan
Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas
Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing dan Badan
Internasional serta pejabatnya
9) 09 digunakan untuk penyerahan Aktiva Pasal 16D yang PPNnya
dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP.
b. Tata Cara Penggunaan Kode Status pada Faktur Pajak
Kode Status, diisi dengan ketentuan sebagai berikut:
1) 0 (nol) untuk status normal;
2) 1 (satu) untuk status penggantian
c. Tata Cara Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak
1) Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 11 (sebelas) digit nomor urut
yang dipisahkan oleh 2 (dua) digit tahun penerbitan.
2) Nomor Seri Faktur Pajak diberikan dalam bentuk blok nomor
dengan jumlah sesuai permintaan PKP.
Contoh:
PKP meminta 100 Nomor Seri Faktur Pajak, maka Nomor Seri
Faktur Pajak yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak dapat
berupa:
‐ 900.13.00000001 s.d. 900.13.00000100; ‐ 900.13.99999901 s.d. 901.13.00000000;
‐ 900.13.99999999 s.d. 901.13.00000098, dan sebagainya.
3) Nomor Seri Faktur Pajak digunakan untuk penerbitan Faktur
Pajak dalam tahun yang sama dengan 2 (dua) digit tahun
penerbitan yang tertera dalam Nomor Seri Faktur Pajak.
d. Tata Cara Mendapatkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
Berdasar pada Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER‐17/PJ/2014,
cara untuk mendapatkan kode dan nomor seri Faktur Pajak adalah
sebagai berikut :
1) PKP mengajukan surat permohonan Kode Aktivasi dan Password ke
KPP tempat PKP dikukuhkan dengan mengisi lengkap dan
menandatangai surat permohonan tersebut.
Dalam hal surat permohonan Kode Aktivasi dan Password
ditandatangani oleh selain PKP, maka surat permohonan harus
Hal. 126
2) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah surat
permohonan diterima, KPP menerbitkan Surat Pemberitahuan
Kode Aktivasi melalui pos dan Password melalui email ke PKP
dalam hal PKP memenuhi syarat sebagai berikut:
PKP telah dilakukan Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak oleh
Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP dan laporan hasil registrasi
ulang/verifikasi menyatakan PKP tetap dikukuhkan; atau PKP telah
dilakukan verifikasi berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 73/PMK.03/2012.
3) PKP harus melakukan aktivasi wadah layanan perpajakan secara
elektronik (Akun Pengusaha Kena Pajak) yang disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan Kode Aktivasi,
melalui: KPP tempat PKP dikukuhkan dengan menyampaikan surat
Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak; atau laman
(website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak dengan mengikuti petunjuk pengisian (manual user)
yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak
4) melakukan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak melalui: KPP
tempat PKP dikukuhkan; dan/atau laman (website) yang sitentukan
dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk untuk
PKP yang telah memiliki sertifikat elektronik.
5) Nomor Seri Faktur Pajak hanya diberikan kepada PKP yang telah
memenuhi syarat sebagai berikut:
a) telah memiliki Kode Aktivasi dan Password;
b) telah melakukan aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak; dan
c) telah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 (tiga) masa pajak
terakhir yang telah jatuh tempo secara berturut‐turut pada
tanggal PKP mengajukan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak